Catatan Hari Anti Narkoba Sedunia, 26 Juni 2020
Boleh jadi, ada kemungkinan lebih dari dua pertanyaan, bahkan pertanyaan tanpa permasalahan. Seseorang mungkin mengetahui permasalahan tentang obat terlarang, tetapi belum tentu mampu melakukan apa-apa saat ketidakhadiran pertanyaan seputar obat terlarang. Seseorang mengetahui bagaimana perbincangan tentang mereka. Beberapa orang tidak berbicara lagi tentang selera dan kesenangan yang hanya leluasa untuk menyanyikan dan mengalihkan pembicaraan secara diam-diam di luar tema obat terlarang.
Karena keserbaragaman dari narkotika, psikotropika dan obat terlarang (Narkoba), disitulah daya tarik menarik kekuatan mereka untuk membangkitkan hasrat seseorang secara berlebihan ataukah dianggap biasa-biasa saja bagi dirinya. Berkat pertimbangan keadaan tanpa mengenal masa pemuda, pertimbangan sosial dan sebagainya dengan mengajukan pertanyaan ulang yang pertama. Apakah Narkoba memiliki daya tarik khusus yang mengambil-alih kausalitas khusus dan kita dapat mengabaikan berbagai pertanyaan tentang kebenaran yang dimuatinya?
‘Khusus’, selain ia bukan berarti suatu ‘metafisika’, bukan pula ‘filsafat analitis’, ‘moralitas’ dan apalagi semata-mata ‘kausalitas ilmiah’ (diantaranya bahan kimia). Ia bukan sebuah susunan dunia ilmiah yang menjelaskan setiap perbedaan antara kausalitas umum dan kausalitas khusus, kausalitas medis dan kausalitas psikiatri. Bukan karena kebetulan, pertanyaan yang khusus juga nampaknya tidak akan mengambil-alih kausalitas melalui daya tarik khusus dengan pendekatan medis dan psikiatris tentang kecanduan pada Narkoba. Sesungguhnya apa yang dikatakan daya tarik khusus dimiliki oleh Narkoba adalah ‘konsekuensi’ aliran hasrat atau kesenangan individu yang melebihi kecanduan atau ketergantungan terhadap obat-obatan dan sejenisnya.
Konsekuensi tidak mengacu pada kausalitas dan daya tarik khusus, melainkan jalin menjalin antara satu sama lainnya. Kita dapat saja mengumpulkan dan menyebarkan berbagai kemungkinan yang dilakukan tanpa pemetaan teritori atau garis permukaan obat. Lebih dari itu, bukan hanya meletakkan relasi pada ragam jenis obat terlarang yang memiliki kausalitas dan daya tarik khusus, tetapi juga jenis diskursus kebenaran menjadi diskursus yang membuat orang tertawa. Konsekuensi yang dimiliki oleh Narkoba tetap sebagai konsekuensi yang tidak tergoyahkan, bukan karena psikoanalisis atau diskursus kebenaran yang melekat padanya. Setiap pelibatan relasi antara diskursus kebenaran tentang Narkoba dan kausalitas khusus yang dimilikinya membuat berlipat-ganda orang tertawa geli.
Orang berhasrat pada Narkoba berarti menertawakan kebenaran dari kausalitas khsusus atau kausalitas umum. Mungkin seseorang mulai terangsang hasratnya yang diciptakan melalui obyek atau benda-benda bukan berasal dari kausalitas khusus, melainkan dari tatanan konsekuensi yang dimiliki oleh obat terlarang atau sejenisnya. Jika seseorang telah mabuk berat bukanlah sebagai kausalitas khusus, tetapi ‘konsekuensi dan daya tarik yang nyata’ dimiliki oleh Narkoba. Hasrat, kesenangan atau kecanduan hanyalah merupakan tatanan konsekuensi yang tarik menarik dengan perbedaan antara kausalitas umum dan kausalitas khusus. Sedangkan jenis kausalitas ilmiah tidak dapat dipisahkan dengan kausalitas medis dan kausalitas psikiatri di tengah perbincangan tentang Narkoba. Apapun yang kita perbincangkan tentang kausalitas umum dan kausalitas khusus hanya melawan dirinya sendiri, bukan konsekuensi atau daya tarik yang nyata. Kecuali kita mengatakan bahwa benda-benda imajiner yang menciptakan hasrat karena dimiripkan dengan wujud Narkoba yang dikarakterisasi oleh perbedaan konsekuensi atau daya tarik yang nyata.
Tentu ada orang berkeberatan, ketika orang lain betul-betul percaya bahwa kausalitas khusus tidak menentang konsekuensi atau daya tarik khusus sepanjang neurosis merupakan bagian dari kebenaran. Sebaliknya, orang tidak percaya pada kausalitas khusus, ketika neurosis menjadi satu penyebab kecanduan obat-obatan dan sejenisnya. Kausalitas khusus dalam kaitannya pada usaha untuk membangun relasi antara pembentukan neurosis dan psikososial yang diproduksi (mimpi, mitos dan sebagainya), sehingga menemukan kemungkinan untuk menerima intervensi bidang kedokteran.
Berdasarkan kausalitas medis dan kausalitas pskiatri berusaha untuk menyembuhkan dari kecanduan Narkoba yang diderita oleh individu. Seseorang menyelinap dalam jenis obat, ia merupakan obat dalam arus hasrat untuk menolak mekanisme ketakutan yang direfleksikan. Obat dalam kausalitas khusus diubah menjadi konsekuensi dan daya tarik khusus memungkinkannya untuk tidak melarikan diri dari mekanisme kecanduan atau mengalami gejala neurosis. Terhadap kausalitas khusus dan kecanduan obat-obatan bukanlah karakter yang berdiri sendiri, mutlak dan paling kuat dalam ilmu kedokteran dan psikoanalisis.
Dari permasalahan kausalitas khusus ada karena ia tidak mutlak, bebas dan kuat. Kausalitas khusus yang dimiliki oleh obat terlarang tidak pernah stabil selama tidak disesuaikan dengan konsekuensi atau daya tarik khusus, karena sejauh ini, kausalitas khusus menunjukkan dirinya hanya mengacu pada jejak, tanda dan pengaruh yang tidak jelas. Karena itu, penanganan individu betul-betul diberikan obat hanya sebatas pada tujuan untuk menenangkan humornya, menenangkan darahnya, mengeluarkan semua kemacetan sistem darahnya, dan sebagainya, memastikan penyembuhannya. Sehingga tidak heran, pertanyaan akan berulang kembali dalam lingkaran kausalitas khusus. Misalnya, ketika seseorang tidak diketahui jejak atau tanda bahwa dialah yang berada di bawah pengaruh sabu-sabu, kokain atau asap ganja yang sementara mengendarai kendaraan tiba-tiba mengalami kecelakaan.
Seluruh dunia obat terlarang harus ditunjukkan pada kausalitas khusus melalui aliran hasrat yang menginvestasi sebuah sistem jejak dan pengaruhnya untuk menentukan sebuah hasil akhir yang diambil dari pertanyaan ulang tentang kebenaran. Pengetahuan medis dan psikiatri tidak hanya menimbulkan pertanyaan tentang kebenaran yang ditinjau ulang mengapa terjadi peristiwa kecelakaan kendaraan yang dialami oleh seseorang semata-mata konsekuensi logis, ia bukanlah kausalitas khusus yang menyertainya.
Konsekuensi itu meletakkan dirinya pada persamaan-persamaan sebagai penghubung antara daya tarik khusus yang nyata dan jejak atau tanda yang dimaksudkan. Seorang pelajar tidak lulus ujian akhir sekolah merupakan konsekuensi malas belajar, seseorang sedang teler atau ngelantur bicaranya adalah konsekueansi mengisap candu atau obat terlarang lainnya. Pengetahuan medis dan psikiatri hanya menimbulkan pertanyaan tentang titik akhir dari kebenaran kausalitas khusus dalam dirinya melalui ilmu kedokteran dan psikoanalisis.
Ruang pengetahuan medis dan psikiatri memberi pengecualian pada konsekuensi dan daya tarik khusus yang nyata melalui hasrat atau kesenangan tanpa gegabah menjadikan dirinya sebagai ilmu kedokteran dan psikologis. Hal ini tidak berarti bahwa alih-alih permasalahan kebenaran yang dipertaruhkan dalam obat terlarang. Ada kemungkinan suatu pertimbangan umum akan diselesaikan berkali-kali dan untuk sebagian oleh praktik psikiatris segera setelah mengasumsikan status praktik medis yang dibentuk sebagai penerapan ilmu psikiatri.
Pengetahuan psikiatris adalah tambahan konsekuensi dan daya tarik khusus yang nyata, yang membuat cara berpikir tentang kegilaan dan kecanduan memiliki kemiripan atas nama kebenaran yang dimilikinya. Sekali ini dan bukan untuk selamanya atas nama ilmu kedokteran dan psikiatri. Cara berpikir ditujukan pada kegagalan psikoanalisis menangani obat terlarang, karena diskursus yang dibentuk padanya dicomot begitu saja dalam perjalanan yang tanpa akhir.
Setelah kategori pemikiran dari kausalitas berakhir akan muncul kausalitas, yang digunakan untuk menggandakan konsekuensi dan daya tarik khusus yang nyata dari pergerakan Narkoba di sekitar kita. Suatu hal dalam fenomena obat terlarang dan sejenisnya bukan hanya kausalitas, tetapi juga konsekuensi yang berbeda. Penampakan wujud kausalitas dan konsekuensi atau daya tarik khusus yang nyata masih berada dalam definisi sementara menurut pertanyaan ulang hingga di abad ini.
Jadi, konsekuensi dari ilmu pengetahuan tertentu menghadapi fenomena Narkoba juga masih kita mengandung kausalitas khusus, yaitu kemilikan daya tarik dari obat terlarang dan sejenisnya yang mengalami pembentukan kembali jejak dan tanda sesuai dengan konsekuensi yang diisi dan dirahi sebelumnya. Kengelanturan berbicara atau kekacauan pikiran merupakan konsekuensi dan daya tarik tersendiri, dibandingkan kausalitas khusus dengan mana arahan dari sistem persepsi menjadi bagian dari pengetahuan.
Melalui konsekuensi dan daya tarik khusus yang nyata, jejak dan tanda kebenaran berdiri sejajar dalam persepsi dan fakultas intelektual tanpa bersifat mutlak, seragam dan kabur, yang menyisakan wujud kecanduan atau kesenangan paling nyata, jelas dan berbeda. Kausalitas khusus nampak memiliki hak untuk dipertimbangkan sebagai jejak dan tanda yang dihubungkan dengan persepsi. Berdasarkan pergerakan obat-obat terlarang atau sejenisnya menciptakan kecanduan dan kesenangan yang dipersepsikan setelah ia menggunakan teori medis apa yang didefinisikan menjadi konsekuensi, membuat kausalitas khusus yang menarik diri dari tengah-tengah tatanan ilmiah sebagai wujud dari rezim kebenaran. Lalu, kita tidak bisa berpikir bagaimana mungkin mengatakan sebagai jejak dan tanda yang jelas dan berbeda, bahwa persepsi dokter berfungsi dalam rumah sakit jiwa berdasarkan pengetahuan psikiatrisnya.
Dimanakah alur kausalitas khusus yang dimiliki obat terlarang dan sejenisnya menurut kesenangan menginvestasi dirinya secara langsung melalui sistem persepsi? Membuat suatu perbedaan dapat diatasi dengan persepsi tentang apa yang berhubungan pada hasrat atau kesenangan tanpa terburu-buru dan juga tanpa membingungkan. Tetapi, persepsi dapat berfungsi menarik pada garis yang sama dari jenis atau ruang pengetahuan menjadi jejak dan tanda; yang diperhitungkan bagi kita bukan fakultas intelektual, melainkan bagaimana pengetahuan menyertakan tanda-tanda dalam ruang nyata dan berbeda. Singkatnya, konsekuensi dan kausalitas khusus dari obat-obatan berada dalam ruangnya sendiri. Hanya satu persepsi atau jejak dan tanda bersama benda-benda yang menyertai obat-obat terlarang yang ditandai. Dari situlah, konsekuensi dan daya tarik khusus yang nyata dari Narkoba melipatgandakan jejak dan tanda di antara benda-benda yang ditandai bersama tatanan medis dan psikiatri, yang dipertajam pengetahuan tentangnya melalui persepsi tertentu.
Jika dihubungkan konsekuensi dengan kausalitas khusus yang dimiliki oleh sejenis obat-obat terlarang, apa yang terjadi dalam psikiatri? Pada satu sisi, kausalitas khusus dibantu oleh persepsi nampak bagi kita sebagai sesuatu yang sangat aneh. Sisi lain, jelaslah bahwa persepsi internal, seperti persepsi eksternal, tidak mampu mengakhiri konsekuensi untuk menghilangkan Narkoba tatkala ia melibatkan kecepatan sensasi kecanduan. Persepsi kolektif pada rumah sakit jiwa tidak lebih persepsi dari rumah sakit lain, karena kecepatan untuk menikmati obat-obat terlarang dan sejenisnya diiringi kecepatan produknya yang menerobos ruang pemeriksaan psikiatri.
Satu jenis persepsi meliputi lebih dari satu kecepatan sensasi kecanduan obat-obat terlarang dan sejenisnya. Obat terlarang sebagai tanda tidak cukup bagi tanda untuk menjadi bagian dari persepsi. Ia harus dibedakan dengan persepsi lain. Tanda kecanduan atau kesenangan tidak dapat dipisahkan pada konsekuensi, ruang dimana kausalitas khusus dan persepsi tidak pernah menjadi jelas. Karena tanda hasrat atau kesenangan yang ‘jelas’ dan ‘nyata’ tidak perlu sama sekali diuji kebenarannya. Seseorang juga telah mencoba menunjukkan pada mereka, bahwa tidak hanya perlu untuk ujian kebenaran yang dibentuk konsekuensi hasrat pada Narkoba. Tidak perlu percaya pada kebenaran di luar persepsi, karena hasrat melibatkan persepsi menjadi ambang batas bagi kausalitas khusus dapat dijelaskan oleh dokter yang berfungsi sebagai psikiatris dengan menyediakan pertanyaan tentang apa konsekuensi dan daya tarik khusus yang nyata dari obat terlarang dan sejenisnya.
Titik sesungguhnya bagi pengetahuan psikiatrik dilaksanakan bukan secara awal atau secara esensial yang memungkinkan persepsi yang ditanamkan, dijelaskan dan dijelaskan melalui aliran hasrat. Secara langsung, persepsi memasuki hasrat. Kata lain, dokter mengingat posisinya, pada persepsi dokter dimungkinkan berkewajiban untuk menanggapi pengaruh dan konsekuensi obat terlarang, bukan dari kausalitas khusus menurut persepsi internal dan eksternal. Dalam persfektif kesenangan obat memberikan jalan bagi kegiatan spesifikasi dan karakterisasi, bertaruh persepsi serempak dengan kegiatan medis utama sejak abad dua puluh.
Psikiater sama pentingnya hingga dia diperlukan atau dipanggil karena keterkaitan antara kausalitas khusus dan konsekuensi obat-obat terlarang dan sejenisnya. Pihak medis dan psikiatris dapat memberikan gejala status, dan spesifikasi gejala terakhir dengan ketersediaan dari kausalitas khusus, konsekuensi dan daya tarik khusus yang nyata dari obat terlarang. Psikiater diperlukan melalui diagnosis atau persepsi pada tahap awal, pada tingkat yang lebih rendah, dimana harus diputuskan apakah ada penyakit jiwa atau tidak. Dari pihak medis adalah masalah menjawab pertanyaan. Apakah penyakit hepatitis dalam konsekuensi ketagihan obat terlarang atau tidak? Bagi psikiater adalah masalah menjawab pertanyaan. Apakah sakit jiwa konsekuensi kecanduan obat dari seseorang atau tidak? Apa boleh buat, penyelidikan medis dan psikitri menjadi bagian dari konsepsi ilmiah.
Sudut pandang yang lain juga terdapat sejumlah konsekuensi dari penyelidikan bahan kimia. Pertama, bahwa untuk menyelesaikan masalah tentang ‘sistem persepsi-hasrat otomatis dari obat terlarang’ diperhadapkan dengan rumah sakit jiwa betul-betul menemukan krisis kesehatan baru. Hal ini, kausalitas medis tidak lagi menunjukkan sebagai krisis kebenaran, yang lama dimainkan antara konsekuensi obat terlarang dan sejenisnya dan konsekuensi dari kekuatan alam yang khas mulai kembali bekerja pada abad keduapuluh satu ditandai dengan pandemi atau krisis kesehatan global melanda umat manusia di Bumi.
Tetapi, krisis yang dimaksud adalah krisis kehidupan, yang dimainkan antara kesehatan dan kekuatan ‘persepsi-hasrat otomatis’ yang membatasi mereka. Suatu pengetahuan medis membuat dokter, baik medis maupun psikiatri perlu bertindak sewenang-wenang pada pertanyaan tentang krisis kehidupan sebagai teater atau krisis energi-kesenangan.
Kedua, seperti yang orang-orang lihat, berbeda antara konsepsi ilmiah dan persepsi-hasrat otomatis dalam kaitannnya dengan bahan kimia yang disediakan oleh rumah sakit umum. Fungsi persepsi-hasrat otomatis dipinjamkan pada rumah sakit jiwa, tetapi bukan untuk menjadi tempat “penyakit” menunjukkan karakteristik khusus dan diferensial dibandingkan dengan konsekuesni obat terlarang lain. Betapa konsekuensi obat terlarang dan sejenisnya berfungsi bagi rumah sakit jiwa, yang memiliki fungsi jauh lebih sederhana dan lebih mendasar.
Fungsinya, tepatnya, untuk memberikan realitas gangguan syaraf, membuka ruang realisasi kecanduan yang menggila atau gangguan syaraf. Rumah sakit jiwa ada, sehingga gangguan menjadi nyata. Sementara fungsi rumah sakit untuk menggembar-gemborkan permasalahan dalam menjawab pertanyaan apa-apa penyakitnya dan bagaimana menghilangkannya. Fungsi rumah sakit jiwa, diantaranya berusaha untuk mengikuti keputusan psikiatris mengenai sensasi kecanduan atau kesenangan represif atas obat terlarang dan sejenisnya, yang menjadikannya sebagai jejak dan tanda yang berbeda dalam persepsi-hasrat otomatis dimungkinkan terjadi di Eropa, Amerika, Asia, dan Afrika.
Ada suatu persepsi secara medis atas obat terlarang dan sejenisnya melibatkan konsekuensi, dan kausalitas khusus. Diskursus tentang obat membuat tanda kuasa dokter terasa bertentangan dengan pengguna obat terlarang. Tetapi, itu juga merupakan masalah mengeluarkan kesenangan dari kegilaan, yaitu, menyalurkan kenikmatan melalui ketidaksenangan pada obatnya. Disini lagi, individu mesti berpikir untuk memerhatikan pengetahuan psikiatri yang digunakan oleh psikiater tanpa terperangkap dalam teori tertentu.
Kita menemukan suatu gagasan menyangkut pengguna dan bukan pengguna obat terlarang; dokter sebagai pengguna ‘tanda kegilaan atau kecanduan’ dalam kaitannya dengan kesenangan. Melalui kesenangan, perawatan dapat diintegrasikan dalam konsekuensi obat terlarang. Kegilaan atau kecanduan obat terlarang nampak sebagai jejak dan tanda dapat dinetralkan oleh mekanisme kesenangan yang tidak serta-merta membingungkan bagi pengguna.
Sehingga, konsepsi ilmiah yang dimainkan oleh dokter tidak menimbulkan kesan jelek. Ada lagi suatu pertanyaan. Perlukah disatukan dan dipisahkan penyelidikan antara kausalitas khusus dan konsekuensi obat terlarang? Apakah yang menghubungkan antara obatnya tidak hanya bekerja pada tingkat realitas, tetapi juga pada tingkat kesenangan dengan kausalitas khusus dan konsekuensi obat terlarang diambil oleh pengguna dalam mesin ketidaksadaran. Bukankah kecanduan berat atau kegilaan pada obat yang terlarang dan sejenisnya merupakan bagian dari mesin ketidaksadaran?
Hal ini juga penting dalam abad ini, kita melihat, bahwa para dokter secara bertahap mulai berbagi tuntutan selain untuk terapi berdasarkan kausalitas khusus, juga untuk pengobatan bagi profesi, fungsi, dan keputusan mereka menurut konsekuensi dari obat terlarang dan sejenisnya.
Sama membingungkannya dengan pertanyaan ulang yang kedua. Sejauh manakah kausalitas khusus dan konsekuensi obat terlarang yang dihubungkan dengan pengawasan medis-hukum? Bagaimana gambaran umum pengawasan medis-hukum dalam pencapaian titik balik terjadi bagi pengguna obat terlarang?
Serangkaian institusi pengawasan medis-hukum terhadap masa kanak-kanak, remaja, anak muda dalam bahaya, dan sebagainya menghadapi kegagalan titik balik perubahan dari kecanduan obat terlarang dan sejenisnya.
Pendapat ahli medis nampak disisipkan dibalik kegagalan untuk berbuat banyak agar keluar dari pelanggaran hukum mengenai obat terlarang dan sejenisnya. Dalam kata-kata pertamanya, pendapat ahli psikiatris dalam kasus hukum membuat pengetahuan medis dan psikiatrik tampak konyol, karena, ia tidak sesuai dengan hukum maupun bidang kedokteran.
Meskipun ia memiliki peran besar dalam obat-obatan dari pengguna menciptakan garis pelarian, adaptasi lingkungan yang berbeda pada saat mereka memsuki ‘lubang hitam’. Setiap orang dan kelompok bergabung di luar perbatasan lubang hitam yang disebut pengawasan medis-hukum. Sekali terperosok dalam lingkaran kausalitas medis-hukum, maka pengetahuan medis menjadi tidak sesuai pembicaraan dengan pengetahuan psikiatris yang didukung dengan persepsi.
Kategori pemikiran kausalitas dipolesi dengan pembentukan abnormalitas untuk mendukung pendapat ahli mediko-hukum tidak mengacu obat terlarang dan sejenisnya, yang keluar dari arus fantasi, halusinasi, delirium, dan gelombang paranoia. Kita juga tidak mampu berbicara tentang orang yang tidak kecanduan obat terlarang. Terhadap mereka yang memiliki kesalahan persepsi bertentangan dengan mereka yang memiliki ‘perasaan buruk’. Atau, jika Anda lebih cenderung, pendapat ahli medis-hukum tidak digunakan sebagai oposisi, tetapi sedikit celah dari kesalahan persepsi dan perasaan buruk ke abnormalitas.
Dari pendapat ahli medis-hukum telah kehilangan momentum pengawasan seiring dengan kesalahan persepsi dan perasaan buruk kehilangan kontrol, dimana ketergantungan pada sistem tanda dan ketergantungan produk sedang dimulai. Dalam normativitas pengetahuan medis, justru disebabkan oleh fakta, bahwa ia menawarkan pada mereka suatu konsep yang berbeda dan objek yang berbeda secara terselubung di setiap sisi dan pada setiap titik oleh gagasan tentang persepsi-hasrat otomatis, yang mencoba untuk mematuhi hukum “penyalahgunaan obat” dan kesalahan praktik kedokteran dan sebagainya. Pendapat ahli medis-hukum sebenarnya menawarkan istilah. Bahwa mungkin produk dan sistem kontrol tidak berasal dari kuasa yang bersifat yudisial atau medis, tetapi dari jenis kuasa dokter yang berbeda, yang saat ini kita sedang memerhatikan kuasa normalisasi yang terancam sirna dalam ranah eksperimentasi.
Sejalan dengan pendapat ahli medis-hukum, mereka memiliki praktik yang berkaitan dengan individu abnormal, yang memperkenalkan kuasa normalisasi atas produksi fantasi tertentu dan ketergantungan pada pedagang. Melalui efek penggabungan medis dan hukum yang dipasti, yang memiliki kecenderungan berubah secara bertahap dalam jalinan relasi antara kuasa judisial dan pengetahuan psikiatris ketika masing-masing telah membentuk dirinya sebagai otoritas, yang bertanggungjawab untuk mengendalikan individu yang mengalami ketergantungan atas produksi hasrat, ketergantungan atas produk atau obyek dan pedagang obat terlarang dan sejenisnya.
Begitu sangat jelas digunakan dalam ranah eksperimentasi sebagai pertahanan terakhir dari pendapat ahli medis-hukum. Dalam ruang perluasan tubuh medis-hukum yang diorganisir oleh sistem tanda dan dalam jenis permainan, dimana mekanisme kerja medis-hukum laksana sebuah sistem saraf psikiater itu sendiri. Sehingga, tubuh psikiater searah dengan ruang pendapat ahli medis-hukum yang membentuk satu tubuh.
Jelas, bahwa seluruh efek fisiknya adalah komponen fungsional dalam mekanisme kontrol yang banyak dan menyebar. Obat-obatan, terutama candu, morfin, putau, sabu-sabu, ganja, kloroform, dan eter— masih tetap seperti obat-obatan. Sampai saat ini, semuanya merupakan instrumen yang jelas untuk menjaga ketertiban atau menenangkan dan membuat pasien tetap tenang, tetapi bukan untuk pengguna atau pecandu. Tatakala terjadi penyalahgunaan semua obat yang dimaksud menjadi sarana penghancuran diri, seperti seseorang melayang-melayang di dunia fantasi dan halusinasi seakan-akan melupakan yang lain.
Pada saat yang sama, penggunaan produk obat terlarang dapat diuraikan dengan sempurna bukan seekor ‘tikus eksperimen’ yang digiring untuk meminum air yang telah bercampur-aduk dengan narkotika. Dalam eksperimen dapat dipahami dan terlepas dari apa yang diharapkan dari mereka, yang memiliki efek dimana mereka membawa atau memperkenalkan pertanyaan tentang kebenaran. Rangkaian kausalitas khusus menghubungkan dirinya dengan rantai konsekuensi obat terlarang dan sejenisnya untuk memagnetisasi, memeriksa, menarik, menghipnotis, dan membius orang yang mengajukan pertanyaan tentang kebenaran. Narkoba adalah suatu skandal kausalitas kesenangan atau banalitas skandal kebenaran dibalik kausalitas khusus. Ia memiliki konsekuensi tertentu tanpa mengenal kata ‘cukup’ atau tanpa tanda ‘puas’ menuju langkah ‘bunuh diri’.
Suatu wilayah konsep ditemukan di antara buku tentang kesenangan atas obat berbahaya atau bagian luar dan sebagai permainan tidak selamanya mampu dibentuk secara terpisah dan tertukar begitu saja. Dalam relasi-relasi yang berkaitan energi dari hasrat, jejak menjadi proposisi dan susunan nama-nama korban penampakan obyek yang tidak ada permulaan. Ia bukan permukaan tubuh muncul sebagai pembicaraan basa-basi. Kesenangan bukanlah jenis kesenangan dari obyek Narkoba, dimana arus dibaca bukan untuk percakapan, deskripsi dan penjelasan di sekitar bacaan yang tidak berpindah dari satu kata ke kata lain, dari jalan beronak duri ke jalan lain.
Kesenangan bukanlah kesenangan yang mengundang daya tarik khusus yang kompleks dimiliki oleh obat terlarang dan sejenisnya. Setiap kebenaran yang memendam kekerasan hasrat tidak lebih rantai kausalitas khusus yang banal dan memang sama sekali tidak dibutuhkan konsep, tanpa kata-kata dari kesenangan lahiriah. Ia tidak termakan oleh umpan balik konsep lama, segera ditinggalkan untuk mengenal penawaran konsep baru. Yang sudah tentu, ia bukanlah satu-satunya rangkaian relasi muncul antara produksi hasrat dan konsekuensi atau daya tarik khusus yang nyata dari obat terlarang dan sejenisnya sebagai jejak atau tanda diturunkan ke konsep yang berbeda.
Permasalahan wilayah obat terlarang bukanlah sebagai susunan atau representasi dunia yang disenangi, tetapi, gagasan tentang konsekuensi yang otoproduksi bersentuhan dengan gerak dan perubahan secara mekanis. Konsep yang terulang kembali menuntut susunan mekanis memiliki kecenderungan diri untuk menolak setiap permainan yang terpencar-pencar, berhamburan keluar dari pintu kecil menuju lorong gelap kesenangan akibat kesewenang-sewenangan hasrat melalui tubuh. Tidak ada kesatuan yang lain, kecuali pembentukan kesatuan konsep dalam pertimbangan mekanis suatu kenikmatan yang diuniversalisasikan secara semu, persis suatu rekreasi semu bagi pecandu Narkoba. Kenimatan mengakhiri konsepsi ilmiah, seperti bahan kimia dalam Narkoba.
Meskipun ia menyimpan seribu rahasia kata-kata ‘menghentak’, ‘menjalani’, ‘alat isap’ atau ‘alat suntik’ merupakan cara untuk mengenal lebih dekat tentang tanda ‘bunuh diri’ secara pelan-pelan. Setelah pembagian-pembagian jejak dan tanda kecanduan Narkoba yang ditata ulang,, selanjutnya, dimasukkan dalam pemisahan-pemisahan kata-kata atau benda-benda tidak sama sekali menjadi beban bagi citra pikiran. Susunan dan tema ilmiah bukan perkara diterima atau tidak, tetapi, diskursus akan selalu muncul dibalik ketumpang-tindihan konsep dan kauslaitas khusus obat terlarang yang dibentuk sebelum dan sesudah diungkapkan. “Aku berhenti mengisap ganja, Aku mengisap lagi”. Secara terbuka diungkapkan kata-kata tidak lain untuk memerhatikan keterlibatan konsep dan kausalitas, konsekuensi dan persepsi, yang dihubungkan dengan seluruh jenis obat terlarang yang bergerak mengarah ke kegilaan yang khas.
Setiap perhatian secara seksama terhadap penafsiran tentang “tatanan konsep” dan “tatanan kausalitas” memiliki hasrat dan kesenangan. Masih diet kesenangan saja tidaklah cukup untuk menjelaskan bagaimana menulis himpunan kata-kata atau kalimat berlangsung tanpa persepsi dan kausalitas ilmiah sepanjang diterima dengan kode produksi laboratorium, penelitian dan ilmu pengetahuan lainnya. Psikiatris atau psikolog, dokter, pendidik, kritikus, komposer, pustakawan, pelukis dan pembaca, akhirnya segalanya menjadi aktor sekaligus subyek. Mereka menjadi aktor, tatkala tidak terikat oleh syarat-syarat yang ditawarkan subyek (hasrat?). Suatu saat mereka akan melahirkan konsep dan di saat lain tidak memerlukannya lagi.
Kebenaran dari manapun datangnya tidak lagi melihat ilusi sebagai teror dan musuh bebuyutannya, tetapi korban cogito sama sekali tidak berkaitan dengan subyek atau obyek obat terlarang dan pengendalian yang dibentuknya. Benda-benda dalam peristiwa obat terlarang yang menarik atau menggoda bukan lagi kekesalan, melainkan kesenangan, dimana tanda hasrat merupakan tampilan luar. Kedalaman menjadi kelenyapan bagi permukaan, keduanya keluar dari pengawasan medis-hukum terhadap obat terlarang dan sejenisnya. Fantasi kosong, halusinasi, persepsi keliru, dan gelombang paranoia bukanlah satu rangkaian penghancuran konsep yang memiliki relasi tanda ‘bunuh diri’.
Konsep teoritis menghilang dalam kegilaan seiring hilangnya ‘perbudakan nilai’. Melepaskan diri dari rantai konsep teoritis tanpa rumus dan tanpa kausalitas ilmiah bukanlah kebenaran, kecuali ilusi sebagai kesenangan radikal berlangsung secara terbuka bagi siapa saja. Ia tidak penting lagi diperhadapkan dirinya dengan cermin yang hanya ingin melihat seberapa nilai obyektif atau tidak. Bunuh diri adalah konsekuensi obat terlarang sesuai bunuhy diri konsep teoritis dari kematiannya. Bukankah semuanya tidak lebih dari relasi bolak balik, bukan hukum kausalitas? Ilusi menganggap dirinya benar atau kebenaran tidak lebih dari ilusi. Karena itu, teror nilai dari tanda kesenangan bukan dalam kausalitas khusus atau persepsi-hasrat otomatis atas Narkoba, tetapi konsekuensi penampakan asal-usul dan ilusi dari kebenaran.
Eksperimentasi bukan hanya menjadi bagian dari peristiwa, tetapi juga menempatkan dirinya sebagai sumber ketergantunga pada produk, yang menghilang dalam kausalitas khusus dan terapi bagi pecandu obat terlarang dan sejenisnya. Dalam setiap titik dan lintasan, persepsi dan kasulitas khusus hanya melampaui dirinya tetapi juga korban kebenaran sampai kekosongan yang menemuinya.
Kebenaran acapkali bersama dengan halusinasi, disaat disuguhi secangkir gelas berisi obat penidur memulaskan para penggunanya, seakan-akan dia sedang terjaga dan teridur pulas di atas tikar di kekelaman hidupnya.
Dalam model permainan nyata, sistem kuasa mengemas dan menyebar teks tertulis dalam rangka mengontrol pertumbuhan obat terlarang dan sejenis, deseksualitas kesenangan atau obat terlarang. Sistem tanda sebagai daya tarik yang nyata tidak membekali dirinya dengan teknik penggodaan, melainkan mengembangkan rantai produksi fantasi dan hasrat pada obat terlarang yang terlanjur digemari.
Tanda kecanduan atau kesenangan tidak berasal dari sistem persepsi, melainkan datang dari sistem tanda atau rezim diskursus yang dibentuk oleh tanda kuasa melalui sirkulasi dan jaringan kontrol sendiri. Deleuze dan Guattari dalam Anti Oedipus: Capitalism and Schizophrenia merupakam teks tertulis dan mesin hasrat yang berbicara dan mengontrol publik. Mengapa kita tidak terburu-buru untuk mengatakan, semuanya hanyalah tulisan ironis?
Dapat dikatakan disini, bahwa rangkaian fantasi, halusinasi dan gelombang paranoia adalah konsekuensi kecanduan obat terlarang, yang memiliki kemiripan dengan wabah penyakit yang akan menggerogoti tubuhnya, gonjang-ganjing darah, kolesterol menanjak, kacaunya asam urat sudah dapat disimpulkan pasti kita akan mencari obat atau dokter.
Memang betul, jika sebuah jam rusak dibawa ke tukang reparasi, mesin mobil diperbaiki di bengkel dan tubuh sakit di bawah ke dokter, tetapi semua cara pandang itu berakhir, tatkala jaringan-jaringan di luar tubuh kita menghadirkan kesenangan sejati yang nyata. Tidaklah lantas mengherankan, di antara terapi efektif ialah mendengarkan musik sembari menikmati sebuah teks Discourse on Method dari Descartes tidak lagi takjub pada mesin otomat yang dipantulkan oleh produksi hasrat dan fantasi.
Mungkin kita masih heran, jika delirium, neurosis dan penyakit jiwa lainnya yang tidak dapat dipermainkan dan dilacak melalui mesin otomat. Mungkinjuga, kita melihatfenomena kompleks ataskecanduan obat terlarang dan sejenisnya memiripkan dirinya dengan kecanduan membaca buku, kecanduan menonton pornografi, kecanduan menonton bola di televisi, dan sebagainya.
ASN/PNS Bappeda Kabupaten Jeneponto/ Aktivis Masyarakat Pengetahuan