Kajian Historis Filsafat Barat dan Timur dari Klasik hingga Kontemporer7 min read

Bagi sebagian orang, filsafat merupakan bidang keilmuan yang rumit. Mengapa bisa demikian? Apakah karena istilah filsafat berbeda dengan istilah bidang keilmuan lainnya? Tapi bukan disitu titik kerumitannya. Karena perbedaan istilah pada bidang keilmuan yang berbeda sangatlah wajar. Filsafat yang sudah rumit bagi sebagian orang tadi, semakin dirumitkan oleh sebagian lainnya yang merasa telah berfilsafat.

Padahal, filsuf (orang yang bijaksana) tidak pernah merasa dirinya telah bijaksana. Karena sesungguhnya, filsafat menyederhanakan yang rumit. Bukan sebaliknnya. Lihatlah pada definisi filsafat secara umum, ilmu yang mempelajari tentang keberadaan dan batasan segala sesuatu. Jadi dalam filsafat, kita mempelajari tentang segala yang ada kemudian batasan-batasan keberadaan tersebut.

Dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.  orang Islam mengambil istilah philosophia dan memberi bentuk arab menjadi falsafah (الفلسفة) atau hikmah (الحكمة) yang berarti pengetahuan rasional murni. Orangnya disebut failasuf (الفيلسوف) atau ringkasnya filsuf.

Sejarah dan Perkembangan Filsafat Barat

Filsafat Barat adalah sebutan yang digunakan untuk pemikiran-pemikiran filsafat dalam duna Barat atau Occidental. Pada umumnya filsafat terdiri dari dua garis besar, yaitu Filsafat Barat dan Filsafat Timur. Filsafat Barat berbeda dengan Filsafat Timur atau Oriental. Permulaan dari sebutan Filsafat Barat ini dari keinginan untuk mengarah kepada pemikiran atau falsafah peradaban Barat.

Masa awalnya dimulai dengan filsafat Yunani di Yunani Kuno. Pada masa ini sebagian besar Bumi sudah dicakup, termasuk Amerika Serikat dan Australia. Penentuan wilayah yang menjadi bagian dalam menentukan aliran mana sebuah pemikiran atau falsafah itu lahir menimbulkan perdebatan. Perdebatan terjadi untuk menentukan wilayah seperti Afrika Utara, sebagian besar Timur Tengah, Rusia, dan lainnya.

Sejarah Filsafat dimulai sekitar abad ke-6 SM. Zaman ini sering disebut juga sebagai zaman peralihan dari mitos ke logos. Sebelum masa ini, banyak orang yang bercerita tentang alam semesta dan kejadian di dalamnya terjadi berkat kuasa gaib dan adikodrati, seperti adanya kuasa para dewa-dewi. Mitos-mitos seperti ini kerap sekali ditemukan di dalam sastra-sastra Yunani.

Jangkauan filsafat dalam pemahaman kuno dan pemikiran para filsuf kuno adalah usaha-usaha intelektual. Hal ini jugalah yang menjadi permasalahan-permasalahan yang dipahami dalam filsafat. Filsafat juga mencakup disiplin-disiplin lainnya, seperti matematika dan ilmu-ilmu pengetahuan alam, seperti fisika, astronomi, dan biologi.

Aristoteles merupakan salah seorang filsuf yang menuliskan pemahamannya menganai topik ini. Istilah Filsafat Barat pun kemudian muncul dan pada saat itu tidak membantu dan tidak jelas, sejak definisi itu meliputi berbagai macam perbedaan seperti tradisi, kelompok politik, kelompok agama, dan pemikir-pemikir yang sudah ribuan tahun lamanya.

Dalam beberapa buku filsafat, kita akan menemukan pembahasan tentang periodeisasi atau pembabakan filsafat barat yang terbagi atas 4 bagian besar. Diantaranya,

  1. Filsafat Yunani Klasik

Bermula pada abad ke 6 sebelum masehi hingga abad 5 sebelum masehi. Filsafat Yunani awalnya dipengaruhi oleh mitologi Yunani dan peradaban tetangganya, Mesir dan Babilonia atau Irak sekarang ini. Dimana kedua bangsa tersebut merupakan tempat dimana Nabi-nabi berdakwah dan menyebarkan ajarannya.

  • Filsafat Abad Pertengahan

Di mulai pada abad ke 4 sampai abad ke 15, filsafat ini ditandai dengan berpadunya filsafat dan agama. Di abad ini juga filsafat Barat mengalami stagnansi atau keterhambatan. Di sisi lain, filsafat Timur khususnya filsafat Islam mengalami perkembangan pesat pasca lahir dan tersebarnya ajaran Nabi Muhammad SAW.

  • Filsafat Abad Modern

Berawal dari abad 16 hingga abad ke 19,  di sinilah berawal istilah sekularisasi atau pemisahan kewenangan antara keilmuan atau sains (materi) dan agama (nonmateri). Sekularisme inilah yang membawa filsafat barat pada perkembangan dan penyebaran yang sangat pesat.

  • Filsafat Kontemporer

Atau biasa disebut juga filsafat postmodernisme (setelah modern) di mulai sejak abad ke 20 hingga sekarang ini (abad 21). Filsuf pada zaman ini melahirkan paham-paham baru, diantaranya Fenomenologi, Filsafat perempuan atau Feminisme, filsafat hidup atau eksistensialisme dan paham-paham lainnya. Pada abad ini pula, para filsuf kemudian mengkhususkan diri pada obyek kajian filsafat tertentu. Perbedaan paling mencolok pada filsafat zaman kita ini adalah banyaknya beredar jurnal filsafat (kumpulan beberapa tulisan oleh penulis berbeda).

Sejarah dan Perkembangan Filsafat Islam

Faktor Munculnya Filsafat Islam Pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke-2 Hijriah di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Latar belakang kemunculan filsafat Islam adalah karena adanya penerjemahan buku-buku filsafat Yunani kedalam bahasa arab yang tersimpan di perpustakaan kuno daerah-daerah yang telah dikuasai oleh kaum muslim, seperti Alexandria, Antioch, Edessa, Harran dan Judinsapur. Kota-kota tersebut dulunya adalah pusat ilmu pengetahuan.

Pada masa berakhirnya Bani Umayah dan permulaan Bani Abbasiyyah penerjemahan buku-buku yang berbahasa Yunani atau pun Suryani diterjamahkan dengan bantuan orang-orang terpelajar dari berbagai pusat tersebut. Penerjemahan tersebut memakan waktu sekitar 150 hingga 200 tahun. Pada masa berikutnya bahasa Arab menjadi bahasa ilmu pengetahuan selama 700 tahun.

Penerjemahan di masa Harun Ar-Rasyid (786-809 M) difokuskan pada karya-karya Aristoteles dan karya-karya bangsa Persia.kemudian dilanjutkan oleh Al-Makmun yang dikenal sangat tertarik dengan kebebasan berpikir yang berkuasa 813-833 M. Beliau mengadakan hubungan kenegaraan dengan raja-raja romawi, Bizantium yang berpusat di Konstantinopel.

Filsafat Islam yang juga sering disebut dengan Filsafat Arab dan Filsafat Muslim merupakan suatu kajian sistematis terhadap kehidupan, alam semesta, etika, moralitas, pengetahuan, pemikiran, dan gagasan politik yang dilakukan di dalam dunia Islam atau peradaban umat Muslim dan berhubungan dengan ajaran-ajaran Islam.

Merujuk pada periodisasi yang dicetuskan Harun Nasution (tokoh Muslim Indonesia dari Sumatera Utara, pernah menjabat sebagai rektor IAIN Syarif Hidayatullah), perkembangan kajian filsafat Islam dapat dibagi ke dalam tiga periode yaitu periode awal perkembangan Islam, periode pertengahan (klasik), dan periode modern.

Periode klasik dari filsafat Islam diperhitungkan sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. hingga pertengahan abad ke 13, yaitu antara 650-1250 M. Periode selanjutnya disebut periode pertengahan yakni antara kurun tahun 1250-1800 M. Periode terakhir yaitu periode modern atau kontemporer berlangsung sejak kurun tahun 1800an hingga saat ini.  

Periode awal perkembangan Islam diwarnai dengan pemikiran mengenai filsafat pendidikan pada periode awal ini. Merupakan perwujudan dari kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan al- hadis, yang keseluruhannya membentuk kerangka umum ideologi Islam. Dengan kata lain, bahwa pemikiran pendidikan Islam dilihat dari segi al-Qur’an dan hadis, tidaklah muncul sebagai pemikiran yang terputus, terlepas hubungannya dengan masyarakat seperti yang digambarkan oleh Islam.

Periode pertengahan (klasik) mencakup rentang masa pasca pemerintahan khulafa’ al- Rasyidun hingga awal masa imperialis Barat. Rentang waktu tersebut meliputi awal kekuasaan Bani Ummayah zaman keemasan Islam dan kemunduran kekuasaan Islam secara politis hingga awal abad ke-19. Walaupun pembagian ini bersifat tentative, namun terdapat beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar pembagian itu.

Pertama, sistem pemerintahan; kedua, luas wilayah kekuasaan; ketiga, kemajuan- kemajuan yang dicapai; dan keempat, hubungan antar negara. Dari dasar pertimbangan tersebut, maka diketahui bahwa di awal periode klasik terlihat munculnya sejumlah pemikiran mengenai pendidikan. Pemikiran mengenai pendidikan tersebut tampak disesuaikan dengan kepentingan dan tempat serta waktu. Beberapa karya ilmuan Muslim pada periode klasik yang karya-karyanya secara langsung memuat pembahasan mengenai pendidikan yaitu:

Periode Modern Periode modern merujuk pada pembagian periodesasi sejarah Islam, yaitu menurut Harun Nasution, bahwa periode modern dimulai sejak tahun 1800 M. periode ini ditandai dengan dikuasainya Bani Abbas dan Bani Umayyah secara politik dan dilumpuhkan oleh imperialis Barat. Namun ada tiga kerajaan besar Islam yang masih memegang hegemoni kekuasaan Islam, yaitu Turki Usmani (Eropa Timur dan Asia-Afrika), kerajaan Safawi (Persia), dan kerajaan Mughol (India).

Puncak dari pemikiran filsafat pendidikan Islam periode modern terangkum dalam komperensi pendidikan Islam sedunia di Makkah tahun 1977 sebagai awal pencetusan konsep tentang penanganan pendidikan Islam. Selanjutnya di Islamabad (1980) menghasilkan pedoman tentang pembuatan pola kurikulum, di Dhakka (1981) menghasilkan tentang perkembangan buku teks, dan di Jakarta (1982) telah menghasilkan tentang metodologi pengajaran

Keterbukaan dan ketertarikan umat Islam terhadap literatur-literatur ilmu pengetahuan dari budaya lain diyakini telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, terutama terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan yang di kemudian hari berkembang lebih lanjut pada Abad Pencerahan di Eropa.

Kondisi tersebut memunculkan semakin banyaknya cabang-cabang keilmuan dalam dunia Islam, yang tidak hanya bersifat teosentris dengan merujuk pada dalil-dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber kebenarannya oleh para Mutakallim (ahli kalam), tetapi juga bersifat antroposentris dengan rasio dan pengalaman empiris manusia sebagai landasannya tanpa menegasikan dalil dalam al-Qur’an dan al-Hadits.

Pada periode ini, dunia Islam menghasilkan banyak filsuf, teolog, sekaligus ilmuwan ternama seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Kindi, Al-Ghazali, dan Ibnu Rusyd. Kajian filsafat Islam di periode ini umumnya mengkaji lebih lanjut pandangan-pandangan perguruan filsafat peripatetik di Eropa seperti logika, metafisika, filsafat alam, dan etika, sehingga periode ini disebut juga sebagai periode peripatetik dari kajian filsafat Islam (Islamic/Arabic peripatetic school).

Di dunia belahan Timur mereka lebih menekankan pada intuisi dan juga pada batiniah, spiritual, dan mistis. Berdasarkan hal inilah maka orang Timur mempercayai bahwa dengan memiliki jiwa yang baik maka mereka akan mencapai kebijaksanaan, kebaikan hidup, dan mengabdikan hidup untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Jika di bagian barat mereka lebih condong pada keadaan masyarakat sekitar serta pada ilmu pengetahuan. Di dunia Barat yang mereka lihat adalah objek dan kerja lapangan jadi manusia harus menguasai alam untuk kepentingannya. Maka tidak heran kalau dalam perkembangannya terdapat istilah sekularisme, bersifat duniawi atau kebendaan bukan bersifat keagamaan atau kerohanian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like