Pemikiran peradaban ekologis dalam “Dialektika Alam” kaya akan konotasi. Menjelajahi pemikiran ekologi materialisme dialektis yaitu hubungan dialektis antara alam dan hubungan dialektis antara manusia dan alam memberikan pencerahan kepada kita untuk memahami secara benar keterkaitan dan perkembangan alam dan memahami batas-batas antara manusia dan alam, barulah manusia dan alam bisa hidup secara harmonis.
Saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, dan efek pedang bermata duanya menjadi semakin nyata. Hanya dengan memilah pandangan yang benar tentang penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi barulah hal itu dapat memberikan dampak positif terhadap manusia dan alam itu memiliki hukum secara alami.
Mengingat hal ini, kita harus memiliki pemahaman yang benar tentang pemikiran Engels tentang peradaban ekologis dan diskusi Engels tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam karyanya “Dialictical Of Nature“, dan mengusulkan langkah-langkah khusus untuk pembangunan peradaban ekologis saat ini di negara Indonesia.
Dalam pandangan Engels secara sistematis menelusuri hukum-hukum dialektika di alam dan menguraikannya, itulah inti penelitian Engels tentang dialektika dalam ilmu pengetahuan alam. Selain itu, Engels juga mengeksplorasi peran perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat manusia, menggunakan perspektif kesatuan yang berlawanan untuk menggambarkan pro dan kontra ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memperingatkan masyarakat tentang pentingnya menjaga tatanan alam.
Friedrich Engels hidup saat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan produksi industri dalam skala besar. Hal ini, menimbulkan masalah pencemaran lingkungan makin menonjol, mengingat keadaan tersebut Engels menaruh perhatian besar terhadap permasalahan lingkungan ekologis keterhubungan manusia dengan alam.
Selain itu Engels juga mengeksplorasi peran perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat dengan menggunakan prespektif unitas (kesatuan) yang berlawanan untuk menggambarkan pro dan kontra ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk memperingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga tatanan alam.
Materialisme dialektis merupakan buah pikiran yang didasarkan pada tulisan Karl Marx dan Friedrich Engels yang banyak diterapkan secara luas dalam berbagai disiplin filsafat mulai dari filsafat sejarah hingga filsafat ilmu. Sebagai filsafat materialis (dialektika marxis) menekankan akan pentingnya kondisi dunia dan adanya kontradiksi fungsional yang terjadi di dalam hubungan sosial. Kontradiksi ekonomi tenaga kerja dan interaksi sosial ekonomi.
Materialisme dialektis mengakui evolusi alam, dan dengan demikian munculnya kualitas-kualitas baru dalam diri manusia dan keberadaan manusia. Engels menggunakan wawasan metafisik bahwa tingkat keberadaan manusia yang lebih tinggi muncul dan berakar pada tingkat keberadaan manusia yang lebih rendah.
Bahwa makhluk hidup pada tingkat yang lebih tinggi merupakan suatu tatanan baru dengan hukum-hukum yang tidak dapat direduksi, dan bahwa evolusi diatur oleh hukum-hukum perkembangan, yang mencerminkan sifat-sifat dasar materi yang bergerak. Perkembangan ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa alam senantiasa bergenerasi dan berubah.
Perkembangan materialisme pada abad kedelapan belas dan kemajuan ilmu pengetahuan alam pada abad kesembilan belas, serta “Sejarah Umum Alam dan Teori Benda Langit” Kant, mematahkan pandangan kaku tentang alam dan meletakkan dasar bagi Engels untuk mengusulkan pandangan dialektis tentang alam. Engels pertama kali mengkritik pandangan mekanis tentang alam yang menganalisis segala sesuatu secara terpisah, dan mengusulkan agar hukum-hukum seluruh alam tercermin dalam hubungan universal.
Engels meyakini bahwa alam bukanlah sekedar gabungan berbagai benda, melainkan suatu kesatuan utuh yang memuat hubungan antara segala sesuatu. Pada saat yang sama, Engels menunjukkan bahwa pergerakan dan perubahan alam menunjukkan interaksi antara segala sesuatu, dan interaksi ini hanya menegaskan hubungan universal antara segala sesuatu.
Engels mengemukakan dalam “Dialectics of Nature” bahwa sifat utuh yang bersentuhan dengan manusia dalam produksi dan kehidupan sehari-hari adalah “totalitas berbagai objek yang saling berhubungan.”, semuanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan, dan semua bagian alam juga terus bergerak, berubah, dan berkembang.
Setelah melakukan penelitian dan analisis mendalam terhadap berbagai subjek alam, seperti mekanika, astronomi, fisika, kimia, dll. dalam catatan dan penggalannya, Engels mengusulkan bahwa “seluruh alam terbukti bergerak dalam arus dan siklus yang abadi. Poin penting ini.
Menurut Engels, di alam, segala sesuatu mulai dari butiran pasir hingga matahari, dari protista sederhana hingga manusia kompleks, tidak dapat menghindari kemunculan dan kepunahan secara terus-menerus. Karena pergerakan itu mutlak, tidak ada jaminan akan hal itu Tidak ada sesuatu pun yang benar-benar tetap, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat bertahan selamanya. Segala sesuatu yang tampak tenang adalah relatif
“Peran Buruh dalam Transisi evolusi dari Kera ke Manusia”, Engels memusatkan perhatian pada hubungan dialektis antara manusia dan alam, menganalisis konsep penting kerja, dan menganalisis peran kerja dalam perkembangan evolusi umat manusia. “Buruh dan alam bersama-sama merupakan sumber kekayaan, dan kerja menciptakan manusia itu sendiri.”
Eksplorasi umat manusia terhadap alam secara umum melalui tahapan sebagai berikut: ketakutan terhadap alam, pemahaman terhadap alam, penaklukan dan transformasi alam, serta perlindungan alam. Pada tahap pertama, karena belum matangnya perkembangan otak manusia, manusia kurang memiliki pemahaman dasar tentang dunia dan takut terhadap banyak fenomena alam.
Misalnya, guntur dianggap sebagai hukuman dari Tuhan, hujan dianggap sebagai anugerah dari Tuhan, dan seterusnya. Setelah mengkaji proses sejarah perkembangan manusia, Engels sepenuhnya menyerap dan memanfaatkan esensi teori evolusi Darwin dan menunjukkan pentingnya peran tenaga kerja dalam evolusi dari kera menjadi manusia.
Engels percaya bahwa di bawah pengaruh kerjalah peralihan dari otak kera ke otak manusia terjadi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kerja adalah kondisi utama bagi seluruh kehidupan manusia, dan “kerja itulah yang menciptakan manusia itu sendiri.” Sejak saat itu, umat manusia juga telah bangkit dari tahap rasa takut terhadap alam ke tahap pemahaman terhadap alam.
Menurut Engels, untuk memenuhi kelangsungan hidupnya, manusia di alam perlu sering melakukan pertukaran material dengan alam, dalam proses ini tenaga kerja menjadi perantara antara manusia sebagai subjek dan bahan alam sebagai objek. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tenaga kerja ibarat jembatan yang menghubungkan erat manusia dan alam, memungkinkan manusia memahami alam, mentransformasikan alam, bahkan memadukan materi yang disediakan alam melalui kerja untuk menciptakan aliran kekayaan materi yang stabil.
Engels juga mengkritik perusakan alam yang disebabkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Pertama-tama, Engels mengkritik penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlebihan dalam industri, yang menyebabkan eksploitasi sumber daya yang tidak terkendali oleh umat manusia.
Pada tahun 1860-an, Revolusi Industri dimulai. Dengan munculnya sejumlah besar industri maju dan produksi produk-produk industri dalam skala besar, perkembangan sumber daya alam seperti batu bara dan bijih besi telah memasuki keadaan yang hampir gila. Saat mesin uap mulai bekerja, ia tidak hanya menghasilkan aliran tenaga yang stabil, namun juga aliran air limbah, abu, dan bijih yang tidak terbakar sempurna.
Udara dipenuhi asap dan debu, sungai dipenuhi limbah, serta penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlebihan dalam industri membuat hubungan manusia dan alam semakin tegang. Kedua, serupa dengan pecahnya Revolusi Industri, penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian juga tidak diinginkan dan intensif.
Engels percaya bahwa kekuatan alam tanah telah rusak parah akibat mesin pertanian dan penggunaan pupuk pertanian. Alasannya adalah karena keterbatasan kemampuan kognitif yang menyebabkan masyarakat tidak menyadari kerusakan ekologis dan potensi kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas mereka sendiri. Dan persoalan masalah pencemaran lingkungan kurang memiliki analisis dan pemahaman ilmiah.
Prinsip-prinsip filosofis dan gagasan peradaban ekologis yang dibahas dalam “Dialektika Alam” masih bersinar terang hingga saat ini. Pertama-tama, “Dialektika Alam” mengungkapkan bahwa alam terus bergerak, berubah, dan berkembang, memberikan analisis rinci tentang hubungan antara manusia dan alam, dan memperingatkan manusia untuk tidak menjarah alam secara tidak terkendali.
Kedua, pelajaran dari kasus-kasus dan konsekuensi-konsekuensi yang tercantum dalam “Dialektika Alam” memberikan pencerahan bagi perkembangan ekologi negara saya saat ini. “Dialektika Alam” secara komprehensif dan konkrit menganalisis dua sisi ilmu pengetahuan dan teknologi, menunjukkan inti penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Saat ini, permasalahan seperti seringnya terjadi bencana lingkungan alam dan keterasingan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin serius. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mempelajari “Dialektika Alam” dengan cermat dan memahami pemikiran mendalam Engels.