Oh My God: Ketika Atheis Menggugat Tuhan9 min read

Semua umat beragama pastilah mencintai Tuhannya. Bagi umat yang sungguh-sungguh mengimani Tuhannya dan mengikuti ajaran agamanya, penyerahan diri yang total dan ketaatan absolut merupakan sesuatu yang niscaya. Apapun akan dilakukan, asalkan itu demi Tuhan atau Dewa yang diimaninya.

Hal ini kadang menimbulkan masalah ketika segala aturan yang kadang dibuat seolah suci dijadikan ladang untuk mendapat keuntungan pribadi. Karena taat buta, mereka cenderung setia saja, termasuk jika hal itu tidak masuk akal dan jelas-jelas merugikan mereka. Namun, dengan pembenaran bahwa, “Ini adalah perintah Tuhan”, umat tidak lagi bertanya keabsahan perintah itu, melainkan langsung percaya saja.

Dalam tulisan ini, akan dilihat bagaimana dalam film Oh My God, karya seseorang Umash Shukla ini, menampilkan seorang atheis yang kemudian menjadi percaya pada Tuhan. Pada awalnya ia menolak agama karena kelakuan para pemimpinnya yang tidak benar. Ia pun menggugat Tuhan di pengadilan ketika pihak asuransi menolak membayar ganti rugi karena menganggap musibah yang dialami adalah Act of God.

Dari situlah, perlahan-lahan Kanji, tokoh utama dalam film ini membongkar kedok-kedok busuk pemimpin agama demi meraup keuntungan diri. Lebih lanjut akan dilihat suatu fenomena yang oleh Peter Tan dikatakan skandal agama hari-hari ini, terutama di indonesia” sebagai yang “diprovokasi oleh lenyapnya dialektika nalar dan agama, akal budi dan iman.[1]

Alur Film

Film ini dimulai dengan peristiwa seorang atheis penjual patung bernama Kanji yang suka menipu yang mengalami musibah karena gempa bumi. Musibah ini unik karena hanya tokonya saja yang roboh dalam peristiwa itu, sementara yang lain aman-aman saja. Oleh banyak orang, robohnya toko Kanji diakibatkan oleh kemarahan para Dewa karena kanji membubarkan sebuah acara keagamaan umat Hindu di daerahnya.

Ketika Kanji mengajukan dana untuk mereparasi tokonya ke kantor asuransi, pihak asuransi menolak memberikan asuransi. Menurut mereka hancurnya toko Kanji itu di luar kesepakatan yang ditandatangani karena musibah yang dialami adalah Act Of God. Musibah jenis itu tidak akan mendapatkan dana asuransi.

Merasa tidak terima, Kanji memutuskan untuk menuntut Allah memberikan ganti rugi di pengadilan. Ke sana kemari kanji mencari pengacara, tapi semuanya yang menolak. Ia dianggap gila karena mau melawan Allah, sesuatu yang tidak mungkin bagi umat agamis di negaranya itu. Akhirnya Kanji menemukan seorang pengacara lumpuh di sebuah pemukiman padat penduduk, bernama Hanif Qureshi. Kanji diyakinkan bahwa ia bisa membela dirinya sendiri berdasarkan peraturan yang ada di India.

Atas saran dari hanif, Kaji mulai menyiapkan gugatnya dan mengajukan kasus itu ke pengadilan. Aksi Kanjinya ini mendapat sejumlah kecaman dari masyarakat, kalangan pemuka agama, dan juga keluarganya sendiri. Perdebatan-perdebatan panas antara Kanji dan para pemuka agama termasuk pengacara yang menentangnya itu menjadi salah satu momen paling penting dalam film ini. Berkat aksinya itu, popularitas Kanji dalam sekejap melejit tajam karena argumen-argumen yang dikemukakan itu masuk akal. Kanji mempertanyakan kembali kredibilitas dan eksistensi semua sistem agama yang ada, terkhusus agama-agama yang sudah melenceng dari yang seharusnya.

Kisah imajinatif kemudian ditambahkan ketika Kanji dikejar banyak umat dengan dan diselamatkan seorang pria bernama Khrisna Vasudev Yadav (Akshay Kumar) dari Gokul dengan mogenya yang luar biasa. Khrisna ini digambarkan sebagai jelmaan seorang Dewa yang menghadirkan sisi-sisi kerohanian bagi Kanji. Ketika segala argumen Kanji kelihatannya tidak bisa dipertanggungjawabkan melalui bukti-bukti tertulis, Khrisna memberinya kitab suci dari berbagai agama untuk dibaca.

Pada awalnya Kanji menolak karena ia tidak percaya pada Tuhan, tetapi karena diyakinkan bahwa ia akan menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi, akhirnya ia mau membaca.Panji akhirnya berhasil memenangkan perkaranya di pengadilan berkat jawaban dan bukti- bukti yang disajikan lewat kitab suci. Para pemuka agama itu kebingungan dan akhirnya mau mengganti rugi. Sudah terbukti bahwa peristiwa yang menimpa Kanji dan orang-orang lain yang juga mengalami hal serupa dengan Kanji merupakan Act of God.

Di akhir pembelaan itu, ketika Kanji mengatakan bahwa sesungguhnya Tuhan itu tidak ada dan dia tidak percaya, pada saat itu juga suaranya menghilang dan ia jatuh pingsan.Dalam sakitnya itu, Kanji bertemu kembali dengan Khrisna. Khrisna menunjukkan banyak hal yang terjadi selama sakit. Khrisna kemudian menyembuhkan tubuh Kanji yang sudah sulit digerakkan karena stroke.

Khrisna juga menunjukkan bagaimana para pemuka agama mulai membangun patung Kanji dan mengajak umat untuk berderma dan memuja Kanji. Mereka menganggap Kanji adalah seorang Dewa. Melihat itu Kanji menjadi marah. Setelah berbicara banyak, Khrisna berubah menjadi Dewa. Kenji amat terkejut dan mau berlutut di kaki Khrisna. Namun, Khrisna menarik Kanji dan kemudian memeluknya. Khrisna menunjukkan bahwa ada banyak kekeliruan yang dilakukan banyak pemuka agama di sana dan dia mengajak Kanji untuk melakukan perubahan dan mengarahkan umat kembali ke jalan yang benar.

Kritik Terhadap Agama-Agama

Perlombaan Pembangunan Gereja Megah

“…Yang paling penting adalah umat Katolik harus bisa memahami kesukaran ekonomi masyarakat Indonesia saat ini. Saya lihat di Jakarta dan beberapa tempat di Indonesia gereja megah-megah, sementara di sekitar gereja banyak orang miskin.” –Prof. Franz Magnis-Suseno, SJ[2]– Demikianlah gambaran singkat tanggapan Rm. Magnis terhadap para pemimpin gereja Katolik yang demam bangun gereja megah di Indonesia.

Ambil contoh di Flores. Meminjam istilah Emilianus Yakob Sese Tolo, saat ini terjadi perlombaan pembangunan gereja megah yang membuat umat Flores yang mayoritasnya sudah miskin ‘dipaksa’ membayar dana pembangunan tersebut.[3] Selain itu, hal yang sama juga misalnya terjadi di Pontianak yang untuk membangun Kathedralnya, biaya mencapai 76 triliun,[4] dsb.[5]

Realitas ini amatlah disayangkan sebab terdapat beberapa oknum pemimpin Gereja yang secara tidak langsung memanfaatkan umat demi membangun gereja megah yang secara tidak langsung mirip dengan apa yang ditentang Kanji dalam Oh My God. Hal ini menegaskan kembali bahwa fungsi dan peran asali dari agama dan para pemimpinnya, yakni menghantar umat menjumpai Tuhan secara personal, bukan mempermiskin umat dengan aneka tuntutan dan beban yang mempersulit kehidupan umat.

Agama Mengeliminir Akal Sehat

Di zaman ini, khususnya di Indonesia, menurut Peter Tan dalam bukunya Agama Minus Nalar (2020), nampaknya agama memainkan peran skitsofrensik; sebagai mata air solidaritas’ pada satu sisi, tetapi selaku “penyakit minus nalar di di sisi lain. Dan “penyakit minus nalar itu” semakin memainkan peran di ruang publik.[6] Hal ini berarti agama bisa menjadi sumber kebaikan bersama, tetapi di sisi lain agama pun bisa merasakan kebaikan bersama ketika manusia ikut-ikut saja dan tidak menggunakan rasionalitasnya.

Dalam film OMG nampak sekali bahwa para pemimpin agama di Hindia menjadikan agama sebagai komoditi dagang. Dengan tipuan mereka tentang pentingnya memberi derma di tempat ibadah, memberi kurban, membangun tempat ibadah dsb yang bersifat eksternal lainnya mereka telah membuat Tuhan menjadi tidak lebih dari seorang tukang sulap. Akibat tindakan itu, secara tidak sadar relasi manusia dengan Tuhan bukan lagi menjadi relasi personal dari hati ke hati yang kemudian menghasilkan kepedulian pada sesama, malah menjadi relasi seremonial belaka. Pikiran atau nalar umat dimatikan karena dipaksa untuk beriman secara buta. Hal inilah persis yang mau dikritik dalam film ini, bahwa agama adalah jalan bagi umat mendapatkan ketenangan dan kedalaman relasi dengan Allah yang tanpa syarat, bukan sebaliknya.

Dalam agama Islam di Indonesia kiranya agama kerap disalahgunakan oleh para pemimpinnya demi kekuasaan. Salah satunya ialah pemilihan Gubernur Jakarta pada 17 Oktober 2017; Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok digugurkan oleh H. Anies Rasyid Baswedan dimainkan bukan karena rencana kerja yang ditawarkan melainkan memanfaatkan senjata tajam perasaan etnis dan emosi agama.[7] Agama menjadi senjata paling ampuh untuk menaklukan segala cara. Di sinilah umat beragama di Indonesia mesti diajak untuk berpikir secara kritis sebagaimana dilakukan oleh Kanji agar ajaran tidak disalahgunakan dan tidak dijadikan senjata untuk memenuhi syahwat kuasa.

Relevansi Terhadap Kehidupan Beragama

Film OMG memiliki pesan penting bagi keagamaan dewasa ini. Sebagaimana dikatakan oleh S Radhakrishnan, cendekiawan India terkemuka, penulis buku Indian Philosophy (1929), bahwa, agama yang tidak menumbuhkan kepedulian sosial, agama yang tidak terpanggil menghapus kesengsaraan orang banyak akan ditinggalkan?[8]

Hal ini menunjukkan sebagaimana yang dikritik Kanji di pengadilan bahwa agama seharusnya mengajak umat untuk peduli pada yang miskin dan membutuhkan seperti memberi susu kepada yang lapar dan haus daripada mempersembahkannya di kuil yang kemudian di buang begitu saja di selokan.

Tugasnya adalah mengurangi penderitaan manusia di dunia, bukan sebaliknya meminta iuran yang tidak kecil kepada umat agar bisa membangun gereja megah seperti fenomena beberapa tahun terakhir atau malah menggunakan agama sebagai kendaraan politik yang memecah belah agar meraih kemanusia. Jika hal buruk itu terjadi maka bukan tidak mungkin agama justru menjadi biang keladi kerusakan kehidupan dan penderitaan manusia.

Tanggapan Pribadi

Film OMG ini sangat baik untuk diperkenalkan kepada semua pemimpin agama. Pesan- pesannya sangat dalam dan realistis. Sekurang-kurangnya ada dua pesan penting yang saya tangkap. Pertama, bagi pemimpin agama. Para pemimpin agama perlu sadar dan berefleksi diri apakah praktik keagamaan yang selama ini diadakan entah ritual, pembangunan gedung, dsb sungguh membawa umat semakin dekat kepada Tuhan dan membuat mereka lebih baik, atau sebaliknya malah mempersulit umat.

Kedua, bagi umat beragama. Umat agama perlulah kritis terhadap segala penyimpangan yang dilakukan para pemimpinnya. Artinya umat perlu menggunakan akal budinya dalam menyikapi banyak hal dalam agama sehingga tidak disalahgunakan oleh pemimpin agama untuk kepentingan politik, ekonomi, dsb yang cenderung dektruktif, korup, dan memecah belah.

Kesimpulan

Sebagai makhluk spiritual manusia butuh agama. Agama akan menuntun manusia menuju sang empunya segala hal, yakni Allah. Melalui agama manusia diberi tujuan dan cara hidup yang jelas agar sungguh berbuah secara personal dan komunal. Agama itu diharapkan membawa manusia pada rasa kemanusiaan yang bermuara para solidaritas terhadap sesama.

Namun, fakta di lapangan sering berkata lain. Agama sering disalahgunakan oleh pemimpinnya. Inilah pokok permasalahan yang coba dilawan oleh Kanji dalam Film OMG bahwa agama seharusnya membuat hidup manusia lebih baik, membawa kesejahteraan bagi bersama lewat ajarannya, bukan malah mempermiskin, memecah belah, dan mempersulit umat. Para pemimpin agama perlu sadar akan tugas mulianya agar tidak menyimpang dan menyalahgunakan kekuasaanya.

Sebaliknya, umat diajak untuk kritis menggunakan akal budinya demi mengkritik kekeliruan para pemimpinnya dan memperdalam relasinya dengan Tuhan. Dengan jalan itu, agama akan menjadi tempat umatnya mendapatkan harapan, sukacita, kebaikan, dan mencintai Tuhannya secara tulus dan otentik, serta mampu memiliki rasa kemanusiaan yang radikal yang mewujud dalam solidaritas terhadap sesama.


[1] Peter Tan, SVD. Prolog oleh Dr. John Mansford Prior dalam Agama Minus Nalar. Ledalero: Maumere, 2020. Hal. iv.

[2] Emilianus Yakob Sese Tolo. “Haruskah Masyarakat NTT Membangun Gereja Megah di Tengah Kemiskinan”, dalam Indorprogres, 29/8/17. https://indoprogress.com/2017/08/haruskah-masyarakat-ntt-membangun-gereja-megah-di- tngah-kemiskinan/

[3] Emilianus Yakob Sese Tolo. Sengkarut Agraria di Flores. Majalah Basis Nomor 11-12, Tahun ke-68, 2019. Hal.34.

[4] https://pontianak.tribunnews.com/2014/12/18/pembangunan-gereja-katedral-telan-rp-76-miliar

[5] Siprianus Edi Hardum. “Umat Katolik Diminta Stop Bangun Gereja yang Megah”, dalam Berita Satu, 12/8/17. www.beritasatu.com/edi-hardum/gaya-hidup/446866/umat-katolik-diminta-setop-bangun-gereja-yang-megah (Diakses pada Senin, 6/10/20 pukul 16.34 WIB).

[6] Peter Tan, SVD. Prolog oleh Dr. John Mansford Prior dalam Agama Minus Nalar. Ledalero: Maumere, 2020. Hal. iii.

[7] Nuraki Aziz . “Ketikan Anies-Sandi Menang dengan Kekuatan Islamis” dalam BBC, 20/4/17 https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39644574 (Diakses pada Jumat, 16/10/20 pukul 14.18 WIB)

[8] I Wayan Westa. “Nyepi dan Kemanusiaan Kita”, dalam Kompas, 24 Maret 2020.https://kompas.id/baca/opini/2020/03/24/nyepi-dan-kemanusiaan-kita/ (Diakses pada 16/10/20 pukul 14. 32 WIB).


Referensi:

Tan, Peter. Prolog oleh Dr. John Mansford Prior dalam Agama Minus Nalar. Ledalero: Maumere, 2020.

Tolo, Emilianus Yakob Sese. 2019. Sengkarut Agraria di Flores. Majalah Basis Nomor 11-12, Tahun ke-68.

Emilianus Yakob Sese Tolo.” Haruskah Masyarakat NTT Membangun Gereja Megah di Tengah Kemiskinan”, dalam Indroprogres, 29/8/17. https://indoprogress.com/2017/08/haruskah- masyarakat-ntt-membangun-gereja-megah-di-tengah-kemiskinan/ (Diakses pada Senin, 5/10/20 pukul 21.31 WIB).

Alfrons Pardosi. “Pembangunan Gereja Katedral Telan Rp76 M”, dalam Tribun Pontianak, 18/12/18 https://pontianak.tribunnews.com/2014/12/18/pembangunan-gereja-katedral-telan-rp-76- miliar (Diakses pada Rabu 14.29 WIB).

Siprianus Edi Hardum. “Umat Katolik Diminta Stop Bangun Gereja yang Megah”, dalam Berita Satu, 12/8/17 www.beritasatu.com/edi-hardum/gaya-hidup/446866/umat-katolik-diminta-setop- bangun-gereja-yang-megah (Diakses pada Senin, 6/10/20 pukul 16.34 WIB).

Nuraki Aziz “Ketikan Anies-Sandi Menang dengan Kekuatan Islamis” dalam BBC 20/4/2017 https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39644574 (Diakses pada Jumat, 16/10/20 pukul 14.18 WIB).

I Wayan Westa. Nyepi dan Kemanusiaan Kita dalam Kompas, 24 Maret 2020. https://kompas.id/baca/opini/2020/03/24/nyepi-dan-kemanusiaan-kita/ (Diakses pada 16/10/20 pukul 14. 32 WIB).

One thought on “Oh My God: Ketika Atheis Menggugat Tuhan

  • Selamat pagi mas. Tulisannya sangat bagus dan lengkap juga kritikan yang mengena sekali terhadap kredibilitas gereja-gereja. Tapi sepertinya ada sedikit kekeliruan. Film ini tidak di buat oleh Yona Vin Ziolina mas tapi disutradarai oleh Umash Shukla, Yona itu nama saya yang kebetulan memang pernah mereview filmnya. Tolong diubah ya nanti ada yang salah paham hehe. Terlepas dari kesalahannya, tulisannya sangat keren. Salam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like