“Neraka‒adalah Orang Lain” Mengguncang Bumi Lewat Taliban: Sartre dan Buya Syafii7 min read

Hidup di bawah rezim Taliban seperti memiliki hubungan dengan kekerasan. Pada awalnya baik. Mereka mengumbar janji, mereka melangkah dengan hati-hati, mereka bahkan menepati beberapa janji. Tapi ketika Anda dibuai rasa aman yang palsu, di situlah mereka membuat perencanaan.

Kutipan cukup panjang di atas berasal dari salah seorang (nama dirahasiakan identitasnya) yang mengalami nelangsa di bawah kuasa Taliban selama lima tahun (1996-2001). Kini, klaim Taliban menguasai seluruh Afganistan. Ibukota Kabul dan Istana Kepresidenan menentukan nasib mereka. Seakan-akan kehadirannya menelan kejamnya malam.

Tetapi, Hell is‒other people![1] (Neraka adalah Orang Lain!), kata Jean Paul Sartre dalam No Exit and Other Plays. Sekian puluh tahun kemudian, “Taliban pernah bawa ‘Keping Neraka’ ke muka bumi”, kata Buya Syafii.[2]

Sartre, filsuf besar Perancis, Buya Syafii salah satu pemikir arus utama Indonesia. Keduanya, tidak pernah bertemu dengan Taliban dan apa pentingnya juga. Sangat jelas, Sartre dan Taliban beda zaman dan bertentangan seratus delapan puluh persen corak pemikirannya. Tetapi, Hell is‒other people masih relevan. Senada Keping Neraka, sabda Buya Syafii, yang dianugerahi umur panjang, sehingga masih hidup sezaman Taliban.

Sartre dan Buya Syafii, sosok berpikir bebas dan inklusif. Taliban masih sebatas janji untuk membentuk pemerintahan inklusif.[3] Menurut Request for Information (rfi) bermarkas di Perancis, dua dari lima janji Taliban, diantaranya:

Pertama, Perempuan akan memiliki hak, tetapi … Menempuh pendidikan dan bekerja di sektor non domestik itulah komitmennya. Perempuan bersama hak-haknya akan ditentukan oleh hukum Islam. Kewaspadaan atas pandangan iklusif menyamarkan kebebasan wanita.

Interpretasi terhadap pemerintahan inklusif merupakan janji yang telah dibebaskan dari sisi “Neraka adalah Orang Lain”. Tujuannya? Satu diantaranya, supaya citra Taliban di mata dunia dinilai dan dideskripsikan telah mampu berubah.

Pengakuan negara lain atas Taliban terbentuk, jika ia telah menghormati hak-hak perempuan dan anak-anak Afganistan dalam kehidupan dan pemikirannya. “Dia berjanji Taliban akan menghormati hak-hak perempuan dalam norma-norma hukum Islam, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Taliban telah mendorong perempuan untuk kembali bekerja dan mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah, membagikan jilbab di pintu. Seorang pembawa berita wanita mewawancarai seorang pejabat Taliban pada hari Senin di sebuah studio TV.”[4]

Sejumlah negara memberi isyarat seperti Cina dan Rusia, tetapi bukan berarti keduanya tanpa syarat. Setidak-tidaknya kepentingan ekonomi politik menyertainya. Sama halnya Taliban, hak-hak perempuan Afganistan bukan berarti tanpa syarat.

Interpretasi melawan interpretasi. Zaman berubah mesti diiringi dengan interpretasi baru. Pemikiran baru untuk mengatasi pemikiran lama dalam kehidupan perempuan dan anak-anak Afganistan. Demikian pula interpretasi atas hukum. Adakah hal baru dari Taliban semenjak dua dekade? Ataukah Taliban berubah semenjak berkuasa sebelum 2001 untuk membuktikan janji melalui pemenuhan hak-hak perempuan? Berharap, fantasi atau penanda kosong bagi hak-hak perempuan dan anak-anak Afganistan hilang di hadapan mata mereka.

Mewujudkan kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam pendidikan itulah yang ditunggu-tunggu.

Taliban juga menjanjikan kaum perempuan Afganistan untuk bisa mengecap sekolah dan berkarir di bidang lain. Kata lain, perempuan tidak lagi “dirumahkan”, akan dipenuhi hak-haknya yang selama ini terbelenggu.

Dan kedua, Pengampunan untuk semua (Pardon for all)?Pengampunan terhadap lawan perang, pejabat pemerintah, militer, dan polisi yang bersekutu dengan Amerika merupakan jalan keluar dari “Neraka adalah Orang Lain”.  Semakin banyak yang ragu terhadap Taliban saat ingin berubah karena mereka sendiri tidak bisa membuktikan secara serius apa yang telah dambakan, atas apa yang janjikan.[5]

Belajar dari setiap sisi pengalaman.  Sisi kelam Taliban ditandai melalui kisah pembunuhan atas kelompok etnis minoritas, yang berbeda mazhab.[6] Hanya karena berbeda aliran dengannya, Taliban bertindak diskriminatif dengan kelompok minoritas lain. Kebencian sampai di ubun-ubun atas keragaman dan perbedaan keyakinan membabi-buta, yang ditandai penghancuran situs keagamaan tertentu.

Hell is‒other people, kata Sartre dan Keping Neraka, kata Buya Syafii tidak bermaksud untuk menyepelehkan manusia. Hanya berpandangan picik dan berjiwa monster, yang tidak mampu melihat, bahwa manusia buta karena buta atas dirinya. Buta karena disilaukan oleh kobaran api “Neraka adalah Orang Lain” atau “Keping Neraka”, yang berlindung dibelakang topeng kebenaran suci.

Bagi orang-orang yang menginginkan perubahan, interpretasi atas pemikiran agama tidak sekedar janji. Caranya, yaitu pelibatan seluruh komponen bangsa Afganistan untuk membangun kerangka berpikir logis melalui forum kebangsaan, yang terbuka, egaliter, inklusif, dan cair.

Jembatan “Neraka adalah Orang Lain” tanpa disadari oleh Taliban, yang ia ciptakan sendiri perlu diganti dengan sebuah jembatan menuju harapan masa depan. Saling menjegal hanya akan menciptakan “Neraka adalah Orang Lain” yang baru.

Selama Taliban “tidak berbeda” dari sebelumnya, sulit untuk melepaskan sosoknya sebagai “Neraka adlah Orang Lain” di muka bumi. Aljazeera melansir berita berjudul: “Will Taliban rule be different this time in Afghanistan?[7] Boleh dikata, orang-orang akan mengajukan sebuah pertanyaan yang serupa. Sebaliknya, kisah seorang anak muda yang bermimpi menuju masa depan, di kolom langit Afganistan.

Hari itu, seorang anak muda memutuskan untuk iseng-iseng menelusuri setapak jalan dilalui orang-orang. Anak muda berada di luar untuk melihat tanggapan dan kesan yang muncul dibenak sesama warga Kabul. Tetapi ternyata dia menemukan jalanan hampir senyap. Terdapat toko dan pasar telah tutup. Anak muda itu nyaris tidak melihat ibu, anak-anak, dan perempuan.  Dimana-mana, hari itu biasanya orang-orang keluar pada jam seperti biasanya memiliki hajatan untuk berbelanja atau menikmati keseharian. Pemandangan jalanan yang senyap.

Anak muda itu menyadari bahwa perempuan tidak akan lagi bisa berjalan di jalanan dengan dandanan menarik,atau muda mudi dengan bunyi musik merdu, alat kecantikan yang menantang, dan sepatu hak tinggi. Canda gurau mereka mungkin tidak lagi terdengar di pusat perbelanjaan atau tempat nongkrong lain.

Mimpi anak muda sedikit terusik oleh suara dentuman bom, tangisan orang-orang, ledakan bom bunuh diri berhamburan di tanah, yaitu tanah Afganistan. Anak muda itu bisa melihat jika perempuan tidak menikmati pendidikan persis ketika dia mendengar suara tembakan di kejauhan. tetapi tidak melihat ada pertempuran di jalanan. Begitulan pemandangan yang membuat mereka tidak sudi menerimanya tanpa koar-koar dan komat-kamit ruhaniawan.

Anak muda itu berjalan menuju sebuah tempat, suatu kawasan yang banyak dikunjungi oleh khalayak ramai. Suatu tempat yang dipenuhi oleh anak muda, tempat dimana mereka biasa saling ngobrol. Ia merupakan tempat yang mengingatkan mereka untuk mengenang masa-masa indah  yang telah berlalu. Kopi betul-betul terasa pahit, tanpa rasa lain. Akhirnya, semuanya tidak ada lagi yang bisa membuat mereka tersenyum simpul. Dalam benak anak muda terasa kosong.

Pada kesempatan lain, anak muda itu tidka lagi melihat kerumunan. Tidak ada lagi yang menarik untuk dinimati bersama. Ada anak muda lain asyik bercengkrama, yang lain senang dengan bermain game, Instagram atau TikTok sambil berselfi ria. Tiba-tiba para pejuang Taliban langgar di depan mereka. Para pejuang Taliban bergaya busana shalwar-kameez, menenteng senapan. Pejuang Taliban tidak berpose bersama dengan anak muda. Ada sesuatu yang membuat merinding bulu kuduk mereka.

Saat-saat Kota Kabul jatuh di tangan Taliban, anak muda belum melihat ada sekian orang dengan latar belakang etnis dan agama yang berbeda. Orang-orang merasa cemas seiring dengan memanjatkan doa untuk keselamatan negeri mereka. Anak muda itu justeru menemukan ruang hiburan untuk melupakan penat berubah menjadi sesuatu yang mengerikan.

Dengan mata sayu, anak muda itu mencoba melupakan kengerian dan kecemasan yang menyelimuti orang-orang di sekitar Kabul. “Tidak ada yang sulit, kan Taliban?” Ketus anak muda itu. Dunia menyaksikan. Mimpi Afganistan akan terwujud, jika Anda ingin berubah. Dalam waktu dekat, semua mimpi Anda akan terwujud.

Terdapat kisah nestapa terutama kaum perempuan di bawah rezim Taliban.[8] Rasa trauma begitu mendalam warga Afganistan, yang meninggalkan jejak dan bekas. Mereka sudah kenyang dengan janji-janji Taliban.

Jika Taliban tidak ditandai sebagai “Neraka adalah Orang Lain”, berubahlah sekarang! Saat ini, yang diinginkan titik temu atau hidup bersama dalam ‘ruang komunikasi’ untuk masa depan Anda. Berlapang dada itu tidak mudah, tetapi harus dimulai bersama. Kuncinya, tidak ada dusta diantara kita.


[1] Hell is‒other people!, kata Jean Paul Sartre. Lihat Jean Paul Sartre, No Exit and Three Other Plays, Vintage International Vintage Books. A Division of Random House, Inc’. New York, 1989, hlm. 45. Diakses dari https://1000wordphilosophy.com/2021/02/08/hell-is-other-people-sartre-on-personal-relationships/, tanggal 5 September 2021, pukul 09.42 WITA.

[2] Taliban Pernah Bawa ‘Keping Neraka’ ke Muka Bumi, kata Buya Syafii. Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210903203448-113-689561/buya-syafii-taliban-pernah-bawa-keping-neraka-ke-muka-bumi, tanggal 5 September 2021, pukul 09.19 WITA.

[3] Taliban masih sebatas janji untuk membentuk pemerintahan inklusif. Diakses dari https://www.aljazeera.com/news/2021/9/4/afghanistan-mullah-baradar-promises-an-inclusive-government, tanggal 7 September 2021, pukul 09.31WITA.

[4] Dia berjanji Taliban akan menghormati hak-hak perempuan dalam norma-norma hukum Islam. Diakses dari https://apnews.com/article/afghanistan-taliban-kabul-1d4b052ccef113adc8dc94f965ff23c7, tanggal 20 Agustus 2021, pukul 9.50 WITA.

[5] Menurut Request for Information (rfi) bermarkas di Perancis, dua dari lima janji Taliban. Diakses dari https://www.rfi.fr/en/five-promises-the-taliban-have-made-in-afghanistan, tanggal 19 Agustus 2021, pukul 29.41 WITA.

[6] Kisah pembunuhan atas kelompok etnis minoritas, yang berbeda mazhab. Diakses dari https://www.aljazeera.com/news/2021/6/13/anger-as-afghanistan-mourns-death-of-car-blast-victims, tanggal 7 September 2021, pukul 10.00 WITA.

[7] Aljazeera melansir berita berjudul: “Will Taliban rule be different this time in Afghanistan? Diakses dari https://www.aljazeera.com/program/inside-story/2021/8/18/will-taliban-rule-be-different-this-time-in-afghanistan, tanggal 19 Agustus 2021, pukul 16.28 WITA.

[8] Kisah nestapa dari kaum perempuan di bawah rezim Taliban. Diakses dari https://news.detik.com/bbc-world/d-5690516/cerita-perempuan-afghanistan-yang-hidup-saat-taliban-berkuasa-1999, tanggal 5 September 2021, pukul 09.54 WITA.

ASN/PNS Bappeda Kabupaten Jeneponto/ Aktivis Masyarakat Pengetahuan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like