Hidup dalam Pantauan7 min read

Pada tahun 1998, seorang wanita kelahiran Sunda dan lelaki kelahiran Madura ditakdirkan untuk bersama dalam ikatan pernikahan. Setelah pernikahan, siapa sangka? Mereka hidup dalam rumah dengan pantauan yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Mereka terus memantau, seperti sedang menyusun rencana untuk menghancurkan rumah tangga yang baru dibangun itu. Tercium aroma dendam, iri, benci dalam hati nya. Tapi, siapa mereka? Kenapa mereka dendam? Kenapa mereka iri? Apa yang telah pasangan ini perbuat?

Pagi yang cerah dan matahari yang bersinar terang membangunkan wanita cantik yang sedang terlelap dalam tidurnya. Wanita berkulit putih, rambut terurai panjang dengan senyuman yang cantik yang akan membuat orang jatuh hati. Ya, dia adalah Emma Nury Adisty. Wanita berparas cantik yang lahir di tanah Sunda.

Tok tok..

Ketukan pintu menyadarkan kembali Emma yang sedang melamun di kasurnya.

“Sedang apa? Ayo keluar jangan di kamar terus” ucap Ivan kepada Emma dengan pakaian yang sudah rapih.

Emma pun keluar dan mendapati ruang tamu yang sudah ramai oleh keluarga Ivan. Yup, mereka tinggal bersama dengan saudara – saudara Ivan. Ivan memiliki 3 adik perempuan, 1 kaka laki – laki, 1 kaka ipar, dan 3 sepupu lelaki nya. Bisa dibayangkan, bagaimana penuhnya rumah yang Emma tempati ini? Tapi, tetap terasa sepi bagi Emma.

Emma berjalan menuju ruang makan, diliriknya saudara – saudara yang sedang asyik dengan kegiatannya.

“Emma, bagaimana kondisi mu? Kamu terlihat lebih pucat Emma.” Ucap seorang perempuan yang memiliki paras anggun. Dia adalah Mega, istri dari kaka laki – laki Ivan. Mega juga memiliki darah Sunda sama seperti Emma.

“Baik teh, aku hanya tidak bisa tertidur semalam karena mendengar batu seperti di lemparkan ke jendela kamarku. Apa disini sering seperti itu teh?” ucap Emma dengan wajah yang bingung karena kejadian semalam.

“Lempar batu? Aku tidak pernah mendengar ada orang yang melempar batu ke rumah ini. Lagian, mana berani mereka macam – macam dengan keluarga Ivan. Kamu ngelindur kali Emma” ucap Mega sambil ikut menyantap makanan.

“Mungkin ya, apa aku ngelindur? Tapi aku mendengar dengan jelas.” Tutur batin Emma.

“Daripada mikir itu, kamu tau ga Emma kalo Ivan baru membeli mobil dan emas? Itu dia kasih ke adik dan ke mas Salman loh hihi. Kamu dikasih juga pasti ya?” saut Mega dengan wajah senang karena suaminya baru diberikan mobil oleh Ivan.

“Hah? Tidak, mas Ivan tidak berbicara apapun tentang itu” ucap Emma sedikit lesu karena lagi dan lagi kejadian ini terulang. Mas Ivan tidak pernah membicarakn perihal keuangan dengan Emma, tidak pernah berdiskusi dan tidak pernah memberi apa – apa kepada Emma secara personal. Ivan selalu royal ke saudara nya tetapi pelit ke Emma.

Setelah menyantap sarapan nya, Emma kembali lagi ke kamarnya. Terlihat Ivan sedang duduk di kasur.

“Mas, aku semalem denger suara batu seperti dilempar – lempar ke jendela terus—“ belum sempat menyelesaikan bicara nya, lalu dipotong oleh Ivan.

“Bisa ga jangan ngawur? Aku semaleman ga denger ada suara kaya gitu. Gausah aneh – aneh bikin pusing orang” saut Ivan dengan nada ketus.

“Okay” saut Emma dengan nada lesu. Yah, mau berdebat pun tidak penting rasanya.

Malam pun tiba. Malam itu tepat di malam Jumat Kliwon. Emma sedang duduk di dalam kamarnya. Semua saudara beserta Ivan di ruang tengah sambil memainkan musik dangdut, Seketika, di depan jendela kamar Emma nampak seorang perempuan berbaju seperti penari menyeringai kepada Emma. Emma yang terkejut melihat penampakan tersebut hanya bisa terdiam membeku di tempat.

“Menarilah Emma, lepas baju mu” terdengar suara bisikan di telinga Emma. Seketika, Emma membuka baju nya lalu pergi keluar menari dan menyanyi sinden. Semua keluarga kaget, termasuk Ivan yang langsung memeluk Emma dan menyuruh adiknya untuk membawakan baju. Emma terus menari dengan tatapan kosong dan sesekali menyeringai. Semua panik, hingga akhirnya memanggil ustad untuk mengeluarkan sosok yang berada di tubuh Emma.

Setelah kejadian itu, Emma jadi lebih sering menyendiri dan melamun. Dia sering melakukan percobaan bunuh diri.

Beberapa hari kemudian, Ibu dan Ayah Emma datang berkunjung. Betapa terkejutnya saat melihat kondisi anaknya seperti sdang depresi. Bahkan, Emma tidak menyambut kehadiran orangtuanya. Orang tua Emma akhirnya memutuskan untuk menginap di rumah Emma dan Ivan sampai Emma kembali pulih.

Di malam hari, ibu Emma terbangun untuk mengambil minum di dapur. Saat berjalan ke dapur, ibu Emma melihat wanita yang sudah tia sedang duduk di meja makan. Ibu Emma mengira itu adalah salah satu pekerja yang ada di rumah itu. Saat jaraknya sudah hampir dekat, betapa terkejutnya ibu Emma melihat bahwa wanita itu memutarkan kepala nya 180derajat. Dengan muka pucat dan gigi yang sudah ompong, nenek tua tersebut menyeringai dan melayang masuk ke dinding. Ibu Emma teriak dengan sekuat tenaga hingga semua orang terbangun. Akhirnya ibu Emma di tenangi oleh Ivan dan yang lainnya.

Ibu Emma dibawa ke kamar lalu diberi waktu untuk istirahat. Ibu Emma kembali membuka matanya saat dia mendengar ada suara seperti bola yang memantul di lantai. Saat membuka mata nya, ibu Emma kembali berteriak dengan histeris hingga kehilangan kesadaran. Ternyata suara seperti bola tersebut adalah kepala buntung yang terbang keatas dan kebawah sambil menjulurkan lidah nya.

Semua orang panik melihat kondisi ibu Emma yang sudah tidak sadarkan diri. Akhirnya mereka membawa ibu Emma ke Rumah Sakit. Emma yang melihat kondisi ibu nya hanya terdiam, dan tidak mengeluarkan satu patah kata pun. Benar – benar plong kosong.

Ayah emma yang melihat kondisi anaknya seperti itu langsung memberikan amanah kepada Ivan.

“Ivan, Emma sudah tidak benar. Tolong kamu bawa dia ke ustad. Dia bukan Emma yang saya kenal. Emma tidak seperti ini. Dia sudah terkena guna – guna” ucap Ayah Emma dengan nada khawatir. Ivan yang mendengarnya hanya mengernyit kan dahi nya seakan tidak percaya akan omongan mertua nya itu.

Beberapa hari kemudian, Ivan mengajak Emma pergi ke Madura karena ada acara keluarga. Disana berkumpul seluruh keluarga Ivan. Saat sudah sampai di pagar, Emma tiba – tiba berteriak histeris dan hendak loncat dari mobil yang sedang berjalan. Ivan yang kaget langsung membanting stir nya dan menghentikan mobil tersebut. Sembari menenangkan Emma, dia menelpon saudara – saudara nya untuk menolong nya. Emma yang menjerit – jerit kemudian berhenti menjerit dan berkata

“Kenapa kamu ajak dia kesini? Kamu dan Emma harus berpisah Ivan hahaha” ucap Emma dengan suara yang berat. Emma lagi – lagi berteriak dan memukul – mukul benda di sekitar nya. Situasi yang tidak lagi kondusif sehingga Emma digotong menuju rumah ustad.

Ustad yang mengobati Emma sangat kewalahan menghadapi mahkluk yang ada di dalam tubuhnya. Akhirnya, Emma berhasil diobati dan kembali sadar. Ustad pun mengajak Ivan untuk berbicara 4 mata.

“Kamu tau istri kamu berbeda dari sebelumnya? Kenapa baru diobati sekarang? Kamu tau apa yang menimpa istrimu?”

Ivan yang mendengarnya terkejut dan terheran – heran, memang istri nya berbeda tetapi dia tak pernah mengira ada yang salah selama ini.

“Memang ada apa pak ustad? Kenapa dengan istri saya?”

“Kamu mau liat siapa yang ada di badan istri kamu? Dan apa tujuan nya masuk ke dalam tubuh nya?” lalu pak ustad membawa Ivan menuju Emma yang sedang terbaring. Lalu, ustad membacakan doa untuk Emma. Seketika, Emma membuka mata nya dan menatap tajam ke arah Ivan dan ustad nya. Tak terduga, badan Emma yang sedang tertidur seketika terangkat. Sambil mengeluarkan suara yang melengking. Semuanya menatap syok ke arah Emma.

“Bagaimana Ivan? Kamu masih mau mempunyai istri yang seperti ini? Sudah aku bilang, menikahlah dengan aku bukan dengan Emma. Aku sudah berhasil membuat Emma cemburu dengan ku, tinggal kamu yang menceraikan Emma! Cepat pisah dengannya atau kau akan mengakibatkan rasanya!!” Emma berbicara dengan lantang dan tanpa terasa Ivan meneteskan air matanya.

“Tolong keluarlah. Emma tidak salah, kasianilah dia, orang tua nya pun sedih melihatnya.”

Ntah apa yang ada di pikirannya, mahkluk itu hanya tersenyum mendengar Ivan yang berbicara begitu kepadanya.

Tak lama, Emma sadar setelah di berikan air doa. Ustad pun hanya menghembuskan nafasnya karena sudah cukup lelah mengeluarkan mahkluk ini.

Setelah kejadian itu, Ivan dan Emma menjalankan hidupnya kembali normal. Mereka dikaruniai 5 anak. Hidup mereka adem tidak ada kekerasan lagi.

Apakah keluarga mereka sudah terlepas dari mahkluk ini? Siapa mahkluk ini? Siapa dalang dari semua ini?

Sayangnya, mahkluk ini belum selesai memantau keluarga Ivan. Dia hanya sedang memantau dalam diam sembari menyusun rencana ke depannya. Dia akan kembali, saat Ivan dan Emma memiliki kebahagiaan bersama keluarga Madura nya.

One thought on “Hidup dalam Pantauan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like