Semua orang setuju saat ini yang menjadi trending topik perbincangan di dunia nyata dan maya adalah politik pilpres. Selalu ada behind the scenes menarik dibalik tayangan politik yang ditonton masyarakat, terkadang sajian data dan fakta menjadi absurd untuk dipahami narasinya karena terfragmentasi dalam situasi bias yang dipaksa harus diterima mainstream oleh publik.
Akumulasi patafisika politik sekarang membawa pada refleksi drama Ubu Roi (Raja Ubu) karya Alfred Jarry pada tahun 1896. Kemunculan drama ini dinilai kontroversi karena melanggar konvensi dramatikal Prancis pada era itu yang erat dengan kelompok borjuisme. Alur drama bertema perebutan kekuasaan dan keserakahan ini dimulai dari hembusan Mere Ubu sebagai istri Pere Ubu agar suaminya berkuasa menjadi raja Polandia dengan cara membunuh Venceslas sebagai raja yang sedang berkuasa.
Pere Ubu sebelumnya merupakan orang kepercayaan raja Venceslas dengan jabatan strategis yang diberikan kepadanya. Akan tetapi dihadapan istrinya, Pere Ubu menjadi lugu dan menuruti anjuran Mere Ubu untuk membunuh raja Venceslas demi kekuasaan. Cara inkonstitusional yang dilakukan Pere Ubu atas desakan istrinya tentunya memantik pelanggaran etik berat. Maka untuk menutupi rasa malu, Pere Ubu menutupi wajahnya dengan balutan kain, namun itu tidak mampu menyembunyikan gluttonous perut buncitnya yang menyiratkan kekuasaan dan aset kekayaan telah diraihnya.
Detik-detik peralihan kekuasaan diatur secara halus. Semua nampak berjalan seperti biasa, Pere Ubu selalu hadir dalam setiap acara kerajaan. Sampai akhirnya waktu eksekusi sang raja tiba, dengan berbagai pro kontranya Pere Ubu menduduki kursi kerajaan Polandia. Para konsultan politiknya melakukan rebranding dengan mempengaruhi psikologi sosial rakyat, Pere Ubu harus tampil mempesona setelah menjadi raja dengan membagikan daging gratis dan uang pada rakyat.
Namun misi terselubung dibalik itu adalah supaya masyarakat bersedia membayar pajak lebih banyak. Lalu jangan lupa, peran Mere Ubu sebagai inisiator kudeta tidak berhenti saat suaminya menjadi raja. Mere Ubu tetap memupuk ambisinya dengan terus merangsek menggali kuburan para raja mengeruk harta yang tertimbun. Hingga di ujung keruntuhan jabatan suaminya saat melawan Rusia dan putra Venceslas, Mere Ubu tidak terpengaruh suasana chaos, dia masih semangat menambah kekayaan.
Pada titik ini, patafisika politik menjadi seni sekaligus strategi untuk mencapai kekuasaan. Taktik patafisika yang dilakukan tim Ferdinand Marcos Junior atau dikenal dengan Bongbong Marcos sangat aktif di TikTok yaitu mencitrakan positif dirinya dan keluarga atas segala kasus kontroversialnya di Filipina. Bahkan cenderung Bongbong Marcos jarang melakukan model kampanye konvensional, dan terbukti patafisikanya berhasil membawanya kini menjadi presiden Filipina.
Plot drama Ubu Roi seperti sejarah berulang di Filipina dan kemungkinan ada hal serupa di negara lain, bagaimana rakyat Ubu Roi lupa atau melupakan tragedi Pere Ubu membunuh raja Venceslas, melalui rebranding Pere Ubu sebagai sosok penyayang rakyat. Serta ada upaya gimik bahasa yang tidak mudah dipahami masyarakat pada masa itu, kemudian perlahan menjadi populer digunakan.
Rakyat yang pragmatis bertemu dengan elite yang membutuhkan dukungan publik acapkali mendangkalkan substansi politik dengan mengabaikan aspek edukasi pemilih. Ini justru memetakan mayoritas pemilih pada kapasitas tidak mampu membicarakan masa depan politiknya dalam parameter intelektual. Oleh karena itu porsi penyesuian antara pemenuhan hak politik dan hak vibe kehidupan berdasarkan fase generasinya harus berada pada metodologi yang seimbang.
Kamuflase balutan kain Pere Ubu di bagian akhir drama dilucuti oleh orang-orang terdekatnya yang dulu berjuang bersama dalam kudeta. Hal ini dipicu oleh gluttonousnya Pere Ubu yang menyingkirkan mereka dari radius kerajaan. Namun di luar istana, ternyata mereka menyusun rencana melawan Pere Ubu agar jatuh dari kekuasaannya sebagai roi (raja).
Mereka menggalang kekuatan dengan berbagai pihak termasuk dengan Rusia dan putra raja Venceslas yang selamat melarikan diri saat terjadi kudeta berdarah. Pintalan perlawanan membesar siap menggulingksn Pere Ubu yang kehilangan cengkraman kekuatannya. Orang-orang di lingkarannya berkurang dan berbalik arah membuka gulungan kain Pere Ubu yang terjerembab jatuh dari kursi singgasana raja. Kekalahan ini membawa Pere Ubu dan istrinya mengungsi menggunakan kapal laut ke Prancis.
Rebranding Pere Ubu yang dipertahankan selama menjadi raja seketika runtuh oleh sifat otentik memperlakukan orang-orang terdekatnya. Patafisik lingkarangan Pere Ubu mengkristal menjadidistrust dan puncak abstraksi itu dibuktikan dengan penggulingan tahta Pere Ubu sebagai raja Polandia. Pere Ubu terlalu mengecilkan aspek influencer dari kalangannya, padahal sekuat apapun pengaruh raja akan melemah tanpa loyalitas sekitarnya. Memang benar dalam politik tidak ada musuh abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi. Kawan bisa jadi lawan, dan sebaliknya.
Pere Ubu memberikan cara berpolitik yang berbeda pada masanya, patafisik inovasi berkuasa dengan cara-cara yang tidak wajar, melibatkan material buatan yang mengubah penampilan fisik, bahasa, dan perilakunya. Pada masa teknologi sudah berkembang seperti hari ini, formula patafisika politik Ubu Roi nampaknya masih banyak ditiru karena tidak dipungkiri relevansi dengan market pemilih sangat besar.
Tidak ada yang keliru dengan algoritma tersebut sebab adaptasi teknologi diperlukan dalam politik. Tetapi eksposur entertainment dari artificial intelligent terlalu mendominasi sehigga tugas utamanya sebagai instrumen penyampai substansi politik kepada pemilih kerap dihilangkan.
Patafisik politik drama Ubu Roi dipandang tidak lazim dari kultur borjuis Prancis pada saat itu, dan adegan kemenangan Pere Ubu bukan endorsementsikap brutalnya karena diujung dramanya Pere Ubu menemui nasib mengenaskan. Patafisika politik dapat dimaknai sebagai langkah imajiner yang inovatif tapi terlalu sintetis kemungkinan berakhir sama dengan bagian resolusi drama Ubu Roi.