Jangan Salahkan Adam Smith9 min read

Setelah revolusi industri terjadi pada abad ke 18  tahun 1750-1850 yang mengakibat perubahan besar di seluruh kehidupan bangsa eropa membuat bangsa-bangsa di eropa sadar bahwa mereka sedang menempuh fase gold age yang berhasil mengolah sumber daya manusia dan sumber daya alam untuk memproduksi teknologi.

Kemumpungan ini membuat perseteruan terjadi di tengah masyarakat antara masing-masing golongan, kelompok hingga golongan agama yang ternyata revolusi industri bukan saja menciptakan perubahan akan tetapi membuat pemecahan pada semua sisi kehidupan manusia. Lahirnya golongan borjuis dan golongan proletar membuat antara kedua ini tidak pernah menyatakan sama di sepanjang kehidupan mereka hingga perang dingin menjadi saksi bisu ketika fase tersebut[1]

Adanya persaingan antara kapitalis dan sosialis menjadi sumber paradigma terbaru di atas kehidupan bangsa Eropa yang baru saja menemukan anugerah terbesar revolusi industri, Kehadiran kapitalis pada awal abad ke 16 membuat semua orang terus dinamis bergerak membangun ekonomi untuk kemajuan hidup, kemudian di tengah-tengah perjalanan kapitalis lahirlah sosialis pada tahun 1848 yang akan membebaskan kaum proletar dari kungkungan sistim kapitalis dan memperjuangkan seluruh sendi kehidupan orang-orang proletar yang telah terhisap oleh kapitalis. Kemudian dinamika, perang dan unjuk kekuatan ekonomi politik pun terjadi antara keduanya[2]

Kapitalis begitu sangat bermimpi untuk mengubah dunia, semua ini kita sudah melihat kesungguhan Adam Smith pada maha karya nya “Wealt Of Nation” pada tahun 1776 yang tidak hanya sebagai mesin pemikiran ekonomi politik melebihi mesin waktu untuk mengubah seluruh jagad kehidupan manusia. Kemudian di lanjutkan pada kesungguhan Karl Marx yang begitu mengagumkan dengan karya “Das Capital pada tahun 1867 yang fenomena bermuatan frontal dan antitesis untuk bangkit dan berjuang melawan kapitalis agar kehidupan kaum proletar membaik[3].

Kemenangan Kaum Borjuis

Setelah berhasil menjadikan kemajuan teknologi yang dihasilkan oleh revolusi industri, perihal ini menjadi semangat baru bagi kapitalis untuk melakukan ekspansi kekuasaan ke seluruh permukaan kehidupan manusia, dengan cara meresapi jurus-jurus 4 pilar Sistim ekonomi kapitalis : 1. Private Property (Hak Milik Swasta), 2. The Invisible Hand (Tangan Tak Terlihat) 3. Laissez faire (biarkan terjadi) 4.Free Market Competition (Persaingan Pasar Bebas).[4] Dengan 4 pilar ini kapitalisme berhasil merasuki mereka dengan menguasai teknologi yang di isi ideologi kapitalis lalu bertopeng ingin mensejahterakan kaum proletar. Sadar atau tidak sadar kaum proletar menjerit antara kesejahteraan dan penindasan di pabrik, di pasar, di ruang kerja dan di lahan ladang.

Uni Soviet dan Eropa Timur yang dahulu sejak tahun 1922 sepenuhnya menjadi power sosialis sudah berubah menjadi lemah layu di terpa oleh kapitalis, kemudian negara-negara jelmaan kapitalis seperti inggris dan belanda meneruskan perjuangan mimpi besar Adam Smith dengan melakukan ekspansi ke negara-negara di Asia dan Afrika  dengan Tri Mission nya Gold, Glory dan Gospel pada akhirnya dentuman besar menghinggapi negara-negara lemah dan negara sosialis, hingga sosialis menjadi kalah di hadapan dunia[5]

Amerika serikat menjadi negara yang bukan sekedar sumbu pada kapitalis melainkan menjadi negara penentu bagi  kapitalis dan bagi dunia,  yang telah berhasil membuat semua negara dunia ketiga belajar bangkit menuju negara kaya. Di tangan kapitalis  komunis hancur membusuk kemudian membuat negara-negara non komunis bertekuk lutut kepadanya, akan tetapi hal ini tidak membuat sosialis surut begitu saja karena negara-negara sisanya masih bertahan di tengah-tengah kejayaan kapitalisme sampai saat ini juga.

Pada rentang waktu 44 tahun adalah waktu yang panjang untuk memperjuangkan masing-masing ideologi, sejak tahun 1947 hingga tahun 1991 dunia akhirnya mengakui kekuatan kapitalis dan setelah ini sudah tampak bahwa negara-negara barat dan negara-negara dunia ketiga akan meneruskan peradaban yang telah di bangun oleh kapitalis, bahwa kemenangan kapitalis pada perang dingin  membuat dunia mengalami perubahan besar.[6]

Kapitalis Mencipta Regulasi Kemudian Berkuasa di Atas Regulasi

Ada beberapa kebijakan negara-negara yang mengembangkan sistim kapitalis untuk membangun negerinya di antaranya :

  1. Terpilihnya Joe Biden sebagai presiden baru amerika serikat mengganti Donal Trump kemudian di lantik pada tanggal 20 januari 2021 memiliki agenda kapitalisme baru dan demokrasi yang segera merangkul dan konsolidasi untuk menguatkan amerika sebagai kapitalisme barat dengan menumbuhkan kaki-kaki kapitalisme di semua negara yang menganut sistim kapitalis kemudian agenda besar amerika serikat ini berhulu pada anti RRC dan Rusia.[7]
  2. Sistim kapitalis yang di tolak besar-besaran oleh mahasiswa dan buruh di Indonesia saat ini  adalah omnibuslaw yang di sahkan oleh Pemerintah pada 2 november 2020,  undang-undang ini sangat jelas merugikan rakyat kemudian menguntungkan kapitalis dan oligarki. Dari penghapusan UMK, hari cuti hilang, tenaga kerja asing lebih mudah masuk ke indonesia, pekerja tidak mendapatkan pesangon hingga PHK sepihak dimudahkan. Omni buslaw secara regulasi membuka kran bagi kapitalis untuk berkembang biak di indonesia di balik pasal-pasal undang-undang cipta kerja (ciptaker) yang di rancang oleh rezim Jokowi.[8]
  3. Pada Orde baru di bawah pemerintahan presiden Soeharto lahir Paket kebijakan 1 juni 1983 (Pakjun 83), Paket kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 88), Paket kebijakan 25 maret 1989 (Pakmar 89), Paket kebijakan 1 desember 1989(Pakdes 89), Paket kebijakan 29 januari 1990 (pakjan 90), Paket kebijakan 26 februari 1991 (pakfeb 91), Paket kebijakan 29 mei 1993 (Pakmei 93). Dampak dari terbitnya berbagai paket ini adalah deregulasi disektor moneter dan perbankan, semua kebijakan ini menjadikan jumlah bank dan agresifnya perbankan untuk melakukan ekspansi kredit. Namun persoalannya prinsip kehati-hatian diabaikan oleh bank dalam menghimpun sumber dana, terutama dana pihak ketiga maupun utang valuta asing dan dianggap sebagai tonggak kebijakan liberalisme ekonomi di Indonesia yang membuka peluang strategis untuk swasta mengabulkan segala keinginan dan mengembangkan birahi kapitalisnya[9]
  4. Pada tahun 1944 amerika serikat dan inggris melakukan sebuah perjanjian yang menjadi tonggak bersejarah bagi sistem moneter yang di lakukan di kota Bretton Woods pada negara bagian New Hampshire, Amerika Serikat. Perjanjian ini dikenal sebagai Perjanjian Bretton Woods 1944. Efek dari perjanjian ini di rasakan oleh semua negara karena memang tujuan besar amerika serikat untuk menciptakan hegemoni global di bidang ekonomi agar ekonomi dunia segera membaik.

Kemudian efek Bretton Woods sampai ke negara asia, Jepang turut bersama menjadikan negara nya menggunakan jurus jitu interfensi proteksionis sebagai kebijakan perdagangan luar negeri nya. Seperti contoh perusahaan mempekerjakan buruh seumur hidup yang menyebabkan buruh tersebut tidak akan pernah merasa kehilangan pekerjaan. Dengan adanya pekerjaan seumur hidup untuk buruh secara terang-terangan memiliki sifat paternalistik. Semua ini semata-mata untuk kesejahteraan rakyat.[10]

  • Efek samping dari Washington Consensus pada tahun 1989 berhasil membasmi krisis keuangan yang terjadi pada negara-negara besar barat terutama amerika latin Seperangkat rekomendasi kebijakan ekonomi menjadi jurus andalan memperbaiki keadaan dengan menciptakan ekonomi global melalui cara reformasi perdagangan,  stabilitas ekonomi mengendalilan inflansi dan mengurangi defisit anggaran pemerintah. Washington consesus yang di perkenalkan oleh Jhon william ini menjadikan orientasi kemajuan ekonomi berbasis pasar yang fakta berbentuk neoliberalisme[11]
  • Ekspansi pasar modern bertubi-tubi di lakukan oleh kapitalis dalam topeng kebangkitan ekonomi rakyat, dari wujud supermarket, mall, plaza dan departeme. Store yang mampu menciptakan perkembangan masyarakat (community development) pecah menjadi dua arah. Masyarakat yang tergoda oleh pasar modern dan masyarakat yang setia dengan pasar tradisional. Kapitalis sangat bahagia sekali dengan ekspansi pasar modern karena akses mereka untuk bisa berkembang biak. Di indonesia awal hadirnya pasar modern muncul pada tahun 1966, zaman orde baru perkembangan pasar modern begitu pesat hingga ke daerah-daerah strategis indonesia[12]

Kita Semua Mengalami “Ketergantungan” pada Kapitalis

Selesai berperang untuk politik dan untuk ekonomi manusia tidak akan lupa bahwa mereka membutuhkan semua-semua untuk terus menjadi manusia yang sesuai dengan zaman, Siklus kehidupan manusia tertumpu pada kebutuhan individu, era sekarang sangat dekat dengan memenuhi kebutuhan primer dan sekunder dengan di baluti dengan brand yang menyuguhkan segala kebagusan. pada masing-masing produk yang di tawarkan secara nyata mampu memenuhi kebutuhan kodrat manusia yang beragam dan terus bertambah sesuai dengan perubahan zaman

Harus kita ketahui kapitalis selalu mendistribusi produknya untuk masyarakat termasuk golongan sosialis sekalipun, terlihat pada fakta bahwa dengan diam-diam golongan sosialis menggandrungi ciptaan kapitalis untuk di pakai dan di makan hingga di inggris pada tahun1931 muncul istilah “champagne socialist” yang di artikan golongan kiri bergaya kelas menengah. Kemudian secara tidak sadar keteguhan pada ideologi yang di anutnya dan akhirnya jadi munafik dan akhir menjadi sosialis yang memiliki “kelas”[13]

Dari alat yang sederhana seumpama sepeda hingga yang paling canggih seperti handphone, mementingkan mobil dari pada kuda dan surat di ganti menjadi whatsapp di gunakan oleh semua manusia untuk memenuhi keberlangsungan hidupnya, apalagi dengan terus-terusan kapitalis menciptakan volume produksi kecanggihan agar masyarakat dengan semua kelas mengkomsumsi secara terus-terusan tiada henti. Siklus konsumsi pada kehidupan manusia merupakan sebuah instrumen penting pada praktek ekonomi karena tanpa konsumsi semua elemen pada ekonomi akan jadi stagnan. Siklus ekonomi yang menglobal ini membuat kapitalis sangat di butuhkan oleh masyarakat

Kita sudah melihat metamorfose kehidupan bangsa eropa dan semua bangsa di dunia sangat di pengaruhi oleh revolusi industri, ideologi kapitalis dan ideologi sosialis Sehingga pada akhirnya perang ekonomi dan politik antara kapitalis dan sosialis dari perang menggunakan nyawa dan kekuatan manusia menjadi perang tanpa nyawa dan tanpa kekuatan manusia.

Kekecewaan Sosialis pada Kapitalis

Bahwa kita ketahui cita-cita kapitalis dan sosialis itu sama yaitu kesejahteraan rakyat dengan cara masing-masing, siapa yang lebih awal dia yang menang. Ternyata yang lebih awal tersebut membuat kondisi manusia menjadi tidak sesuai keadilan yang luhur, Kehadiran sosialis sesudah kapitalis merubah segala hal tentang peradaban manusia demi abad 20 yang penuh keseimbangan dan keadilan

Pada kerangka kemanusiaan dan kebenaran banyak hal yang salah pada kapitalisme yang membuat orang-orang proletar menjerit,  pengusaha kecil kalah saing dengan pemodal yang kuat, terciptanya oligarki di tengah-tengah kekuasaan kapitalis, mekanisme pasar tidak sehat, terciptanya struktur abadi manusia miskin dan kaya, ekonomi yang awalnya di urus oleh pemerintah menjadi ekonomi di urus oleh kapitalis kemudian untung saja sosialis dengan lantang menjadi lawan imbang untuk mereka.  Walaupun hukum pancung lebih dulu hadir dari pada hukum tertulis, tapi kenapa Adam Smith tidak di hukum pancung saja karena telah menciptakan peradaban yang merugikan kaum proletar dan manusia.

Kalau di hitung dengan kalkulasi sejarah sosialis sering kalah dengan kapitalis akan tetapi kaum proletar tidak pernah menundukkan diri pada belenggu kapitalisme hingga hancur lebur seleburnya di ujung senjata kapitalis. Dan ingat sampai hari ini perlawanan sosialis terus menyala bisa berupa kekecewaan kaum buruh, bisa berwujud sakit hatinya  rakyat pinggir kota, bisa berbentuk kritisnya pergerakan mahasiswa.


Referensi

  1. Sebastian Dullien, Hansjorg Herr, Christian Kellermann, Kapitalisme yang layak (jakarta : friedrich-ebert-stiftung kantor perwakilan jakarta, 2015)
  2. Khusnul Khatimah, dadang hartanto, nurul alipah, Menguak kesenjangan pasar modern dan pasar tradisional ,Universitas Trunojoyo Madura, Jurnal Kompetensi, volume 12 Nomor 2 oktober 2018
  3. Nuryasman MN, Hidayat Wiweko,”deregulasi di indonesia perkembangan dan dampaknya terhadap perbankan”jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara Jakarta, tahun VI, januari 2001
  4. Nyoman Wijaya, “Kemenangan Kapitalis dalam Perang Dingin dan Pengaruhnya terhadap negara-negara dunia ketiga”, Naskah Makalah seminar sejarah 1996 MGMP provinsi Bali di gedung balai pendidikan denpasar, sabtu 14 desember 1996
  5. Jules Townshend, Politik Marxisme (Yogyakarta : penerbit Jendela,2003)
  6. Erdi Rujikartawi, “Komunis : Sejarah gerakan Sosialis dan Ideologi kekuasaan” jurnal Qathruna volume 2 Nomor 2, Juli desember 2015
  7. Cuk Ananta Wijaya, “Filsafat Ekonomi Adam Smith”, Jurnal filsafat volume 19 Nomor 1 april 2009
  8. https://www.britannica.com/topic/Washington-consensus
  9. https://accurate.id/ekonomi-keuangan/sistem-ekonomi-kapitalis-pengertian-dan-perannya/
  10. https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Industri
  11. https://tirto.id/sindiran-sindiran-untuk-para-sosialis-yang-berkelakuan-borjuis-daBt
  12. https://rmol.id/read/2021/06/13/491953/agenda-joe-biden-kapitalisme-baru-dan-demokrasi

[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Industri

[2] Erdi Rujikartawi, “komunis : sejarah gerakan sosialis dan ideologi kekuasaan” jurnal Qathruna volume 2 Nomor 2, juli Desember 2015, Hlm. 78

[3] Cuk Ananta Wijaya, “Filsafat Ekonomi Adam Smith”, Jurnal Filsafat Volume 19 nomor 1 april 2009 Hlm.5

[4] https://accurate.id/ekonomi-keuangan/sistem-ekonomi-kapitalis-pengertian-dan-perannya/

[5] Nyoman Wijaya, kemenangan kapitalis dalam perang dingin dan pengaruhnya terhadap negara-negara dunia ketiga, naskah makalah Seminar Sejarah 1996 MGMP provinsi Bali di gedung balai pendidikan Denpasar, sabtu 14 desember 1996

[6] Jules townshend, “Politik marxisme” (Yogyakarta : penerbit jendela,2003) hlm. 165

[7] https://rmol.id/read/2021/06/13/491953/agenda-joe-biden-kapitalisme-baru-dan-demokrasi

[8] https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/06/104500965/apa-itu-omnibus-law-cipta-kerja-isi-dan-dampaknya-bagi-buruh?page=all

[9] Nuryasman MN, Hidayat Wiweko,”deregulasi di Indonesia perkembangan dan dampaknya terhadap perbankan”jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara Jakarta, tahun VI, januari 2001, hlm.41

[10] Sebastian Dullien, Hansjorg Herr, Christian Kellermann, “kapitalisme yang layak” (jakarta : Friedrich-Ebert-Stiftung kantor perwakilan Jakarta, 2015) Hlm.12

[11] https://www.britannica.com/topic/Washington-consensus

[12] Khusnul khatimah, Dadang hartanto, nurul alipah, menguak kesenjangan pasar modern dan pasar tradisional ,Universitas Trunojoyo Madura, Jurnal Kompetensi, volume 12 nomor 2 oktober 2018, Hlm.247

[13] https://tirto.id/sindiran-sindiran-untuk-para-sosialis-yang-berkelakuan-borjuis-daBt

Harfani, sekarang sedang melanjutkan pendidikan S2 Magister jurusan Ekonomi Syariah di IAIN Bukittinggi , selesai kuliah S1 di STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi pada tahun 2014 telah melakukan pekerjaan-pekerjaan profesional yang sesuai dengan disiplin ilmu dan passion. Hingga sampai sekarang tidak pernah berhenti bergerak pada sektor ekonomi, sosial, politik, demokrasi dan HAM lewat tulisan dan sosial untuk menguatkan aktualisasi diri. Masih terus belajar menulis dan menciptakan narasi yang berbeda dengan orang lain. Silahkan kunjungi blog pribadi harfanisme.wordpress.com untuk melihat dan membaca pemikiran saya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like