Teori Pengetahuan Immanuel Kant5 min read

Keluar dari pembicaraan mengenai latar belakang budaya dan intelektual Jerman, ada seorang genius, yakni Immanuel Kant (1724–1804) yang pertama kalinya mengemukakan jawaban filosofis atas skeptisme Hume.

Namun, jawaban Kant atas Hume juga berlaku untuk hal lain, Jawaban itu berisi salah satu manuver besar dalam filsafat, sebuah pergeseran menuju cara pandang batu atas keseluruhan filsafat. Karva paling besar Kant adalah Critique of Pure Reason dan dipublikasikan pada 1781, delapan tahun sebelum Revolusi Prancis.

Kant memahami kekuatan argumen èmpirisme Hume. Namun, Kant melihat bahwa produk logis empirisme Hume, yang menyatakan landasan segala pengetahuan terletak pada pengalaman, mengarah pada kesimpulan bahwa tidak ada pengetahuan. Yang ada hanyalah gabungan gagasan melalui kebiasaan, pengharapan psikologis, dan dorongan.

Akhirnya, dalam pandangan empirisme Hume, tidak ada apa pun kecuali keyakinan kebinatangan sebagai pedoman untuk meyakini bahwa kebiasaan pengalaman dan ilmu pengetahuan akan terus berlangsung, bahwa matahari besok akan bersinar, atau bahwa air akan mulai beku pada suhu 32 derajat Fahrenheit.

Komponen Pengindraan

Kant menekankan bahwa obat untuk bencana ini, sebagaimana dikatakan filsafat Hume, bukan terletak pada pengambilan langkah pertama—langkah empirisme radikal, yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya bersumber pada pengalaman pengindraan.

Berlawanan dengan empirisme radikal, yang mencari pengetahuan hanya dari pegalaman pancaindraan, Kant memperkenalkan sebuah konsepsi pengetahuan yang baru. Pengetahuan memang bersumber seperti pada elemen kesan Hume, elemen pancaindra yang kaitanya adalah pemikiran menjadj pasif, sekedar menerima kesan yang kemudian menyalinnya dalam bentuk pemikiran.

Konsep Murni Mengenai Pemahaman: Komponen Rasional

Namun, lanjut Kant, ada elemen lain dalam pengetahuan kita yang tidak diperoleh dari pengalaman pengindraan. Elemen lain ini juga tidak diperoleh dari realitas bebas. Elemen kedua ini datang dari pikiran itu sendiri. Pikiran manusia bukanlah lembaran kosong atau lemari kosong seperti dinyatakan Locke dan Hume.

Pikiran dibekali konsep murninya yakni bahwa pikiran mengatur perubahan kesan pengindraan menjadi berbagai zat, ciri, dan jumlah, serta menjadi sebab dan akibat. Berlawanan dengan Hume, pikiran, kata Kant. tidak kosong, tetapi dilengkapi dua belas konsep murni atau kategori.

KuantitasKualitasHubunganModalitas
KesatuanPembenaranZat – KejadianKemungkinan
PluralitasSangkalanSebab – AkibatAktualitas
TotalitasBatasanTimbal balik kausalKeharusan
Kant: Konsep Murni atas Pemahaman

Kedua, pikiran tidaklah pasif, seperti dinyatakan Hume dan penganut empirisme yang lain. Pikiran tidak sekadar menerima, seperti pada sebuah layar atau teater, aliran kesan indra; pikiran bukanlah kain atau kertas kosong yang ditulisi alam. Jadi, pikiran itu aktif.

Pikiran ini dengan aktif menerjemahkan dunia bukannya secara pasif menerima dan merekam dalam ingatan apa yang datang dari dunia luar melalui pancaindra. Pikiran adalah berbagai kategori pikiran kita sendiri yang mengatur perubahan sensorik dan memaknainya sebagai benda, dengan kualitas, dan kuantitas, atau terhubung sebagai sebab dan akibat, atau timbal penyebaban timbal-balik.

Konsep Murni (Kategori) sebagai Sebuah Priori

Konsep Murni (kategori) mengenai pemahaman ini oleh Kant dianggap sebagai sebuah priori. Maksud Kant adalah; Pertama, bahwa konsep itu secara logis mendahului pengalaman;

Konsep itu diharuskan ada bagi segala pengalaman; Kedua, bahwa konsep murni itu tidak terkait pada pengalaman; pengalaman tidak akan bisa mengubahnya. Konsep itu memberikan pengalaman dan pengetahuan kita miliki karena konsep itu adalah cara kita memahami sesuatu.

Surá Ditambah lagi, Kant menunjukkan, konsep murni dari pemikiran adalah; Ketiga, universal. konsep itu membentuk kerangka pemikiran dan kesadaran apa pun itu.

Aspek lebih jauh lagi dari hal ini adalah Keempat, konsep itu sangatlah bersifat keharusan: konsep itu merupakan keharusan suatu kondisi pengalaman, tanpa konsep tersebut, tidak akan ada pengetahuan, bahkan tidak akan ada pengalaman. Konsep tersebut mengisi elemen wajib yang dikatakan Hume bahwa tidak ada pengetahuan.

Akal yang memasok konsep yang mengatur dan menyatukan berubah-ubahnya sensasi. Tanpa konsep priori atas benda untuk mengatur berubah-ubahnya kesan pengindraan, Anda tidak akan bisa memiliki pengalaman atas suatu benda.

Tanpa konsep priori atas sebab akibat, yang merupakan penyusun segala pemikiran, dan mengatur kesan pengindraan menjadi sebab dan akibat, Anda tidak akan pernah mengalami kausalitas, tetapi hanya serangkaian kesan pengindraan atomistis.

Jawaban Kant pada Hume

Teori pengetahuan Hume, yang mereduksi pengalaman kita dan pengetahuan menjadi bukan apa-apa selain kesan pancaindra, sangatlah keliru, tuduh Kant, karena tidak dapat menjelaskan fakta bahwa kita memang memilliki pengalaman atas benda dan hubungan sebab akibat (bukan sekadar kesan indra), atau fakta bahwa kita memang memiliki pengetahuan ilmiah mengenai benda (bukan sekadar pengharapan psikologis atau keyakinan kebinatangan).

Bagaimana mungkin pengalaman atas objek itu ada? Bagaimana mungkin ilmu pengetahuan itu ada? Kata Kant, ini adalah pertanyaan yang dihindari Hume dalam serangan-serangan empirismenya sejauh keberadaannya yang dia sendiri bersikeras bahwa pengetahuan ilmiah tidak terletak pada apa pun selain pada kesan indra.

Berarti, ada dengan teori kesan indra Hume mengenai pengetahuan. Apa yang salah dengan teori Hume adalah bahwa dia tidak bisa melihat bahwa pengetahuan tidak hanya berisi persepsi indra, elemen empiris, tetapi yang salah juga berisi konsep priori yang kita gunakan untuk memahami benda, elemen rasional dalam pengetahuan.

Konsep priori ini mengatur kesan indra dan memungkinkan adanya pengalaman atas suatu objek dan ilmu pengetahuan. Hume menjatuhkan hukum sebab akibat ilmu pengetahuan dengan membantah bahwa kita memiliki kesan indra dari keterkaitan wajib antara sebab dan akibat.

Jawaban Kant atas pernyataan ini adalah bahwa ada dan selalu akan ada keterkaitan wajib antara sebab dan akibat, karena pikiran sendiri mewajibkan adanya keterkaitan wajib tersebut. Sebab dan akibat itu bersifat priori, universal, dan merupakan konsep utama pikiran manusia.

Perhatikan bahwa konsep murni atas pemahaman milik Kant ini tidaklah sama dengan ide innate (bawaan), misalnya, bahwa segala sesuatu memiliki sebab, atau bahwa Tuhan itu ada. Descartes mengatakan bahwa ide bawaan kita berkaitan dengan struktur realitas bebas, dan bahwa ide tersebut tercetak pada diri kita oleh Tuhan sehingga kita dapat mengetahui alam realitas sejati.

Namun, Kant tidak menyatakan bahwa kategori atau konsep murni pemahaman itu berkaitan dengan realitas bebas. Semua itu hanyalah bentuk kesadaran kita. Semua itu hanyalah cara bagaimana kita memahami benda. Semua itu tidak memberitahukan apa pun mengenai seperti apa suatu benda dalam diri benda itu sendiri, berbeda dengan cara kita memahaminya dengan konsep kita.

Konsep murni Kant juga tidak sama dengan ide pemikiran Plato, karena ide pemikiran Plato mengenai apa pun yang nyata, lde pemikiran itu menjadi struktur utama realitas yang disalin oleh dunia yang berubah-ubah ini. Bagi Kant, kategori yang dia kemukakan bukanlah struktur realitas, tetapi struktur kesadaran kita, pemikiran kita.

Kategori itu jelas hanya secara epistemologis, yakni, hubungannya dengan apa yang kita ketahui; kategori itu tidak memiliki kejelasan secara metafisis atau ontologis, yakni, dalam hubungannya dengan realitas. Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa hukum alam ilmu pengetahuan akan terus benar, karena konsep universal dan pasti dalam pikiran kitalah yang membentuknya.

Mengeja Indonesia adalah sebuah gerakan yang otonom dan nirlaba, mengangkat isu-isu fundamental bangsa.

One thought on “Teori Pengetahuan Immanuel Kant

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like