Secara keseluruhan, Bertrand Russel memiliki pengalaman yang luas tentang dunia politik dan dampak-dampaknya. Aktivitasnya dimulai dari keanggotaannya di dewan legislatif untuk menangani masalah mereka yang menentang rezim yang sedang berkuasa tentang masalah perang.
Russel lahir pada 18 Mei 1872. Dia adalah filsuf dan ahli matematika ternama Inggris. Dia menulis banyak buku dan risalah tentang pelbagai masalah, mulai dari soal filsafat, moral, pendidikan, sejarah, agama hingga politik. Sumbangan terbesarnnya di bidang ilmiah adalah di bidang logika matematika.
Selama Perang Dunia I, Bertrand Russel menulis pamflet sebagai protes terhadap penentangan hukuman mati bagi mereka yang anti wajib militer. Akibatnya is didenda sepuluh pounds. Setelah peristiwa itu, ia dihukum kurungan penjara selama enam bulan karena mengutip laporan investigasi parlemen AS tentang penggunaan pasukan tentara federal untuk membungkam para pemogok.
Berkaca dari insiden di atas, pandangan Russel mengenai kedamaian membulat ketika ia berpendapat bahwa bukan para tentara atau aparat keamanan yang mampu menyelesaikan masalah dengan cara perang.
Akhirnya ia mengubah pandangannya ketika menginjak usia tiga puluh akhir, masa di mana Hitler dan Mussolini mencapai puncak otoriternya. Selama Perang Dunia II, Russel adalah sekian dari orang yang mendukung penuh semangat tentang negara bebas di Barat. Maka tidak heran, ketika kunjungannya di Rusia tahun 1920, ia telah menjadi seorang penentang paham komunis, baik secara idelologi maupun praktiknya.
Mengenai kedekatan Russel dengan tokoh fisikawan terkenal, Einstein, ketika muncul adanya kabar kedatangan era atom hingga memunculkan suatu pertanyaan besar, “Apakah kemenangan mungkin akan terjadi di masing-masing pihak dalam sebuah pertempuran bersenjata?” Mengingat kedua kubu yang tidak bisa diremehkan. Istimewa dengan kekuatan dan teknologi perang canggih yang mereka punya.
Pada tanggal 9 Juli 1955, sebelum puncak pertemuan 4 negara besar di Jenewa, ia mengadakan konferensi pers untuk menyatakan pendapat para ilmuwan terkemuka pada saat itu, tentang masalah perang nuklir. Karena Russel sendiri menganut doktrin positivistis, yang tercirikan dengan ilmu bebas nilai. Ilmu yang didayagunakan menurut hakikat ilmu itu sendiri tanpa melihat aspek kanan kiri; dari sosial, kultural, moral dan religius.
“Merupakan fakta bahwa dalam dunia di masa mendatang, senjata nuklir pasti akan digunakan, dan itu pasti akan mengancam perdaban umat manusia. Kami mendesak para pemerintah negara di seluruh dunia ini untuk menyadari, dan untuk memahami pandangan umum, bahwa tujuan mereka untuk menemukan cara-cara damai untuk menyelesaikan segala perselisihan yang terjadi di antara mereka.”
— Bertrand Russel
Pernyataan di atas adalah resolusi hasil konferensi sebelumnya antara Russel dan Einstein, di mana mereka berdua berpandangan dan memutuskan bahwa kepentingan umum difokuskan pada masalah kelangsungan hidup umat manusia di dunia modern. Resolusi ini ditulis oleh Russel, ditandatangani oleh Einstein dan ilmuwan sembilan lainnya. Hal itu juga membuktikan mengenai jiwa kemanusiaannya Einstein namun sayangnya Russel menerima surat persetujuan itu bertepatan ketika Einstein meninggal dunia.
Pandangan Politik Russel
Corak struktur politik yang diinginkan oleh Bertrand Russel adalah sebuah struktur di mana kekuasaan didistribusikan dengan kecakapan rata-rata, yang lebih baik dari pernah digunakan di masa lain. Pada hal ini, pendapatnya adalah bahwa masalah utama dari teori politik adalah “Bagaimana mengkombinasikan tingkat inisiatif individu yang sangat diperlukan untuk kemajuan, dengan perpaduan sosial yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup.”
Ironisnya, peradaban Barat tidak mendukung gerakan semacam hal ini, tetapi umat manusia sekarang memiliki kecakapan senjata dan teknologi canggih yang dapat menjadi boomerang bagi mereka beserta kehidupannya. Maka dibutuhkan telaah dan kajian ulang dengan hati-hati melalui ragam dan motif-motif yang berbeda dengan sebelumnya tentunya.
Pandangan Russel, mengenai kehidupan ayem tentrem telaah politik adalah, bahwa masyarakat seperti yang kita alami sekarang ini bisa stabil dengan kondisi dan ketentuan tertentu. Upaya prasyarat minimum untuk menciptakan sebuah perdamaian adalah sebuah pemerintahan di dunia dengan kekuatan monopoli politik, pemerataan kesehatan umum, penekanan angka kelahiran di seluruh dunia, dan suasana di mana setiap orang minat dan tertarik pada ilmu dan pengetahuan.
Pasalnya, bagi Russel, dunia adalah jalan panjang dari penemuan tujuan-tujuan kemuliaan. Namun, perlu digaris bawahi, manusia dapat menemukan dan menikmati kemuliaan itu jika benar-benar serius. Mengingat pada usia 86 tahun, ia masih tetap sebagai humanis yang paling aktif di masanya.
Untuk menggambarkan sisi humanisme Russel bisa terlihat dari pidatonya, “Jika politik akan menjadi ilmiah, dan jika suatu kejadian tidak akan terus menerus mengejutkan, sangatlah penting bahwa pemikiran politik kita seharusnya dilampiaskan dengan lebih mendalam dalam tindakan-tindakan kemanusiaan. Apakah pengaruh dari kelaparan yang hanya ditulis di atas slogan? … Jika seorang lelaki menawarkan Anda demokrasi dan seorang lainnya menawarkan Anda sekarung gandum, pada tingkat kelaparan yang manakah Anda akan merelakan gandum demi hak suara?” (Nobel Prize Speech [Pidato Penerimaan Hadiah Nobel]-1950).
Di sisi lain, pandagan politik perspektif Russel juga terkesan dogmatis dan kaku. Membatasi publik bermesraan bebas dengan kehidupan luas juga terkadang apatis dengan keadaan apapun yang telah menjadi kebiasaan. Misalnya orang yang tidak antusias menerima doktrin-doktrin resmi, tidak akan diizinkan untuk mengajar atau untuk memiliki jabatan di pemerintahan.
Kebijakan-kebijakan yang diungkapkan oleh Russel dalam pandangannya mengenai politik sangatlah terkesan paradoks. Ia adalah seorang kritikus yang sangat serius tentang politik dan teori politik, tetapi ia juga salah satu penyindir paling tajam pada abad ini. Banyak kritikus yang ‘gagal’ mempertahankan minat pembaca dan gaya tulisan mereka yang ‘hambar.’ Bertrand Russel meninggal dunia pada 2 Februari 1970.
Mahasiswa UIN Walisongo Semarang