Young Karl Marx: Gagasan Awal yang Terlupakan dan Pengaruhnya yang Mengguncang

Karl Marx kerap dikenal sebagai tokoh revolusioner dengan gagasan keras tentang perjuangan kelas dan sosialisme ilmiah. Namun, sebelum ia mengembangkan ide-idenya yang termuat dalam Das Kapital dan Manifesto Komunis, Marx pernah menulis serangkaian naskah yang berbeda dalam nada dan fokus. Tulisan-tulisan awal ini, yang kebanyakan ditulis pada awal 1840-an, memperlihatkan sisi humanistik dari pemikiran Marx dan tidak ditujukan untuk publikasi melainkan sebagai manuskrip pribadi. Di antaranya adalah Critique of Hegel’s Philosophy of Right, Comments on James Mill, dan Economic and Philosophic Manuscripts of 1844.

Setelah wafatnya Marx, para intelektual mulai menggali kembali manuskrip-manuskrip tersebut. Penerbitan versi lengkap dan dapat diakses secara luas baru terjadi hampir satu abad kemudian. Hal ini mengejutkan banyak pihak karena gagasan dalam naskah-naskah tersebut memberikan citra berbeda dari sosok Marx yang sudah dikenal luas. Alih-alih menekankan determinisme historis dan perjuangan kelas, Marx muda lebih tertarik pada pertanyaan tentang esensi manusia dan keterasingan dalam masyarakat kapitalis.

Tulisan-tulisan awal ini kemudian memicu perdebatan di kalangan akademisi tentang bagaimana memahami kontinuitas dan diskontinuitas dalam pemikiran Marx secara keseluruhan. Apakah Marx muda dan Marx dewasa adalah dua tokoh yang sepenuhnya berbeda, atau hanya tahapan dari proses intelektual yang sama?

Hakikat Manusia dalam Pandangan Karl Marx Muda

Salah satu konsep sentral dalam pemikiran awal Marx adalah “makhluk spesies” (species-being). Konsep ini, yang diadopsi dari Ludwig Feuerbach, menjelaskan bahwa manusia bukan sekadar makhluk biologis, tetapi juga sadar akan eksistensi dan esensinya sebagai bagian dari spesies manusia. Artinya, manusia dapat memikirkan dirinya sebagai bagian dari suatu kolektivitas dan mengembangkan relasi sosial berdasarkan kesadaran ini.

Marx menganggap bahwa manusia sejati tidak hanya hidup dalam masyarakat, tetapi juga mencerminkan esensi spesiesnya dalam hubungan sosial dan aktivitas produktif. Kesadaran ini membedakan manusia dari hewan, yang hanya bereaksi terhadap dorongan naluriah. Manusia, menurut Marx, mampu mengobjektifikasi kehidupannya melalui kerja sadar, menciptakan produk tidak hanya untuk kebutuhan langsung, tetapi juga sebagai ekspresi dari kemanusiaannya.

Namun, dalam masyarakat kapitalis, Marx melihat bahwa kondisi kerja merampas esensi manusia ini. Aktivitas produktif tidak lagi menjadi sarana ekspresi diri, melainkan menjadi aktivitas yang terasing dan terpisah dari pelaku kerja itu sendiri. Di sinilah awal mula gagasan keterasingan (alienation) Marx muncul.

Dengan demikian, pemikiran awal Marx membuka wacana tentang hubungan antara manusia, kerja, dan masyarakat secara lebih reflektif dan filosofis, dibandingkan pendekatan materialistik historis yang kemudian ia kembangkan.

Aktivitas Produktif sebagai Inti Kemanusiaan

Dalam Comments on James Mill, Marx menekankan bahwa produksi dalam cara yang manusiawi adalah bentuk objektivasi dari esensi manusia. Aktivitas ini bukan semata untuk memenuhi kebutuhan fisik, tetapi menjadi wahana aktualisasi diri. Dengan kata lain, manusia hidup sepenuhnya ketika mereka dapat mencipta secara sadar dan kreatif.

Hal ini kontras dengan dunia kerja dalam kapitalisme, di mana aktivitas produktif direduksi menjadi kerja mekanis dan monoton. Marx menulis bahwa hewan menyatu dengan aktivitas hidupnya, sementara manusia menjadikannya sebagai objek kehendak dan kesadaran. Inilah yang memungkinkan manusia untuk mencipta seni atau ilmu pengetahuan, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan makhluk lain.

Sayangnya, dalam sistem kapitalis, kerja tidak lagi memiliki makna intrinsik bagi pekerja. Kerja menjadi beban, produk kerja tidak dimiliki, dan proses produksi dikendalikan oleh kelas pemilik modal. Akibatnya, manusia kehilangan hubungan dengan aktivitas produktifnya sendiri.

Marx berpandangan bahwa untuk membebaskan manusia dari keterasingan ini, kerja harus direklamasi sebagai aktivitas yang penuh makna, dan ini hanya mungkin terjadi dalam masyarakat komunis.

Kelahiran Konsep Alienasi

Konsep keterasingan (alienation) merupakan salah satu kontribusi besar Marx muda. Dalam Economic and Philosophic Manuscripts of 1844, ia merinci empat aspek keterasingan: keterasingan dari hasil kerja, dari aktivitas kerja, dari esensi spesies, dan dari sesama manusia.

Pertama, pekerja terasing dari produk kerjanya karena ia tidak memilikinya. Produk tersebut dimiliki oleh kapitalis dan dijual sebagai komoditas. Kedua, pekerja tidak mengendalikan proses kerja itu sendiri, yang telah ditentukan oleh kebutuhan pasar dan efisiensi kapital.

Ketiga, karena kerja menjadi alat untuk bertahan hidup, bukan ekspresi diri, pekerja terasing dari esensi spesiesnya sebagai makhluk sadar. Keempat, hubungan antar manusia juga terdistorsi karena individu saling bersaing dalam sistem yang menuntut efisiensi dan keuntungan.

Keterasingan ini bukan sekadar kondisi psikologis, melainkan kondisi struktural dalam kapitalisme. Dengan memaksa manusia untuk menjalani hidup yang tidak sesuai dengan esensinya, sistem ini menciptakan penderitaan eksistensial dan ketidakmanusiawian.

Kritis terhadap Pembagian Kerja dan Hidup Sosial yang Kaku

Marx dalam The German Ideology juga mengkritik pembagian kerja sebagai bentuk fiksasi aktivitas sosial. Menurutnya, kapitalisme memaksa individu untuk mengidentifikasi dirinya secara sempit: sebagai nelayan, petani, buruh pabrik, dan sebagainya, tanpa ruang untuk berkembang dalam aspek lain dari kemanusiaannya.

Di sini Marx tampak lebih individualistik daripada yang sering diasosiasikan dengannya. Ia ingin menciptakan masyarakat di mana individu dapat menjadi apa saja tanpa dibatasi oleh peran ekonomi yang kaku. Hal ini merupakan visi tentang kebebasan yang lebih dalam daripada sekadar penghapusan kelas.

Kritiknya terhadap Adam Smith sangat kentara di sini. Jika Smith melihat egoisme individu sebagai penggerak harmoni sosial, Marx melihat bahwa kepentingan bersama seharusnya didasarkan pada kesadaran akan keterhubungan sebagai sesama makhluk spesies.

Dengan demikian, gagasan Marx muda menekankan pembebasan manusia sebagai individu seutuhnya, bukan sekadar sebagai kelas.

Visi Awal tentang Komunisme

Bagi Marx muda, komunisme bukan sekadar penghapusan kepemilikan pribadi, tetapi juga pembebasan dari keterasingan. Dalam Comments on James Mill, Marx menggambarkan kerja dalam komunisme sebagai aktivitas sadar yang memuaskan baik produsen maupun konsumen.

Produsen tidak hanya mengekspresikan individualitasnya dalam produk, tetapi juga merasakan pemenuhan batin ketika orang lain menggunakannya. Ini adalah bentuk hubungan manusiawi yang mendalam dan setara. Kerja dalam komunisme menjadi media untuk memperkuat relasi sosial, bukan memperparah keterasingan.

Dengan demikian, Marx melihat komunisme sebagai bentuk kehidupan di mana kerja bukan beban, melainkan ekspresi diri. Namun, penting dicatat bahwa Marx muda tidak memberikan skema teknokratis tentang bagaimana komunisme harus diwujudkan.

Sebaliknya, ia memberikan prinsip-prinsip normatif yang terbuka bagi penafsiran dan adaptasi, yang justru menjadikannya relevan bagi konteks kontemporer.

Apakah Ada Diskontinuitas?

Sejumlah pemikir, seperti Louis Althusser, berpendapat bahwa terdapat titik balik epistemologis dalam pemikiran Marx, yaitu antara tulisan awal yang humanistik dan tulisan dewasa yang ilmiah. Menurut Althusser, karya seperti The German Ideology menandai pemutusan dari idealisme dan transisi ke materialisme historis.

Namun, pemikir lain seperti Erich Fromm dan Herbert Marcuse menolak anggapan diskontinuitas tersebut. Mereka melihat adanya benang merah antara perhatian awal Marx terhadap esensi manusia dan kritik strukturalnya terhadap kapitalisme di masa dewasa.

Perdebatan ini menunjukkan bahwa membaca Marx tidak bisa dilakukan secara linier. Sebaliknya, kita perlu memahami dinamika pemikirannya dalam konteks sejarah dan perkembangan filsafat Jerman saat itu.

Apa pun posisi kita dalam perdebatan ini, tulisan awal Marx tetap penting karena membuka jalan untuk pemikiran yang lebih inklusif, reflektif, dan humanistik.

Warisan Karl Marx Muda bagi Dunia Kontemporer

Apakah gagasan awal Karl Marx masih relevan di abad ke-21? Banyak yang skeptis karena kegagalan proyek-proyek sosialisme abad ke-20. Namun, dalam dunia yang semakin terfragmentasi dan penuh keterasingan, pemikiran Marx muda justru menjadi penting.

Dengan menekankan pentingnya kerja sebagai ekspresi diri dan relasi manusia yang sejati, Marx memberikan fondasi normatif untuk membayangkan masyarakat yang lebih manusiawi. Ia tidak menawarkan resep instan, tetapi memberikan arah etis bagi pembangunan sosial.

Justru karena tidak deterministik, pemikiran awal Marx membuka ruang dialog antar ideologi dan menjadi dasar untuk membangun teori sosial yang adaptif terhadap zaman.

Marx muda mengingatkan kita bahwa cita-cita tentang keadilan, kebebasan, dan kemanusiaan tetap menjadi pusat dari upaya memahami dan mengubah dunia.

“Manusia adalah makhluk yang tidak hanya hidup, tetapi juga memahami kehidupannya. Dalam kesadaran itulah, kebebasan dan keadilan harus berakar.” – Karl Marx Muda

Mengeja Indonesia adalah sebuah gerakan yang otonom dan nirlaba, mengangkat isu-isu fundamental bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like