Mazhab Frankfurt dan Red Army Faction (RAF)3 min read

Berbicara tentang Mazhab Frankfurt tentu tidak lepas dari pemikiran teori kritis. Hal ini karena teori kritis ini memang dikembangkan secara intensif oleh Institut Penelitian Sosial (Institut für Sozialforschung), Frankfurt am Main, yang dikenal juga sebagai Frankfurt School, oleh kalangan Neo-Marxis Jerman, seperti Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Marcuse, Walter Benjamin, Jürgen Habermas, dan lainnya.

Sebagai penelitian sosial kemasyarakatan, teori kritis Mazhab Frankfurt bertitik tolak pada inspirasi pemikiran sosial Karl Marx, namun sekaligus juga melampaui bangunan ideologis Marxisme. Dalam konsep kritiknya, Mazhab Frankfurt menentang pandangan skeptis tentang ideologi yang tengah berkuasa, atau distorsi pemikiran yang lahir dari ketidaksetaraan sosial aktual.

Tujuan dari teori kritis Mazhab Frankfurt adalah untuk menyediakan versi Marxisme yang tidak terkontaminasi oleh positivisme dan materialisme, dan lebih memfokuskan analisis terhadap pengaruh superstruktur, atau budaya dan gambar diri manusia pada periode historis sebagai faktor utama perubahan sosial.

Tulisan ini mengulas secara singkat dan sederhana tentang teori ilmiah yang dikemukakan oleh Mazhab Frankfurt atau Frankfurt School, sekaligus dinamika pemikiran teori kritisnya yang memengaruhi gerakan kiri baru yang dilakukan oleh mahasiswa di Jerman, yang dikenal dengan Red Army Faction.

Dengan penjelasan yang sederhana, Mazhab Frankfurt merupakan perkembangan dari pemikiran Marxisme yang terjadi di Barat. Karena “Marxisme Ortodoks” yang mendasarkan diri pada ajaran Karl Marx (1818-1883) kemudian digabung dengan Leninisme (1922) selanjutnya berkembang menjadi Komunisme. Ajaran Komunisme ini kemudian oleh para penganutnya didogmakan menjadi sebuah ideologi.

Dalam konteks tersebut, Mazhab Frankfurt mengkritik ideologisasi dari pemikiran Karl Marx yang sebetulnya sangat filosofis. Bagi Mazhab Frankfurt, pemikiran Marx lebih dilihat sebagai pemikiran filosofis yang sifatnya terbuka. Berbeda ketika pemikiran Marx ini telah didogmakan menjadi sebuah ideologi, maka terlihat kaku dan bersifat tertutup.

Tesis dasar yang menjadi sasaran kritik Mazhab Frankfurt adalah masalah “Determinisme Ekonomi” dari Marxisme ortodoks yang mendasarkan diri pada ajaran bahwa “basis ekonomi menentukan superstruktur kesadaran”. Dengan kata lain, kelas-kelas sosial atau ekonomi, entah itu seorang borjuis atau proletar, akan menentukan cara berpikir, cara berkesenian, dan cara berinteraksi, bahkan ideologi maupun agama sekalipun ditentukan oleh kondisi kelas ekonominya.

Mazhab Frankfurt menolak ajaran Marxisme ortodoks tersebut, karena Mazhab Frankfurt melihat bahwa superstruktur kesadaran juga telah memengaruhi praktik-praktik ekonomi. Superstruktur kesadaran ini muncul karena Mazhab Frankfurt banyak belajar dari pemikiran Max Weber (1864-1920), Immanuel Kant (1724-1804), Karl Marx, dan lainnya.

Melalui ajaran tentang peranan kembali superstruktur kesadaran, Mazhab Frankfurt membangun sebuah teori baru tentang rasionalitas, yang dikenal dengan “teori kritis”. Lewat teori kritis inilah kemudian Mazhab Frankfurt berhasil menjangkau aspek-aspek terdalam dari modernitas, termasuk ilmu pengetahuan modern, industri, dan kapitalisme.

Dari hasil analisis kritis teoretis Mazhab Frankfurt, disimpulkan bahwa apa yang disebut dengan modernitas sangat dikuasai oleh “rasionalitas instrumental” yang tampil menjadi ideologi-ideologi besar seperti Fasisme, Komunisme, dan lainnya.

Apa yang menarik dari Mazhab Frankfurt adalah ajaran teori kritisnya. Sebab, teori kritis Mazhab Frankfurt menginspirasi gerakan-gerakan sosial yang disebut dengan “gerakan kiri baru”, atau gerakan kelompok mahasiswa kiri di Jerman era 1960-an yang dikenal dengan Red Army Faction, yang sangat radikal, dalam bahasa Jerman dikenal sebagai Rote Armee Fraktion atau “Geng Baader-Meinhof”, yang oleh Jerman Barat disebut sebagai teroris.

Inti sari dari diskusi ini adalah bahwa setiap gerakan pasti membutuhkan suatu alat, yaitu ideologi. Sama seperti gerakan mahasiswa di Jerman yang mendapatkan alat ideologis dari pemikiran teori kritis Mazhab Frankfurt, yang meskipun berhaluan Marxis, namun kritis terhadap ortodoksi, khususnya terhadap Fasisme. Kelompok gerakan kiri baru mahasiswa ini anti terhadap Fasisme, Imperialisme, dan juga Amerika, namun mendukung pergerakan yang terjadi di China dan Amerika Latin.

Konteks pemikiran dan gerakan tersebut menunjukkan bahwa teori kritis Mazhab Frankfurt telah berkembang menjadi ideologi, dan dijadikan alat ideologisasi bagi mahasiswa kiri di Jerman untuk melakukan suatu gerakan radikal, yang dikenal dengan Red Army Faction. Situasi ini tentu dapat dikaitkan kembali pada landasan teoretis dan ideologis yang dibangun oleh Mazhab Frankfurt, meskipun pada akhirnya para anggota Mazhab Frankfurt memutuskan hubungan dengan kelompok gerakan kiri yang dilakukan oleh mahasiswa. Bagi Mazhab Frankfurt, gerakan radikal kelompok mahasiswa kiri yang dikenal dengan Red Army Faction ini merupakan salah satu bentuk dari gerakan ideologisasi. Sebab, Mazhab Frankfurt tidak setuju dengan gerakan radikalisasi dalam bentuk apapun, termasuk di dalamnya gerakan dalam bentuk kekerasan.

Lahir di Kebumen tepatnya di desa Ambarwinangun kecamatan Ambal kabupaten Kebumen-Jawa Tengah. Pekerjaan saat ini adalah sebagai penulis dan mahasiswa Pascasarja di UNU Surakarta. Minat kajian adalah filsafat, keislaman, pendidikan, dan pemikian kritis. Tokoh favorit sekaligus panutannya adalah Gus Dur.

One thought on “Mazhab Frankfurt dan Red Army Faction (RAF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like