Catatan Kritis Marxisme3 min read

Hal yang penting dari Korsch adalah teori mengenai Marxisme sebagai sebuah pemikiran sistematis, bukan pemikiran yang dilakukan sekadar demi memenuhi sebuah sistem teori pengetahuan umum (kritiknya terhadap Kautsky dan Mach). Bagi Korsch, Marxisme bukanlah sebuah proses dialektik yang bertujuan membuat verifikasi atas hukum universal sebagaimana sosiologi dan ilmu ekonomi, yang dikembangkan oleh para pendukung ilmu pengetahuan positif sebagai sebuah sistem yang tertutup.

Marxisme ortodoks memiliki orientasi yang sama pada penelitian hukum universal. Menurut Korsch, Marxisme sejati adalah sistem terbuka pada realitas sebagai dialektika materialisme.

Pandangan Korsch mengenai demokrasi sangat seimbang, yakni mengkritik kapitalisme borjuis dan Marxisme ortodoks sebagai dua sistem tertutup dan masing-masing mengajukan pandangan yang berat sebelah. Demokrasi lewat sosialisme bagi Korsch adalah perwakilan kaum pekerja, berbeda dengan demokrasi dalam komunisme yang berarti partai mewakili kaum pekerja.

Pandangan Korsch mengenai teori dan praksis merupakan satu kesatuan yang dianalisis dalam karyanya, Marxisme dan Filsafat. Korsch meletakkan dasar bagi lahirnya Teori Kritis di belakang hari, yakni memikirkan kembali secara kritis Marxisme sebagai sebuah teori sosial kritis yang mengatasi Leninisme yang memandang dialektika materialisme sebagai sebuah saintisme metafisik.[1]

Korsch memberi inspirasi bagi klarifikasi dan distingsi mengenai kegiatan berfilsafat sebagai berpikir secara sistematis dan berpikir demi sebuah sistem. Filsuf Perancis, Meyer Schapiro, dalam tafsiran D’Alembert, menjelaskan pembedaan tersebut, antara esprit systématique dan esprit de systéme sebagai berikut:

“The French philosophie identified here the subtle yet profound opposition between thinking systematically (which entails an ongoing, self-critical qualification of one’s conceptual framework, along with the ideological values presupposed by it, as concrete events are analyzed anew) and thinking for the sake of a system (which encompasses numerous, often antagonistic, forms of streamlined ‘concrete’ analysis, whether of the innocently idealist or positivist varieties, or of the more sober orthodox Marxist type, the latter of which is a frequent prescription for economic reductionism).”[2]

Bagi Schapiro, berfilsafat berarti berpikir secara sistematis, yakni berpikir kritis secara empiris yang memperlihatkan pe- mahaman materialisme historis dalam bentuk interaksi dinamis semua elemen yang beroposisi di dalamnya. Inilah dialektika yang menurut Schapiro sudah ada di alam pemikiran Yunani sejak Zeno dari Eleadi awal abad V, dan kemudian oleh Plato dalam Republik disebut logika, yaitu bentuk berpikir diskursif dan tertinggi sebagai pertukaran ide.

Baca Juga:

Karya seni tak terkecuali memungkinkan penglihatan kritis yang memperlihatkan ketidakkompletan; dengan demikian memungkinkan penilaian berdasarkan penglihatan dari sisi lain. Terhadap karya seni pun selalu ada ruang untuk berbeda pandangan menunjukkan Schapiro sebagai seorang artis yang tidak ortodoks. Menurut Schapiro, Marx sendiri memperkenalkan metode “dialektika materialisme” dalam Pengantar Grundrisse 1857 sebagai sebuah fragmen programatik.

Baru belakangan “dialektika materialisme” ditetapkan sebagai metode universal oleh Plekhanov, dan kemudian dikodifikasi oleh Kautsky dan Stalin sebagai sistem teleologis yang tertutup. Stalin membaptis Marxisme sebagai selubung “ideologi” besi (ironclad) yang tertutup dan sistem ilmiah yang komplet, yang me-reifikasi dialektika menjadi hukum alam yang niscaya.

Secara singkat, sebagaimana selalu dikemukakan Schapiro bahwa dialektika materialisme berlawanan dengan materialisme historis merupakan suatu bentuk Marxisme nondialektik tanpa pengandaian politik telah menjadi pemahaman Marxisme sepanjang abad XX.

Suatu ketika, Schapiro, A. Einstein, dan B. Russell ditanya apakah dialektika materialisme merupakan hukum universal yang berlaku untuk semua hal? Jawaban mereka, “Tidak sama sekali.”[3] Schapiro mengatakan bahwa Marxisme bukanlah sistem tertutup atau sistem ilmiah yang komplet. Salah satu anggota Teori Kritis yang mengambil titik tolaknya dari Korsch adalah T.W. Adorno dalam karyanya, Minima Moralia (1945).


[1] David Craven, “Meyer Schapiro, Karl Korsch, and the Emergence of Critical Theory” dalam Oxford Art Journal, Vol. 17, No. 1, Meyer Schapiro (1994), hlm. 42-54. Diterbitkan oleh Oxford University Press. Stable URL: http://www.jstor.org/stable/1360474/.

[2] Ibid., hlm. 42.

Baca Juga:

[3] lbid, hlm. 43.

Mengeja Indonesia adalah sebuah gerakan yang otonom dan nirlaba, mengangkat isu-isu fundamental bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like