Marxisme vulgar adalah pandangan peserta pertemuan komunis Internasional II yang membahas Marxisme sebagai teori ilmiah tentang sosiologi dan ekonomi untuk memahami hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat yang dikuasai oleh kapitalisme.
Dengan pemahaman Marxisme yang demikian, mereka beranggapan bahwa mereka bisa menjelaskan kelemahan-kelemahan internal kapitalisme dan keruntuhannya yang memungkinkan tampilnya masyarakat baru, yaitu masyarakat komunis, yang dikuasai oleh kaum proletariat.
Menurut Lukács, peserta Internasional II mengajukan sesuatu yang naif tentang Marxisme sehingga melawan kemurnian konsep Marx tentang revolusi. Marx sendiri sangat mengagumi kapitalisme dalam sistem masyarakat borjuis, dalam mengembangkan kekuatan sistem sosial ekonomi, meskipun menurut Marx, ada kontradiksi internal dalam kapitalisme mengenai realitas objektif.
Realitas objektif, yang dalam sistem kapitalisme berpusat pada kesadaran subjek, harus diatasi dengan cara-cara sistematis dengan menunjukkan bahwa realitas objektif bersifat sosial. Hal ini hanya mungkin melalui analisis sejarah yang komprehensif sebagai sebuah dialektika materialisme versus dialektika pencerahan.
Di sini, Lukács memberi apresiasi khusus pada filsafat Hegel sebagai upaya brilian Roh Absolut untuk mengatasi kesadaran subjektif pada filsafat Kant. dan harus diikuti oleh Marxisme dengan membalikkannya menurut dialektika materialisme.
Marxisme vulgar terperangkap dalam logika subjek yang menguasai ilmu pengetahuan ekonomi dengan merumuskan hukum-hukum objektif, seperti ilmu alam dan digunakan untuk menjelaskan realitas sosial. Ini merupakan ilmu pengetahuan kaum borjuis dalam mempertahankan sistem ekonomi kapitalis, yang justru Marxisme terpanggil untuk mengatasinya, dengan menunjukkan kelemahan-kelemahannya secara rasional.
Marxisme vulgar memahami Marxisme secara ideologis dan dogmatis, seakan-akan ramalan Marx bahwa komunisme akan datang dengan sendirinya dalam keruntuhan kapitalisme yang juga akan terjadi secara otomatis. Kejatuhan kapitalisme secara otomatis karena kontradiksi internal di dalamnya harus dijelaskan, dan diperjuangkan secara revolusioner, melalui analisis teoretis dan praksis politik, bukan menunggu “kiamat” kapitalisme turun dari langit.
Menurut Lukács, Marx berbicara tentang akhir dari kapitalisme sebagai keniscayaan dialektis, bukan keniscayaan mekanis-kausal.,Keniscayaan dialektis adalah akibat praksis revolusi yang didasarkan pada kesadaran revolusioner kaum proletariat untuk mewujudkan masyarakat komunis, bukan hadiah dari “kerahiman” sejarah.
Fatalisme ditolak oleh semangat revolusioner untuk tetap mempertahankan hasil revolusi sebagai perjuangan kelas, bukan nasib atau hadiah. Itulah kepiawaian Lenin untuk menjadikan Marxisme berintikan kesadaran proletariat, maka peranan partai revolusioner harus menjadi kunci perjuangan proletar.
Mengeja Indonesia adalah sebuah gerakan yang otonom dan nirlaba, mengangkat isu-isu fundamental bangsa.