Penolakan Kapitalisme: Ideologi, Kesadaran Palsu, Reifikasi, dan Kesadaran Kelas3 min read

Bagi Lukács, ideologi merupakan proyeksi dari kesadaran kelas borjuis yang berfungsi untuk mencegah kaum proletariat mencapai kesadaran sejati mengenai posisinya yang revolusioner. Ideologi membatasi makna objektivitas (form of objectivity), kemudian struktur pengetahuan itu sendiri.

Pengetahuan yang riil harus mencapai, menurut Lukács, totalitas konkret, yang memungkinkan kita berpikir tentang bentuk objektif sebagai periode sejarah. Dengan demikian, apa yang disebut “hukum abadi ekonomi” ditolak dan dimengerti sebagai ilusi ideologis yang diproyeksikan oleh bentuk objektif yang ada.[1]

Lukács juga menulis bahwa apabila inti dari sesuatu (being) itu tampak sebagai proses menjadi secara sosial social becoming, maka sesuatu itu tampak sebagai produk sejauh tidak disadari, dan hal ini pada waktunya akan menjadi elemen penentu transformasi sesuatu (being) itu.

Akhirnya, Marxisme ortodoks tidak didefinisikan sebagai interpretasi atas Das Kapital sebagaimana orang memperlakukan sebuah kitab suci tentang tesis-tesis iman, tetapi apakah pemahaman Marxisme mencerminkan kesetiaan pada “metode Marxis”, yakni dialektika materialisme.

Ideologi mengondisikan kesadaran palsu tentang realitas, yang hakikinya merupakan kesadaran yang bersifat sosial menjadi kesadaran yang bersifat subjektif. Asal-usul ideologi dengan hasil kesadaran palsu tersebut berakar dalam filsafat subjek yang sejak Kant diletakkan pada kesadaran subjek sebagai rasio praktis untuk bertindak menurut keyakinan pribadi sebagai kebenaran epistemologis dan etis.

Hegel mereformulasikan ideologi Kantian[2] dalam filsafat negara absolut, dan menjadikan etika sosial kebenaran universal dalam tangan negara untuk mencekoki ketaatan manusia pada hukum negara.

Kesadaran palsu itu kini dibuka selubungnya agar manusia melihat realitas sebagai kenyataan sosial yang menentukan hidupnya, bukan arah yang ditetapkan oleh sebuah kesadaran di luar dirinya bersama-sama dengan yang lain (kesadaran kelas). Kapitalisme tampil dalam kesadaran subjek borjuis, yakni kelas atas yang menentukan bagi perilaku dari bagian terbesar jumlah anggota masyarakat.

Kesadaran palsu, yang terinstitusionalisasi menjadi hukum negara, membutakan manusia dari kesadaran kelas sebagai realitas sejati. Kelas sosial yang sejatinya harus menjadi kesadaran manusia terkomodifikasi dalam sistem kapitalisme, yang melihat manusia sebagai hubungan-hubungan yang ditentukan melalui proses produksi.

Alhasil, kedudukan manusia sebagai subjek atas karyanya hilang menjadi sama dengan sebuah produk, yang nilainya didasarkan pada prinsip pertukaran komoditas. Secara konkret, tenaga kerja manusia diukur menurut upah yang besarannya ditentukan menurut hukum ekonomi dalam proses produksi.

Lukács menguraikan pengertian reifikasi yang dikaitkan dengan hakikat komoditas dalam masyarakat kapitalis, di mana relasi-relasi sosial menjadi terobjektivikasi, mencegah kemampuan kesadaran kelas untuk timbul secara spontan.

Baca Juga:

Dalam konteks inilah kebutuhan akan sebuah partai muncul untuk menyelamatkan kesadaran sosial yang termakan oleh kesadaran subjektif yang dipaksakan dengan logika ekonomi kapitalis. Lukács memandang Lenin sebagai konseptor Marxisme proletariat yang dengan jitu mendefinisikan kesadaran kelas sebagai hakikat proletar dan esensi dari realitas sosial.

Lenin di mata Lukács adalah tokoh utama Marxisme yang mampu menyegarkan kembali dialektika Marxian dalam Leninisme Rusia. Kedudukan partai revolusioner untuk mengawal dialektika materialisme merupakan pemikiran yang jenius dari Lenin sebagai jiwa Partai Komunis.

Pandangan ini membuat Lukács akhirnya menempuh cara yang berbeda untuk mempertahankan komunisme dengan Marxis sezamannya, seperti Rosa Luxemburg, yang dikaguminya dan para pelaku Internasional II yang menempuh jalan revisionis atas Marxisme ortodoks.


[1] “What is Orthodoxícal Marxism?”, ibid., paragraf 8.

[2] Kantianism atau Kantian juga digunakan untuk menggambarkan kedudukan kontemporari dalam falsafah fikiran, epistemologi, dan etika. Kantianisme adalah pahaman di mana setiap kita mengambil keputusan, kita harus membayangkan bagaimana kita adalah pihak yang dirugikan. Pahaman ini menjelaskan bahawa bila dilakukan sesuatu tindakan, maka tindakan itu dilakukan tanpa memperhatikan kepentingan orang lain.

Baca Juga:

Mengeja Indonesia adalah sebuah gerakan yang otonom dan nirlaba, mengangkat isu-isu fundamental bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like