Kreasi Humor di Medsos dalam Penanganan Covid-194 min read

Situasi pandemi Covid-19 masih menimbulkan ketakutan dan histeria dengan pemberitaan jumlah penderita yang meningkat meskipun vaksinasi sudah dilakukan. Terlepas dari banyaknya jumlah pasien yang sembuh dari Covid-19 pandemi global ini harus diakui sangat menakutkan.

Apalagi hingga detik ini belum ditemukan vaksin untuk mengobati Covid-19 tersebut. Pemerintah sebagai otoritas yang paling bertanggungjawab atas penanganan pandemi Covid-19 masih gagap dengan mempertontonkan inkompetensi dalam implementasi regulasi yang dibuatnya. Polemik seputar Covid-19 mendominasi informasi yang dikonsumsi oleh warga yang tervisualisasi di media sosial (medsos).

Polemik dan Inkonsistensi Pemerintah

Kebijakan karantina kesehatan dengan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) yang dulu diserukan oleh pemerintah kita tahu hanya sekedar lelucon bagi warga mengingat banyaknya olok-olok yang ditujukan kepada pemerintah di medsos. Dasarnya ialah inkonsistensi pemerintah dalam menerapkan PSBB tersebut yang di banyak tempat masih membuka kemungkinan adanya interaksi sosial yang tidak berjarak.

Selain itu ketidaktegasan aparat dalam menindak warga yang tidak menjalankan imbauan social atau physical distancing juga jelas tampak dari masih maraknya berbagai aktivitas berkerumun warga yang luput dari pantauan aparat. Dan masih segar ingatan kita bagaimana kemarin lalu Presiden dan salah seorang Menterinya, menjadi saksi pernikahan figur publik cum influencer yang lantas menjadi polemik.

Ketidakjelasan dalam penanganan Covid-19 dan terutama kebijakan pemerintah yang berubah-ubah niscaya menjadi pemicu warga untuk menghujat pemerintah di medsos. Warga juga tidak sedikit mengkritik pemerintah melalui visualisasi humor di medsos. Visualisasi kreasi humor warganet di medsos berwujud baik teks, karikatur kartun, meme, hingga video pendek, yang isinya mengkritisi kebijakan pemerintah terkait penanganan Covid-19.

Larangan mudik yang diumumkan akhir-akhir ini menjadi trending di berbagai platform medsos. Sebenarnya sangat logis pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan mudik tersebut untuk mengantisipasi lonjakan kasus baru Covid-19 dari fenomena mudik yang niscaya tidak akan mungkin bisa dikontrol. Pemerintah juga pasti berkaca dari kasus yang terjadi di India, perayaan keagamaan yang manjadi bom kasus Covid-19 dengan lonjakan ratusan ribu kasus per hari. Namun reportase kompas.com tanggal 24 April 2021 yang memberitakan ratusan WN India yang datang ke Indonesia sebagian positif covid 19 kembali menegaskan inkonsistensi pemerintah dengan kebijakannya. Mudik dilarang namun WNA dari negara dengan jumlah lonjakan kasus Covid-19 terbesar malah bebas datang ke Indonesia!

Kreasi Humor: Alat Perlawanan terhadap Pemerintah

Polemik yang dimunculkan oleh pemerintah dari inkonsistensi kebijakan penanganan Covid-19 tidak heran menuai hujatan warga +62. Yang menarik dari semua itu adalah visualisasi humor yang dikreasikan dengan kreatif oleh para netizen. Apa yang dilakukan oleh netizen warga +62 sesuai dengan pendapat Rod A. Martin (2016) yang menyebut bahwa humor diciptakan untuk menutupi kesedihan dan rasa frustrasi yang dialami oleh manusia. Ditambahkan olehnya bahwa kreasi humor satiristik niscaya berisi kritik terhadap kebijakan dan institusi politik. Kreasi-kreasi humor netizen di medsos terkait Covid-19 ini merupakan humor politik yang mengkritisi (baca: melawan) kebijakan pemerintah dengan berbagai kreasi plesetan akronim, tagar, ataupun meme.

Humor merupakan bagian dari kehidupan manusia yang merefleksikan setiap peristiwa sosial, dari yang banal hingga serius, baik dalam kondisi sedih ataupun bahagia. Humor adalah konstruksi sosial budaya masyarakat. Secara spesifik humor dan politik mempunyai relasi historis yang sangat lama.

Dalam tulisan Morreal (2005) menyebut bahwa kelahiran demokrasi di Athena pada abad 5 M bersamaan dengan munculnya komedi. Lambat laun humor politik mengalami evolusi bersama media sebagaimana kreasi kartun politik yang mengiringi perkembangan media cetak. Kreasi humor di era digital sekarang ini semakin kompleks dan terdiseminasi secara masif yang bisa diakses oleh siapapun dimanapun dan kapanpun. Dan niscaya kreasi humor pun mengalami multiplikasi melalui berbagai platform medsos.

Humor bisa menjangkau siapapun dan bisa dikreasikan dalam setiap suasana. Kreasi humor di medsos tidak sedikit merupakan bentuk pesan dan perlawanan terhadap pemerintah. Hal tersebut bisa menjadi sesuatu yang sederhana namun efektif dipakai sebagai alat propaganda untuk menyerang pemerintah. Sebut saja kreasi-kreasi humor dalam bentuk meme di medsos dalam menanggapi inkompetensi pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 dan dampak turunannya. Atau meme-meme yang mengecam kebebalan sebagian masyarakat yang tidak mengikuti anjuran pemerintah untuk melakukan social and physical distancing tapi malah berkerumun dan berdesakan di pusat-pusat perbelanjaan.

Kreasi humor yang muncul di ranah virtual melalui interaksi sosial daring seperti cuitan atau status, me-retweets, balasan komentar, menyukai status, ataupun mention dan penggunaan tanda tagar (#) akan meningkatkan persebarannya. Kreasi humor tersebut adalah bagian dari informasi atau pesan, diseminasi ide-ide yang berbeda, dan sinkronisasi perhatian massa kolektif yang niscaya akan menjadi tren di medsos. Informasi dan pesan yang tren di medsos bisa dimanfaatkan untuk mendulang dukungan massa warganet, pun menjadi senjata untuk mengkritik ataupun melawan sesuatu yang dianggap salah.

Humor dianggap sebagai ekspresi nilai-nilai rasionalitas dan kegelisahan yang diciptakan oleh bentuk-bentuk modern dari organisasi sosial yang rasional, namun ia juga merupakan sebuah protes melawan irasionalitas yang dianggap dominan dari otoritas politik (Davies, 1998). Di tengah pandemi yang sangat menakutkan ini, pemerintah sebagai otoritas politik yang berwenang selaiknya memberi jaminan rasionalitas dalam setiap kebijakan yang dibuatnya kepada warga. Adanya peraturan yang rasional dan konsistensi dalam pelaksanakannya akan menumbuhkan harapan dan dukungan kepada pemerintah untuk menanggulangi pandemi Covid-19. Pun mampu memberikan jaminan rasa aman kepada warga untuk beraktivitas sembari menjalankan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Alih-alih takut mending menonton dagelan di medsos agar imunitas kita selalu terjaga.


Referensi

Davies, Christie, 1998, Jokes and their Relation to Society. New York: Mouton de Gruyter

Morreall, John, 2005, “Humour and The Conduct of Politics” in Sharon Lockyer & Michael Pickering (eds) Beyond a Joke The Limit of Humour. New York: Palgrave

Martin, Rod A, 2006. Psychology of Humor. USA: Elsevier

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/04/24/11122221/kekisruhan-kedatangan-ratusan-wn-india-masuk-indonesia-untuk-hindari?page=all

Pengajar dan penyuka onde-onde

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like