Ngobrol Saja juga Berpotensi Menularkan COVID-193 min read

COVID-19 yang sudah menjadi pandemi global diketahui menyebar melalui beberapa rute. Pengetahuan paling popular menyebutkan bahwa percikan batuk dan bersin dapat menularkan penyakit ini dengan cepat. Dilansir dari artikel theguardian.com bertajuk Talking Can Spread COVID as much as Coughing, Says Researcher; risiko terinfeksi virus korona ternyata sama berbahanya antara berbicara atau berada dekat pasien COVID-19 yang sedang batuk.

Virus korona penyebabnya yaitu SARS-CoV-2, diketahui umum menyebar melalui droplets, yaitu percikan cairan dari saluran napas yang bisa keluar saat seseorang bernapas, berbicara, batuk, atau bersin. Di saat droplets dengan ukuran besar dapat jatuh dengan cepat ke tanah, droplets yang lebih kecil (lebih dikenal dengan aerosol) akan membawa virus lebih dari 2 m.

Baru-baru ini, para ahli telah mengembangkan model untuk mengetahui bagaimana risiko yang ditimbulkan oleh droplets yang besar dibanding dengan droplets yang kecil, dan bagaimana cara untuk menguranginya. Laporan penelitian Prof. Pedro Magalhaes de Olieveira dan timnya dalam “Proceedings of the Royal Society A“, berupa permodelan bagaimana droplets dari masing-masing individu yang terinfeksi menetap di satu ruangan.

Selain itu, tim peneliti juga melihat faktor-faktor yang mendukung droplets tersebut menetap, besarnya risiko infeksi, dengan mempertimbangkan angka jumlah virus orang dengan COVID, dan memperkirakan berapa banyak virus yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi pada orang lain.

Tim peneliti membuat permodelan dengan aplikasi airborne.cam buatan mereka. Penulis mencoba aplikasi dengan memasukkan angka-angka ke website tersebut untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terinfeksi COVID19 pada kondisi tertenu. Didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut.

Ketika seseorang menghabiskan 1 jam di ruangan seluas 250 meter persegi, dengan tinggi langit-langit 2.5 meter, yang diasumsikan memiliki kapasitas maksimal 50 orang, kemudian di ruangan tersebut ada 5 orang yang sedang sakit COVID yang tidak menggunakan masker. Dengan ventilasi seperti di perkantoran pada umumnya, diperkirakan akan menyebabkan seseorang memiliki 13% kemungkinan terinfeksi virus korona saat tidak memakai masker.

Jika yang tidak sakit memakai masker 3 lapis, maka kemungkinannya bisa berkurang stengah, menjadi 6-7%. Ketika ventilasi diperbaiki, di mana udara berganti 5x dalam satu jam, risikonya menjadi berkurang, penularan bisa ditekan di bawah 4%. Dan semakin rendah risikonya apabila semua orang menggunakan masker 3 lapis, penularan bisa di bawah 2%. Hal ini membantu menjelaskan mengapa virus korona dapat menyebar lebih mudah dalam ruangan tertutup dengan ventilasi buruk.

Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa hanya butuh beberapa detik dimana partikel virus bisa menjangkau jarak 2 meter. Sehingga, tim juga menyimpulkan bahwa tidak aman untuk berdiri tanpa masker dengan orang yang berjarak dua meter, baik itu sedang batuk maupun hanya berbicara saja.

Satu jam setelah orang yang terinfeksi berbicara selama 30 detik, total aerosol yang tersisa mengandung lebih banyak massa virus dibanding setelah batuk. Di mana jika pada ruangan kecil dan tanpa ventilasi, ini sangat mungkin cukup untuk menyebabkan tertular COVID. Berbicara ternyata menghasilkan partikel yang jauh lebih kecil dibanding batuk, di mana partikel ini akan dapat bertahan selama lebih dari satu jam, dan dalam jumlah yang cukup dapat menyebabkan seorang menjadi terinfeksi juga.

Terutama apabila ruangannya kecil, dan dengan ventilasi yang buruk, tidak ada jendela atau pintu yang terbuka. Saat ini, yang dibutuhkan adalah masker, jaga jarak lebih dari 2 meter, dan ventilasi ruangan yang baik, agar partikel-partikel ini tidak menumpuk di ruangan dan segera hilang dengan sirkulasi yang baik. Mengurangi kejadian kluster penularan tempat kerja dapat juga dilakukan dengan  rapat di ruang terbuka atau di ruangan dengan ventilasi baik, jika bisa meeting online lebih diutamakan.

Seorang istri, putri, dan kakak, yang juga adalah Dokter Umum di DKI Jakarta. Penyuka diskusi (terutama dengan suami), pecinta harum buku baru, dan tertarik dengan dunia literasi. Saat ini sedang rindu dengan suara debur ombak dan lagu klasik di toko buku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like