Catatan Akhir dari Seorang Demonstran3 min read

Akhir-akhir ini, ketika semua orang menjadi demonstran untuk turun ke jalan dan berorasi menuntut keadilan dan membawa sebuah poster-poster dengan tulisan yang menjadi-jadi dan sesuai isi hati atau bahkan sesuai tren masa kini.

Tapi beda dengan diriku ketika semua orang turun ke jalan entah kenapa hati ini dan badan ini engan untuk turun ke jalan dan lebih asik membaca buku para aktivis terdahulu ataupun karya pak sapardi, bukanya engan untuk membela rakyat tapi semua itu memiliki jalanya tersendiri.

Ketika dulu, sebelum menjadi aktivitas itu setenar ini, atau bahkan ajang membuat tiktok ketika aksi unjukrasa berlangsung, hari ini menjadi aktivis adalah sebuah hal yang wah di kalangan kaum muda seakan-akan kata tan Malaka “idealisme adalah kemewahan terakhirnya yang di miliki kaum muda” Itu bangkit lagi.

ketika masa awal dulu saya menjadi mahasiswa dan akhirnya terjun menjadi aktivis saya sering di cibir oleh beberapa mahasiswa, kenapa harus menjadi aktivis, yang akhirnya kuliah tercecer dan akan di cap sebagai mahasiswa lama,  banyak angapan kenapa kamu lebih memilih kuliah di jalan di banding kuliah di kelas, padahal kelas adalah tempat ternyaman menuntut ilmu dan gak panas, beda dengan kalian yang turun kejalan.

Tapi semua itu bagiku hanya angin lalu dan prinsipku menuntut ilmu itu dimanapun dan kapanpun, tapi dengan beriringanya waktu dan tren masa kini yang mencinbir tersebut sekarang menjadi aktivis dan selalu berangkat turun kejalan semenjak demo RKUHP dan KPK dan samapai sekarang ini, dia paling gentol menyuarakan jargo yang dari dulu sampai sekarang tak pernah berganti “hidup mahasiswa”, “Hidup rakyat”.

Tapi realita yang terjadi sekarang banyak dari  kalangan aktivis terdahulu yang sering turun kejalan sekarang duduk dan asik di kursi yang nyaman nan empuk,  dan takmau lagi mendengar aspirin rakyat. Dulu mereka paling gentol dan terdepan untuk memperjuangkan hak-hak rakyat bahkan sampai masa kampanye mereka berdalih semua demi rakyat.

apakah hal-hal tersebut demi menarik simpati rakyat untuk memilihmu atau kenapa?? Tolong jelaskan. Kalian berdalih berjuang buat rakyat, rakyat yang mana wahai senior aktivis yang kau perjuangankan.

dulu kau benyanyi mereka di rampas Haknya tergusur dan lapar, tenyata sekarang kau yang merapasnya hak-haknya rakyat dan kau juga mengusur ke damainya rakyat. Mana jiwa patriotmu dulu dengan tangan terkepal menjunjung keatas dan memakai ikat kepala hitam sebagai simbol perlawanan.

Sekarang ini, itu semua kau kemana apakah ikat kepalamu kini berubah menjadi dasi agar terliha rapi dan tangan terkepalmu kini berubah menjadi pemegang mangsi.

Ayolah wahai senior kembalilah menjadi bijak demi kedamaian esok hari, toh anak cucumu juga tak akan menyesal ketika negara ini menjadi damai berkat dirimu, yang berani berbicara jujur demi keadilan.

Yang saya harap hari ini agar esok hari nanti, yang hari ini turun kejalan dan memperjuangkan hak-hak rakyat agar tak bewatak sama dengan Senior-seniormu yang sekarang duduk nyaman di gedung sana, yang berdalih sebagai wakil rakyat, tetaplah berjuang untuk rakyat dan selalu terimahlah mereka dengan lapang dada.

Jika memang esok hari nanti ketika kau menjadi wakil Rakyat dan kau lupa dengan apa yang dulu kau suarakan sekarang, dan benar ternyata kau hanya kaum penjilat yang mengelabui keadaan demi kepentinganmu sendiri,  tak ubahnya kau adalah kaum brengsek.

Esok hari aku punya sebuah keinginan dimana hidup ini tenang tanpa adanya adu kepentingan, di atas sana yang hanya menguntungkan  golongannya sendiri.

aku pengen hidup layak dan tenang layaknya negara-negara tetangga yang damai, tanpa ada sebuah keributan, aku ingin negara ini di pandang dunia sebagai negara yang damai dan keramah tamahnya.

Aku ingin hak-hak manusia yang di rengut di kembalikan lagi.

Aku hanya ingin anak dan cucuku nanti bisa menikmati ke damainya hidup di negara ini.

Aku hanya ingin tak ada caci maki lagi antar golongan.

Aku hanya ingin keadilan ini di jalankan dengan benar.

Dan yang terakhir semoga wakil Rakyat sadar  bahwa mereka berasal dari rakyat.

Manusia dari Desa oleh Desa dan untuk Desa

2 thoughts on “Catatan Akhir dari Seorang Demonstran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like