Gestur Pendidikan Indonesia Memasuki Abad Bonus Demografi6 min read

Berdasarkan prediksi yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada kurun 2030-2040. Artinya bahwa pada kurun waktu tersebut kondisi masyarakat Indonesia akan didominasi oleh usia produktif (usia 15-64 tahun) dibandingkan usia non produktif. BPS memperkirakan jika setidaknya sekitar 64% usia produktif dari total penduduk yang diproyeksikan yakni 297 juta jiwa. Melihat angka tersebut tentu menjadi sangat fantastis dan prestisius jika bonus demografi bisa dikelola dengan baik. Oleh karena itu sektor pendidikan Indonesia sebenarnya menjadi kata kunci apakah dengan kondisi saat ini dan kedepanya siapkah kita menyongsong abad bonus demografi tersebut? Jika sudah siap seberapa yakinkah kita semua dengan sistem pendidikan di tanah air ini dalam menyambut abad bonus demografi?

Pertanyaan retorik tersebut tidak perlu dijawab karena tanpa jawaban sekalipun sebenarnya sudah terpapar jelas. Di sisi lain jika sistem pendidikan kita tidak dipersiapkan secara kontruktif tentu masyarakat akan kelabakan dalam menyambut bonus demografi di tahun mendatang. Pendidikan menjadi sangat krusial karena tanpa menyiapkan sumber daya unggul di dalam menghadapi era bonus demografi maka sama halnya kita membuang kesempatan emas bangsa ini. Hal tersebut dikarenakan bahwa mungkin bonus demografi tersebut tidak akan terulang kembali atau bahkan terulang kembali dengan jarak waktu yang sangat cukup lama. Oleh karenanya kesempatan tersebut harus benar-benar dikelola secara maksimal.

Persoalan pendidikan dan era abad bonus demografi nampaknya tidak bisa dilepaskan satu sama lainya. Hal tersebut dikarenakan tanpa menuntaskan persoalan pendidikan pada saat ini maka sama halnya bunuh diri di era abad bonus demografi. Tanpa bekal pendidikan untuk apa kita bernafas dan hidup di tengah abad tersebut. Gejala bonus demografi adalah sebuah titik optimistik Indonesia karena bukan mustahil bagi tanah air ini untuk menciptakan sistem pendidikan yang unggul agar tidak kelabakan menghadapi makhluk yang kita kenal dengan bonus demografi. Sesungguhnya era abad bonus demografi yang telah lama menjadi perbincangan publik pada hakekatnya akan menjadi peluang atau bahkan ancaman sekalipun karena itu semua tergantung kita bahwa bonus demografi akan disambut sebagai peluang atau ancaman. Artinya ada sebuah opsi yang konkret dalam menyikapi abad bonus demografi Indonesia.

Bonus demografi akan menjadi peluang emas apabila pada saat ini kita sudah berbenah menyiapkan pendidikan yang berkualitas sehingga diharapkan pada saat bonus demografi tersebut masyarakat yang mayoritas berada pada usia yang produktif tersebut selaras dengan kapasitas, ilmu, pengetahuan yang produktif pula. Hal tersebut tentu akan membuat mereka mampu beradaptasi dengan keadaan itu tanpa rasa pesimistik dengan kemampuan yang dimilikinya. Di sisi lain jika pada era abad bonus demografi tersebut disongsong tanpa menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang unggul justru menjadi ancaman serius bagi bangsa ini karena dengan usia produktif masyarakat yang mendominasi namun tidak memiliki kecakapan dan kapasitas dalam era tersebut.

Tentu ini akan menjadi beban negara yang dari tahun ke tahun semakin besar. Setiap orang yang lahir dan tumbuh besar di negeri ini pasti menginginkan Indonesia menjadi negara besar. Tidah hanya besar tetapi negara maju, negara yang disegani bangsa-bangsa di dunia. Walaupun demikian sistem pendidikan yang ada sekarang perlu bekerja keras dan direvitalisasi lebih konkret lagi karena menciptakan Indonesia emas melalui sektor pendidikan bukan menjadi hal yang tidak mungkin. Asalkan kita semua serius, saling berkolaborasi dan bahu-membahu maka abad bonus demografi dapat kita songsong dengan kualitas SDM Indonesia unggul dan Indonesia emas dapat kita genggam.

Apabila kita refleksikan sistem pendidikan saat ini bila digunakan untuk mengukur kesiapan dalam menghadapi abad bonus demografi nampaknya penulis sangat kurang yakin jika dalam keadaan dan kondisi pendidikan yang kita alami mampu beradaptasi dengan era tersebut. Hal tersebut dikarenakan masih banyak persoalan pendidikan yang sangat kacau balau sehingga bagaimana bisa kita yakin memasuki era abad bonus demografi? Lebih jauh lagi sistem pendidikan kita juga tengah keadaan yang cukup memprihatinkan di mana pandemi COVID-19 telah membuat wajah dan gestur sistem pendidikan kita menjadi kelabakan.

Tentu sektor pendidikan harus berbenah lebih keras lagi karena dalam masa krisis pandemi dan belum lagi menghadapi bonus demogragi nantinya. Penulis memiliki argument jika sebenarnya negara sejak saat ini harus berbenah dan merevitalisasi serta memikirkan kedepanya terkait sistem pendidikan yang tidak kaku demi SDM yang lebih baik. setidaknya ada beberapa hal yang perlu menjadi bahan koreksi bagi negara di sektor pendidikan agar tetap eksis di tengah pandemi dan juga menghadapi bonus demografi 20130-2040 mendatang.

Pertama berkaitan dengan persoalan pemerataan dan aksesibilitas pendidikan pada semua lini yang ada dalam pelosok negeri.  Memang harus diakui jika pemerataan dan aksesibilitas pendidikan sampai saat ini masih memperlihatkan adanya kesenjangan pendidikan. Kesenjangan antara pendidikan yang ada di kawasan urban dan pendidikan di kawasan rural, kesenjangan pendidikan di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa, kesenjangan antara si kaya dan si miskin serta masih banyak lagi. Hal tersebut menyebabkan rendahnya capaian angka indeks pembangunan manusia (IPM/HDI). Oleh sebab itu tentu ini menjadi persoalan akar yang semestinya negara mengambil langkah strategis mencari jalan keluar dari aspek ini. Sudah saatnya menghilangkan celah terhadap pemerataan dan aksesibilitas pendidikan di Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan amanat UUD 1945 bahwasanya upaya mencerdaskan kehidupan bangsa ialah tanggung jawab negara. Namun di sisi lain negara sampai saat ini belum memenuhi kewajibanya di bidang pendidikan. Tentu ini menjadi alasan kuat akan keraguan SDM kita dalam merespon abad bonus demografi mendatang.

Kedua berkaitan dengan masalah kurikulum sistem pendidikan tanah air. Apabila kita amati sistem kurikulum yang selama ini dilaksanakan nampaknya bersifat rigid (kaku). Revitalisasi kurikulum pendidikan menjadi penting agar lebih bersifat dinamis, elastis, dan fleksibel. Kurikulum yang fleksibel menjadi sangat penting karena ini menyangkut capaian atas kualitas pendidikan yang ada. Samapai saat ini kita belum memiliki sistem kurikulum yang responsif terhadap kebutuhan dan kondisi yang terjadi. misalnya saja di saat pandemi COVID-19 ini kurikulum yang ada justru membuat siswa menjadi lebih tidak nyaman belajar, tugas sekolah yang semakin berat, dan juga membuat sistem pembelajaran yang tidak efektif. Oleh karena itu sudah saatnya kurukulum diperbaiki lebih dinamis lagi untuk menyambut abad bonus demografi nanti.  

Ketiga berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan tanah air yang masih belum mendukung sistem pembelajaran. Perlu diketahui bahwa infrastruktur pendidikan menjadi hal yang sangat mendudkung atas kualitas proses pendididikan. Perbaikan sarana dan prasarana pendidikan harus mulai gencar dilakukan, dan bila perlu harus dilakukukas sesegera mungkin agar masalah ini tidak merambah ke sektor lain. Adanya responsifitas pemerintah atas persoalan ini sebetulnya menjadi bukti keseriusan pemerintah untuk membangun SDM unggul dalam menghadapi bonus demografi mendatang. Tentu kita semua memiliki rasa optimis dalam membangun SDM unggul Indonesia untuk masa depan bangsa ini yang lebih baik. Apabila ketiga unsur tersebut segera dibenahi secara responsif dan masif maka bukan mustahil jika abad bonus demografi tahun 2030-2040 mendatang akan kita songsong dengan wajah yang penuh harapan bahwa situasi tersebut menjadi titik pentas dunia jika abad bonus demografi telah menunjukkan keberhasilanya yakni dengan menciptakan kualitas SDM Indonesia yang unggul, kompetitif serta mampu membangun Indonesia yang kebih bermartabat. Oleh karena itu perlu sinergitas bersama merevitalisasi pendidikan kita dan menyiapkanya secara matang demi menyambut abad usia produktif Indonesia mendatang. Mari bangun pendidikan Indonesia secara merata dan berkeadilan. Pendidikan berkualitas untuk masa depan bangsa yang lebih baik.

Mahasiswa Departemen Ilmu Pemerintahan FISIPOl Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like