Teori Pierre Felix Bourdieu dalam Memahami Realitas Sosial3 min read

Teori Pierre Felix Bourdieu dalam Memahami Realitas Sosial

Sedikit bercerita tentang Bourdieu dia adalah seorang sosiolog, antropolog, filsuf dan intektual public francis. Kontribusi utama pemikitran bourdie dalam sosiologi pendidikan, teori sosiologi, dan sosiologi estetika telah mencapai pengaruh luas di beberapa bidang akademik. Untuk saat ini kita akan membahas teori praktik sosial dari seorang Piere Bourdieu.

Pemikirannya Bourdieu banyak di pengaruhi oleh tokoh-tokoh besar seperti Aristoteles, Thomas Aquinus, Hegel, Mark, Durkhaiem, Max weber dan lain-lain. Dari pendapat tokoh ini, Bourdie melahirkan sebuah pemikiran baru yang di sebut dengan metode Struktualisme-Konstruktif. Di mana teori ini campuran dari teori yang berpusat pada agen atau aktor (subjektif) dan teori yang berpusat dengan struktur (objektif) dalam membentuk kehidupan sosial. Sehingga teori bisa dikatakan teori yang  campur aduk.

Pada awalnya Bourdie tidak sepakat tentang aliran strukturalisme dan eksistensialisme. Sehingga beliau mengkritik tentang aliran struktualisme yang hanya memperhatikan pada struktur-struktur yang objektif dan mengabaikan konstruk sosial. Dia juga mengkritik aliran eksitensialisme  terlalu memperhatikan kebebasan agen atau actor dalam perilaku dan mengabaikan struktur seperti norma dan atauran.

Dengan begitu bourdie dengan pemikiranya melahirkan sebuah teori struktualisme-konstruktif atau biasa di kenal dengan teori praktik sosial. Adapaun konsep dari praktik sosial yang dikemukan Piere Bourdie yaitu Habitus, arena, kekerasan simbolik modal dan strategi.

Habitus adalah struktur kognitif yang memperantai individu dan realitas sosial. Habitus merupakan struktur subjektif yang terbentuk dari pengalaman individu berhubungan dengan individu lain dalam struktur objektif yang ada dalamruang sosial. Habitus ini merupakan hasil dari pembelajaran, aktivitas bermain dan juga pendidikan masyarakat luas.

Contohnya seperti: Saya adalah seorang guru bahasa Indonesia. Sejak kecil, saya terbiasa membaca buku. Ayah saya bekerja di toko buku, dan sering membwakan banyak buku seperti novel, Koran, majalah, dll. Dunia bacaan adalah dunia yang telah akrab di mata saya, sejak kecil. Sewaktu SMA, saya tinggal di kos. Karena tidak ada hiburan. Untuk mengisi kekosongan saya mulai membaca buku-buku berat dan tebal. Akhirnya kegiatan membaca pun menjadi suatu kebutuhan yang amat penting untuk saya. Saat kuliah, saya diminta banyak menulis paper ilmiah. Saya pun mulai belajar menulis, dan menyukai kegiatan itu. Kegiatan itu merangsang saya berani berpendapat, berargumen dan mendengarkan pemikiran orang lain.  

Dari sudut pandang Bourdie tentang habitus, saya sudah memiliki habitus yang tepat untuk menjadi pendidik, yakni habitus membaca, menulis dan berdiskusi. Habitus tersebut diperoleh dari penghayatan nilai-nilai yang ada disekeliling saya, kemudia menghendap menjadi cara berpikir dan pola perilaku yang saya hayati sebagai manusi.

Capital atau modal yang memungkinkan kita untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan dalam hidup. Ada banyak jenis capital diantanya seperti capital intelektual (pendidikan), capital ekonomi (uang), capital budaya (latar belakang dan jaringan). Habitus membaca, menulis dan berdiskusi akan menghasilkan capital intelektual dan capital budaya. Sedangkan sikap rajin bekerja dan banyak jaringan bisnis akan menghasilkan capital ekonomi.kapital bukanlah sesuatu yang tetap, melaikan bisa di ubah.

Arena adalah ruang khusus yang ada di dalam masyarakat. Ada beragam arena, seperti arena pendidikan, arena bisnis, arena seniman, arena politik dll. Jika orang lain ingin berhasil di suatu arena, maka ia perlu mempunya habitus dan modal yang tepat. Kekerasan simbolik adalah penindasan dengan menggunakan simbol-simbol.

Penindasan ini tidak dirasakan sebagai penindasan, tetapi sebagai secara noemal perlu dilakukan. Sehingga dapat diartikan penindasan ini dapat di setujui dari pihak yang ditindas. Misalnya, seorang istri yang tidak dapat membela diri atas perlakuan seorang suami, karena itu secara tidak sadar istri menerima statusnya sebagai yang tertindas oleh suami. Ada juga gini, seorang dosen yang sangat otoriter dikelasnya, namun tidak ada perlawanan dari mahasiswanya, maka dari itu, secara tidak sadar mahasiswa tersebut telah menyetujui penindasan yang dilakukan oleh dosennya.

Widiyanto Kusnandar adalah seorang yang memiliki filosofi tak ada yang abadi selain menulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like