Runtuhnya “Komunisme” di Uni Soviet: Penyebab dan Siginifikansinya3 min read

*Tanggapan dari tulisan Noam Chomsky: Sosialisme, Asli dan Palsu

Runtuhnya Partai Komunis Uni Soviet dan perpecahan Uni Soviet tidak diragukan lagi merupakan perkembangan paling signifikan dalam politik dunia sejak Perang Dunia Kedua.

Dalam istilah langsung, itu telah memicu kebingungan ideologis yang meluas dan demoralisasi di dalam gerakan buruh internasional, dan di sisi lain, memperlihatkan ketamakan penguasa kapitalis dan pembela mereka. Yang terakhir telah menggunakan keruntuhan tersebut untuk meningkatkan upaya agar mereka  mendiskreditkan sosialisme dengan mengidentifikasikannya sebagai kediktatoran birokrasi yang telah memerintah Uni Soviet sejak Stalin berkuasa pada 1920-an.

Hal ini tentu saja, bukan sesuatu yang baru. Penguasa kapitalis di Barat selalu berpendapat bahwa rezim totaliter yang diciptakan oleh Stalin dan dilanjutkan oleh penguasa berikutnya adalah konsekuensi yang tak terhindarkan dari Revolusi Bolshevik tahun 1917. Kaum kapitalis sangat terbantu dalam tugas ini oleh klaim kaum Stalinis untuk mewakili tradisi Marx dan Lenin. Kaum kapitalis secara sinis menerima penggambaran kaum Stalinis tentang rezim polisi mereka yang mengerikan dan mewakili “sosialisme” untuk mengurangi prasangka kaum pekerja Barat terhadap sosialisme dengan mengidentifikasinya pada penolakan kebebasan demokratis, dan untuk mempromosikan gagasan bahwa demokrasi parlementer borjuis adalah perwujudan tertinggi kebebasan manusia.

Sementara propaganda borjuis ini tentu saja berhasil mendiskreditkan Marxisme dan Leninisme di antara sebagian besar orang yang bekerja di negara-negara demokrasi imperialis selama boom kapitalis yang panjang dan Perang Dingin, masih ada komponen yang cukup besar dari kelas pekerja dan kelas menengah di banyak negara imperialis yang menentang kampanye ideologis ini. Namun, sebagian besar dari orang-orang ini terus memiliki ilusi kepada Stalinisme – mengaitkannya hanya dengan kediktatoran birokratik Stalin, serta mengenai rezim birokrasi yang lebih “liberal” yang mewakili keberhasilan sosialisme.

Bagaimanapun, runtuhnya partai-partai komunis yang berkuasa di Eropa Timur dan Uni Soviet serta penggambaran ideologis “komunis” oleh sebagian besar birokrat di negara-negara ini karena mereka berjuang untuk mempertahankan kekuasaan dan hak istimewa mereka dengan mengubah diri mereka menjadi kelas kapitalis, telah menambahkan kejahatan baru untuk propaganda  anti-Marxis penguasa kapitalis – birokrat yang menyatakan diri sebagai penjaga Marxisme-Leninisme. Perpindahan ideologis oleh mantan penguasa “komunis” di Eropa Timur dan Uni Soviet tidak bisa tidak, menimbulkan kebingungan politik dan menurunnya semangat perjuangan yang luar biasa di dalam lingkaran radikal di Barat.

Klaim para pembela kapitalisme bahwa Stalinisme identik dengan Marxisme dan/atau Leninisme, atau bahwa itu adalah hasil yang tidak terhindarkan, tidak hanya diterima oleh kaum Kiri Barat yang memiliki ilusi pada rezim Stalinis, tetapi bahkan oleh beberapa penganut Marxisme yang menentang Stalinisme.

Para pembela kapitalisme, termasuk juga sosial-demokrat, anarkis, dan banyak ultra-kiri secara tak henti-hentinya mengemukakan argumen bahwa kebangkitan kediktatoran birokratik Stalinis dibantu oleh karakter organisasi Partai Bolshevik, atau oleh langkah-langkah  defensif yang diambil oleh kaum Bolshevik dalam mempertahankan kekuasaan Soviet melawan kontra-revolusi  kapitalis pada 1918-21. Kaum liberal mengungkapkan argumen-argumen anti-Bolshevik ini agar tidak hanya mendiskreditkan catatan revolusioner Bolshevisme, tetapi juga untuk mendiskreditkan gagasan tentang perlunya revolusi buruh dan perlunya partai tipe Bolshevik untuk memimpinnya.

Setelah jatuhnya “komunisme” di Uni Soviet, argumen-argumen semacam itu beredar bahkan di antara bagian-bagian kiri revolusioner.

Siapa saja menerima atau mengakomodasi terhadap pandangan-pandangan ini, yang tidak historis dan idealis, akan berakibat fatal bagi kemampuan kita untuk membangun gerakan buruh revolusioner di negara ini dan untuk membela gerakan revolusioner di negara lain, terutama mereka yang telah menaklukkan kekuasaan dan menghadapi serangan kontra-revolusioner brutal yang dihadapi kaum Bolshevik. Karena itu, penting bagi kita untuk memperjelas posisi kita terhadap catatan kaum Bolshevik dan untuk mengklarifikasi analisis kita tentang penyebab sesungguhnya dari totalitarianisme Stalinis.


* Diterjemahkan dari artikel yang berjudul The Collapse of ‘Communism’ in the USSR: Its Causes and Significance oleh Doug Lorimer, Terbitan Pertama: 1992.

Mahasiswa Magister Administrasi Publik FISIP Universitas Mulawarman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like