Noam Chomsky: Fundamentalisme Religius2 min read

Dalam bukunya, When Time Shall Be No More, sejarawan Paul Boyer menuliskan, “survei menunjukkan bahwa sepertiga sampai separuh [penduduk Amerika] percaya bahwa masa depan bisa diinterpretasikan dari ramalan- ramalan “Injil”. Bagi saya, ini pandangan yang sangat mengagumkan.

Saya tidak menemukan fakta itu, tetapi saya melihat banyak pandangan sejenis. Saya membaca sebuah studi lintas budaya beberapa tahun silam-seingat saya dipublikasikan di Inggris-yang membandingkan bentangan masyarakat dalam hal Kepercayaan semacam itu. Yang terjadi di AS sangat menonjol-Kasus unik di sebuah dunia industri. Pada kenyataannya, ukuran-ukuran yang dipegang di AS serupa dengan masyarakat pra industri.

Mengapa demikan?

Itu pertanyaan menarik. Masyarakat AS adalah masyarakat yang sangat fundamentalis. Tak ubahnya Iran dalam hal tingkar komitmen religius fanatiknya. Saya kira 75% penduduk AS memiliki kepercayaan harfiah atas setan.

Beberapa tahun lalu ada survei mengenai evolusi. Orang-orang ditanya pendapat mereka tentang pelbagai teori mengenai pembentukan dunia makhluk hidup. Jumlah orang yang percaya pada evolusi Darwinian kurang dari 10%. Sekitar separuh populasi percaya pada Doktrin Gereja tentang evolusi yang dibimbing oleh Tuhan. Sementara, sebagian besar sisanya diduga percaya bahwa dunia diciptakan ribuan tahun silam.

Ini adalah hasil yang tak biasa. Alasan AS harus menghentikan perdebatan ini telah didiskusikan dan diperdebatkan selama beberapa waktu.

Barangkali sepuluh atau lima belas tahun lalu, saya pernah membaca tulisan seorang ilmuwan politik, Walter Dean Burnham, mengenai hal ini. Dia menyarankan bahwa hal ini kemungkinan merupakan refleksi dari depolitisasi-yakni ketidakmampuan untuk berpartisipasi secara bermakna di arena politik dapat menimbulkan efek psikis yang signifikan.

Itu bukan sesuatu yang mustahil. Orang akan mencari sejumlah cara untuk mengidentifikasikan diri mereka sendiri, menautkan diri dengan orang lain, dan mengambil bagian dalam sesuatu. Mereka akan melakukan itu dengan satu dan lain cara. Bila mereka tak punya pilihan untuk berpartisipasi dalam serikat-serikat pekerja, atau organisasi-organisasi politik yang berfungsi secara aktual, mereka akan mencari cara lain. Fundamentalisme religius adalah salah satu contoh klasik.

Kita melihat hal serupa juga terjadi di banyak wilayah lain di dunia sekarang ini. Mencuatnya fundamentalisme Islam, dalam tingkat yang signifikan, merupakan hasil dari runtuhnya alternatif nasionalis sekuler yang didiskreditkan secara internal atau malah dihancurkan.

Pada abad 19, Anda bahkan dapat melihat upaya sadar pemimpin bisnis untuk mempromosikan para pengkhotbah yang dengan berapi-api menggiring orang-orang untuk melihat masyarakat dengan cara yang lebih pasif. Hal yang sama juga terjadi pada masa-masa awal revolusi industri di Inggris.

Dalam karya klasiknya, The Making of the English Working Class, E.P. Thompson menuliskan mengenai hal itu.

Dalam sebuah pidato, Clinton mengatakan, “Kita tak bisa memperbaharui negara kita kecuali jika banyak dari kita-maksud saya, semua dari kita-mau bergabung dengan gereja.” Bagaimana pendapat Anda?

Saya tak tahu pasti yang ada di benak Clinton, tetapi ideologinya sangatlah jelas. Bilamana orang-orang mempersembahkan diri mereka untuk aktivitas-aktivitas di luar arena publik, orang-orang yang berada di tampuk kekuasaan akan bisa menjalankan segalanya dengan cara yang mereka kehendaki.


* Diterjemahkan dari buku yang berjudul Secrets, Lies and Democracy oleh Noam Chomsky, Terbitan Pertama: 1994

Mengeja Indonesia adalah sebuah gerakan yang otonom dan nirlaba, mengangkat isu-isu fundamental bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like