Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pendewasaan nalar, pikir, dan akal yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Pendewasaan bagi manusia menjadi sangat perlu karena tanpa pendidikan rasanya mustahil terjadi. Tidak semua orang memiliki sikap kedewasaan sehingga sikap tersebut kita sendiri yang akan menentukanya. Oleh karena itu banyak orang mengatakan jika “Menua itu pasti, tetapi dewasa itu pilihan”. Orang yang sudah menua bukan menjadi jaminan jika mereka dewasa. Banyak orang yang sudah menua tetapi masih bersikap kekanak-kanakan bukan? Begitu sebaliknya, jika orang muda bukan jaminan untuk tidak memiliki sikap kedewasaan.
Banyak orang-orang muda yang justru memiliki cara pikir, nalar, dan akal yang dewasa. Usia manusia bukan menjadi suatu ukuran untuk menentukan kedewasaan seseorang. Akan tetapi satu hal yang pasti jika pendidikan merupakan jalan satu satunya untuk mendewasakan cara dan pola pikir manusia. Urgensi kedewasaan bagi manusia menjadi sangat penting, karena dengan kedewasaan maka manusia akan selalu bijak menghadapi situasi dan kondisi yang dialaminya di lingkungan sekitar. Manusia akan lebih bijak untuk mengambil tindakan, mengambil keputusan, sehingga pada intinya tidak menimbulkan kekacauan disekelilingnya.
Hal yang harus dimengerti adalah banyak orang yang menganggap jika pendidikan tidaklah begitu penting. Pendidikan cenderung diartikan hanya sebagai syarat formalitas semata agar bisa sama dengan yang lainya. Apalagi jika berbicara pendidikan dari dua perspektif yang berbeda, pasti juga akan jauh berbeda pula. Dalam sudut pandang orang di kawasan urban (tinggal di kota) pendidikan menjadi alasan yang rasional.
Pola pikir masyaraakat kota akan pendidikan menjadi bukti jika keterbukaan dan kerasionalan berpikir mereka masih berjalan. Bagi masyarakat kota tentu pendidikan menjadi investasi yang menjanjikan untuk masa depan anak cucunya nanti kelak. Oleh karena itu tidak heran jika masyarakat kota secara ekonomi lebih mapan, secara pola pikir lebih dewasa, dan secara kehidupan sosial lebih layak.
Namun lain halnya dengan cara pandang pendidikan versi masyarakat yang tinggal di kawasan rural (tinggal di desa). Sering banyak orang tua yang berkata bahwa “Ngapain sekolah tinggi-tinggi (kuliah), toh di luar sana masih banyak sarjana yang menganggur”. Begitulah kira-kira rentetan kalimat yang menyebar di masyarakat desa. Ada lagi misalnya “Perempuan kuliah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya juga mengurus rumah tangga”.
Rentetan kalimat-kalimat tersebut hanya menjadi gambaran kecil saja karena masih banyak asumsi yang masih mendarah daging di tengah masyarakat yang tinggal di desa. Cara pandang tentang pendidikan yang sempit tersebut telah membuat sebagian kita terjebak dalam suatu kondisi yang tidak mengenakkan. Kehidupan yang tidak layak, pendapatan yang serba kekurangan, atau mungkin bahkan mulai dari persoalan ekonomi, masalah sosial, masalah hukum, dan itu semua berpangkal dari pendidikan.
Pernahkah sebagian kita berpikir jauh mengapa kemiskinan proporsinya berada di desa? Mengapa banyak orang yang berurbanisasi dari desa ke kota dan kadang justru ada dari sebagian mereka menjadi gelandangan pengemis di kota? Ya pendidikan menjadi penting bagi pendewasaan manusia. Sejatinya selama manusia masih hidup maka pendidikan akan terus berlangsung. Dengan demikian maka proses pendewasaan akan terus terjadi.
Penulis pernah melakukan sebuah penelitian mata kuliah tentang fenomena gelandangan pengemis di Yogyakarta. Hasil yang didapatkan adalah 70% gelandang pengemis yang ada di Yogyakarta berasal dari luar kota. Penulis ingin mengemukakan jika proses urbanisasi dari desa ke kota tersebut tidak diringi oleh kemampuan dan kapasitas diri. Bukankah yang tidak mampu bersaing dalam era ini akan tertinggal? Ya tentu kekuatan daya saing saat ini menjadi sangat penting untuk bekal ke depan.
Penulis pernah membaca kalimat yang konon menjadi quote dari Ki Hajar Dewantara. Bapak Menteri Pendidikan pertama di Republik Indonesia ini pernah berujar bahwa ”dengan ilmu kita menuju kemuliaan”. Apa yang telah disampaikan oleh pendiri Perguruan Taman Siswa ini seharusnya menjadi perenungan kita bersama mengapa banyak dari sebagian kita yang sampai saat ini masih hidup belum mulia? Mungkinkah karena mereka tidak berilmu?
Pelajaran yang dapat kita ambil adalah begitu urgent dan perlunya pendidikan bagi manusia. Manusia akan melakukan sebuah tindakan yang bijak karena mereka memiliki cara pikir yang dewasa. Pendidikan sangat mempengaruhi pola pikir kita sehingga melalui pendidikan akan membentuk konsep pemikiran dan tindakan rasional dan terbuka terhadap situasi lingkungan di sekitarnya.
Pendidikan menjadi pangkal dari manusia untuk melakukan tindakan dan perbuatan. Nelson Mandela Sang Peruntuh Apartheid pernah berujar jika “Pendidikan adalah senjata paling hebat yang dapat kamu gunakan untuk mengubah dunia”. Bagaimana kita akan bisa lebih bijak memperlakukan situasi dan kondisi di sekitar kita apalagi mengubah dunia tanpa pendidikan? Apa yang telah disampaikan oleh Nelson Mandela dan Ki Hajar Dewantara sudah cukup untuk membuktikan jika pendidikan dapat membuat manusia menjadi lebih baik.
Pendidikan menjadi cerminan kita semua sehingga dalam melakukan tindakan akan melalui proses berfikir terlebih dahulu. Manusia-manusia bijak yang kita saksikan adalah karena mereka memiliki sikap berpikir yang bijak. Penulis terkadang membayangkan jika manusia di bumi ini memiliki cara pikir yang dewasa tentu kerusakan-kerusakan di seluruh lini-lini kehidupan tidak akan terjadi. Itu semua tidak mustahil dilakukan selama ada kemauan usah berjalan selaras. Manusia akan hidup damai dan sejahtera dan mampu menjaga keseimbangan dengan lingkungan.
Jika dikaitkan dengan situasi saat ini ada yang wajah baru dengan sistem pendidikan di negeri ini. Kualitas pendidikan saat ini masih dalam pusaran pandemi NCoV-19. Virus tersebut dapat menginfeksi jika terjadi kontak antar manusia dengan manusia ataupun droplet yang disebarkan sehingga mengakibatkan proses pendidikan saat ini sementara masih diliburkan. Gerakan belajar dari rumah (SfH) menjadi solusi bagi pemerintah agar di saat pandemi NCoV-19 proses pendidikan untuk mewujudkan tujuanya yakni menciptakan sumber daya manusia unggul melalui kualitas pendidikan yang lebih baik.
Kebijakan belajar dari rumah (SfH) sebenarnya menjadi kebijakan dadakan yang diputuskan oleh pemerintah agar dapat memutus rantai peyebaran dan penularan pandemi NCoV-19 . Namun di sisi lain, pendidikan yang tengah berjalan harus berubah drastic dengan penyesuaian kodisis, mengingat proses belajar mengajar tidak memungkinkandilakukan di sekolah seperti biasanya. Bahaya yang ditimbulkan dari NCoV-19 menjadi alasan sehingga proses belajar mengajar dialihkan menggunakan sistem jaringan (daring).
Pendidikan yang biasanya terjadi dalam ruang kelas, saling bertatap antara guru dan siswa, pandemi NCoV-19 telah memaksa pemerintah untuk mendesain ulang sistem pendidikan konvensional. Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) menjadi kian populer dalam situasi saat ini. Tentu ini harus kita apresiasi yang setinggi-tingginya. Lumpuhnya seluruh lini-lini kehidupan tidak membuat surut semangat pendidikan. Munculnya solidaritas nasional di tengah situasi pandemi ini membuktikan jika pendidikan telah membentuk watak manusia menjadi beradab dan berperikemanusiaan.
Pendidikan nampaknya sudah ada dalam diri mereka sehingga mampu menggerakkan hati nuraninya dan tersentuh untuk ikut terlibat aksi kemanusiaan. Oleh karena itu penting bagi kita untuk dimengerti jika pendidikan akan mengubah kehidupan manusia menjadi lebih baik. Tentu setiap orang mendambakan untuk kehidupan masa depan yang lebih baik. tidak ada satupun manusia yang ingin hidup menderita. Maka sesuai ajaran agama juga sebenarnya telah menunjukkan jika dengan ilmu kita akan bisa hidup bahagia. Ilmu menjadi kunci utama untuk mencapai kebahagiaan.
Mahasiswa Departemen Ilmu Pemerintahan FISIPOl Universitas Muhammadiyah Yogyakarta