Konsep Nietzsche tentang Kehendak untuk Berkuasa5 min read

“Kehendak untuk Berkuasa” adalah gagasan utama dalam pemikiran Friedrich Nietzsche, seorang pemikir besar dari Jerman di abad ke-19. Gagasan ini bisa kita anggap sebagai kekuatan tak rasional yang ada di dalam diri kita semua, yang bisa kita gunakan untuk berbagai hal. Selama hidupnya, Nietzsche terus menerus mempelajari gagasan ini, dan ia melihatnya dari berbagai sudut, seperti dari sisi psikologi, biologi, ataupun yang lebih mendalam lagi seperti metafisika. Itulah mengapa, “Kehendak untuk Berkuasa” sering kali tidak dimengerti dengan benar oleh banyak orang.

Asal Mula Ide

Di awal usia dua puluhan, Nietzsche membaca buku “Dunia sebagai Kehendak dan Representasi” oleh Arthur Schopenhauer dan sangat terkesan dengannya. Schopenhauer memiliki pandangan yang cukup suram tentang kehidupan, dimana di tengah-tengahnya ada gagasan tentang kekuatan tak rasional yang selalu berusaha tanpa henti, yang dia sebut “Kehendak”. Ini adalah kekuatan utama yang mendorong segala sesuatu di dunia. “Kehendak” ini bekerja melalui setiap orang dalam bentuk hasrat seksual dan dorongan untuk terus hidup yang kita lihat di mana-mana di alam. Karena “Kehendak” ini tak pernah puas, ia menjadi sumber banyak kesengsaraan. Cara terbaik untuk mengurangi kesengsaraan ini adalah dengan menemukan cara untuk menenangkan “Kehendak” tersebut, dan inilah salah satu alasan seni sangat penting.

Dalam buku pertamanya, “Kelahiran Tragedi,” Nietzsche mengusulkan konsep yang dia sebut sebagai dorongan “Dionysian” sebagai asal mula dari tragedi-tragedi Yunani kuno. Mirip dengan “Kehendak” Schopenhauer, dorongan ini juga kekuatan yang tak rasional yang datang dari tempat yang gelap dan misterius, yang mengekspresikan dirinya melalui perayaan yang liar, kebebasan seksual, dan berbagai bentuk kekejaman. Walaupun pemikiran Nietzsche tentang “Kehendak untuk Berkuasa” yang dia kembangkan belakangan ini berbeda, masih ada pengaruh dari konsep awal ini tentang kekuatan bawah sadar yang bisa diarahkan untuk menciptakan sesuatu yang luar biasa dan indah.

Kehendak untuk Berkuasa sebagai Prinsip Psikologis

Dalam buku-bukunya seperti ” Human, All Too Human” dan “Daybreak,” Nietzsche sering membahas tentang psikologi. Meskipun dia tidak selalu langsung menyebut “kehendak untuk berkuasa”, dia sering menjelaskan perilaku manusia sebagai keinginan untuk menguasai – baik itu orang lain, diri sendiri, maupun lingkungan sekitar. Di bukunya “The Gay Science”, dia mulai lebih terbuka membahas ini, dan di “Thus Spoke Zarathustra”, dia secara eksplisit menggunakan istilah “kehendak untuk berkuasa”.

Bagi yang belum terbiasa dengan karya-karya Nietzsche, mungkin mudah salah mengartikan “kehendak untuk berkuasa” sebagai sesuatu yang sederhana atau kasar. Tapi, Nietzsche tidak hanya berbicara tentang keinginan untuk kekuasaan militer atau politik seperti yang diinginkan oleh tokoh-tokoh seperti Napoleon atau Hitler. Sebenarnya, dia menerapkan teorinya dengan cara yang lebih halus.

Sebagai contoh, dalam salah satu bagian dari “The Gay Science” yang berjudul “Teori tentang Rasa Kekuasaan”, Nietzsche mengatakan bahwa kita bisa merasakan kekuasaan dengan membantu atau menyakiti orang lain. Ketika kita menyakiti orang, mereka merasakan kekuasaan kita secara langsung, tapi itu bisa berbahaya karena mereka mungkin ingin balas dendam. Menurut Nietzsche, membuat orang lain berhutang budi kepada kita adalah cara yang lebih baik untuk merasakan kekuasaan karena hal itu juga memperluas pengaruh kita; orang yang kita bantu cenderung ingin berada di pihak kita. Bahkan, Nietzsche berpendapat bahwa menyakiti orang lain biasanya kurang memuaskan dibandingkan dengan berbuat baik, dan kekejaman bisa jadi tanda kekurangan kekuasaan.

Pandangan Nietzsche tentang Nilai

Menurut Nietzsche, kehendak untuk berkuasa tidak secara inheren baik atau buruk. Ini merupakan dorongan dasar yang ada di setiap orang, yang bisa diwujudkan dalam berbagai cara. Para filsuf dan ilmuwan menggunakannya untuk mencari kebenaran, seniman untuk menciptakan, dan pengusaha untuk memperkaya diri.

Dalam “Genealogi Moral,” Nietzsche membedakan antara “moral penguasa” dan “moral budak”, namun ia menunjukkan bahwa keduanya berasal dari kehendak untuk berkuasa. Mengatur nilai, memaksakannya kepada orang lain, dan menilai dunia berdasarkan nilai-nilai tersebut adalah contoh bagaimana kehendak untuk berkuasa bisa diwujudkan. Konsep ini menjadi fondasi bagi Nietzsche dalam memahami dan mengevaluasi sistem moral. Menurutnya, orang-orang yang kuat dan sehat secara fisik maupun mental cenderung menetapkan nilai-nilai mereka secara langsung, sedangkan yang lemah mencoba mempengaruhi secara tidak langsung, seringkali dengan membuat yang kuat merasa bersalah atas keunggulan mereka.

Jadi, meskipun kehendak untuk berkuasa itu sendiri netral dari segi moral, Nietzsche jelas memiliki preferensi terhadap cara-cara tertentu dalam mengekspresikannya. Ia tidak mendorong pengejaran kekuasaan demi kekuasaan itu sendiri, melainkan memuji transformasi kehendak untuk berkuasa menjadi aktivitas yang kreatif. Nietzsche menghargai manifestasi kehendak untuk berkuasa yang kreatif, menginspirasi, dan positif, sementara ia mengkritik manifestasi yang ia anggap negatif atau berasal dari kelemahan.

Salah satu aspek dari kehendak untuk berkuasa yang sangat menarik bagi Nietzsche adalah konsep “pemenuhan diri”. Di sini, kehendak untuk berkuasa difokuskan untuk mencapai penguasaan dan transformasi diri, dengan prinsip bahwa esensi sejati seseorang bukan berada di dalam dirinya, melainkan jauh di atas dirinya.

Nietzsche dan Darwin

Di era 1880-an, Nietzsche terpengaruh oleh beberapa pemikir Jerman yang menantang pandangan Darwin tentang evolusi. Nietzsche sering membandingkan gagasan “kehendak untuk berkuasa” dengan “kehendak untuk bertahan hidup,” yang dia pikir adalah inti dari Darwinisme. Namun, sebenarnya Darwin tidak pernah mengatakan bahwa ada “kehendak untuk bertahan hidup” yang menggerakkan evolusi, melainkan evolusi terjadi melalui seleksi alam, di mana spesies beradaptasi dan bertahan hidup.

Kehendak untuk Berkuasa sebagai Prinsip Biologis

Terkadang, Nietzsche melihat “kehendak untuk berkuasa” sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar alat untuk memahami motivasi dalam psikologi manusia. Misalnya, dalam bukunya “Thus Spoke Zarathustra,” dia menggunakan tokoh Zarathustra untuk mengatakan bahwa di setiap makhluk hidup, dia menemukan “kehendak untuk berkuasa.” Ini menunjukkan bahwa Nietzsche juga menerapkan ide ini ke dalam bidang biologi. Sebagai contoh sederhana, kita bisa lihat aksi seekor ikan besar yang memangsa ikan kecil. Di sini, ikan besar menunjukkan dominasinya atas lingkungan sekitar dengan memasukkan bagian dari lingkungan tersebut ke dalam dirinya, yang bisa dianggap sebagai manifestasi dari “kehendak untuk berkuasa.”

Kehendak untuk Berkuasa sebagai Prinsip Metafisik

Nietzsche sempat berpikir untuk menulis sebuah buku bertajuk “Kehendak untuk Berkuasa” namun tak pernah sempat menerbitkannya semasa hidup. Namun, setelah dia meninggal, saudarinya, Elizabeth, mengumpulkan dan menerbitkan catatan-catatan Nietzsche yang belum pernah diterbitkan dengan judul yang sama. Dalam buku ini, Nietzsche kembali membahas tentang konsep kekekalan yang sebelumnya ia singgung di “Ilmu Gay”.

Beberapa bagian dari buku ini menunjukkan bahwa Nietzsche sungguh-sungguh mempertimbangkan gagasan bahwa kehendak untuk berkuasa bisa jadi adalah prinsip dasar yang bekerja di seluruh alam semesta. Pada bagian akhir, dia menggambarkan dunia sebagai “monster energi, tanpa awal, tanpa akhir…dunia Dionysus saya yang selalu mencipta dan menghancurkan diri sendiri…” Dia mengajukan pertanyaan:

“Ingin tahu namanya dunia ini? Jawaban dari semua misterinya? Pencerahan bagi Anda juga, Anda yang paling tersembunyi, paling kuat, paling berani, pria-pria di tengah malam?––Dunia ini adalah kehendak untuk berkuasa––dan tidak ada lain! Dan Anda pun demikian, kehendak untuk berkuasa––dan tidak ada lain!”

Mengeja Indonesia adalah sebuah gerakan yang otonom dan nirlaba, mengangkat isu-isu fundamental bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like