Socrates tidak mau mengkompromikan pandangannya yang disumbangkan pada masyarakat Athena. Melarikan diri atau memohon hukuman maupun denda, meski mudah, akan menjadi pengakuan bersalah.
Apalagi, ketiga sahabatnya memohon kepadanya untuk mengatur pelariannya, dia menyangkal bahwa itu merupakan hal yang benar dan bermoral, karena setiap warga negara secara implisit telah berada dalam kontrak sosial untuk mematuhi hukumannya dan bahwa seseorang yang melanggar hukum masyarakatnya sendiri, berarti mencabik landasan hidup berkelompok.
Socrates bersikukuh pada prinsip abstrak filsafatnya. Inilah “penyesalannya” pembelaan terhadap dirinya. Demi kebenaran filsafatnya, ia bersedia mati. Demi kebenaran filsafatnya, dia tidak mau berdamai dengan hakim atau juri, atau mengajukan hukuman lebih ringan daripada hukuman mati.
Dengan kata lain, dia memaksa mereka menghukum mati dirinya. Filsafat apa yang di maskud sehingga dia lebih memilih mati daripada naik banding? Poin utama yang diungkapkan sendiri olehnya, seperti yang di nyatakan ulang oleh Plato dalam pidatonya dalam pengadilan adalah:
Satu-satunya kebijaksanaan sejati terkandung pada pengetahuan bahwa Anda tidak tahu. Dia mengatakan ini karena ramalan termahsyur di Kuil Dewa Apollo di Delphi yang mengatakan tak ada manusia hidup sebijak Socrates. “Jadi, kata Socrates pada juri-saya ingin menguji dan membuktikan bahwa apa yang dikatakan (peramal) itu adalah salah.
Setelah mendatangi seorang peramal yang menyatakan itu, saya mendapati bahwa orang-orang yang terkenal paling bijak sebenarnya adalah orang yang paling tidak bijak. Dan saya tahu bahwa saya lebih bijak dari orang tak tahu apa-apa, tahu bahwa itu, karena paling tidak lalu dia melanjutkan, Saya mendatangi beberapa penyair untuk mengetahui apakah beberapa dari mereka tidak sebijak saya. Saya mendapati bahwa mereka menciptakan puisi bukan dengan kebijakan, tapi dengan inspirasi. Namun, para penyair ini berpikir bahwa mereka adalah orang yang paling bijak dalam segala hal lain karena puisinya.
Lalu, saya mendatangi pemahat, pelukis, dan saya mengerti bahwa memang mereka mengetahui banyak hal, baik yang saya sendiri tidak tahu, seperti cara membuat kapal atau sepatu. Namun, seperti halnya penyair, mereka yakin dirinya bijak dalam hal kepentingan yang lebih besar, karena keahlian yang mereka miliki dalam karyanya sendiri, seperti pembuatan sepatu. Hal ini cenderung menafikan pengetahuan sejati yang mereka miliki.
Lalu, kata Socrates setelah mengamati semua itu, saya menyimpulkan bahwa kebijaksanaan tidak bisa didapatkan orang-orang yang disebut penyair atau pemahat. Jadi, apa yang dimaksudkan peramal di Delphi adalah bukannya Socrates itu bijak, tetapi dia adalah orang yang paling mengerti bahwa dia tidak tahu dari apa-apa.
Point filosofis kedua Socrates dalam apology menyebutkan bahwa peningkatan atau kecenderungan jiwa, kepedulian terhadap kebijaksanaaan dan kebenaran, merupakan kebajikan tertinggi. “Karenanya saya mendatangi dan membujuk kaum muda maupun tua agar jangan terpusat hanya pada tubuh dan namun, yang pertama kali dan paling penting adalah perhatikan peningkatan jiwa.
Sebelum mengecek kebijaksanaan dan kebenaran janganlah dulu berpikir tentang uang atau kemasyhuran atau prentice jasmani. Kebajikan tidak muncul dari uang, namun, kebajikan mendatangkan uang dan segala hal baik bagi manusia, secara umum maupun pribadi.
Ini, kata Socrates, adalah ajaran saya, dan jika ini merupakan doktrin yang merusak kaum muda, uangnya, berarti adalah orang yang jahat, jika ada yang mengatakan saya saya telah mengajarkan sesuatu yang lain berarti dia berdusta.
Poin ketiga pembelaan Soctrates yang dikemukakan pada masyarakat Athena adalah, “Jika Anda semua mengutuk saya, berarti Anda berdosa melawan Tuhan yang menganugerahkan diri saya pada Anda. Saya adalah sesuatu yang mungkin mejengkelkan yang Tuhan berikan pada negeri ini, seperti kuda hebat dan terhormat, lamban dan pelan geraknya karena ukurannya yang luar biasa besar, dan perlu dikendalikan dalam kehidupannya dengan sengatan. Karena itulah setiap hari dan di setiap tempat saya selalu memberi semangat kepada Anda untuk bangun dan menyalahkan diri Anda semua. Anda tidak akan bisa menemukan orang-orang seperti saya dengan mudah, dan karenanya saya sarankan untuk melepaskan saya.”
Point keempat dan yang paling penting dalam pidato Socrates adalah prinsip bahwa kebajikan merupakan pengetahuan. Menurut prinsip ini, untuk mengetahui kebaikan adalah dengan melakukan kebaikan. Tetes kejahatan, kekeliruan atau semacam- nya muncul karena kurangnya pengetahuan, ketidakacuhan, dan ketiadaan lainnya. Jika kebajikan adalah pengetahuan, dan jika untuk mengetahui kebaikan adalah dengan melakukannya, maka kekeliruan hanya datang dari kegagalan untuk mengetahui apa yang baik.
Di dalam kalimat Socrates yang terkenal disebutkan: “Tak ada orang yang melakukan kejahatan secara sukarela” Kalau mengetahui kebaikan, seseorang tak mungkin bermaksud memilih kejahatan. Namun, bukankah kita seringkali berkata: “Saya benar-benar lebih tahu?” Menurut Socrates, hal ini konyol, karena jika Anda benar-benar lebih tahu, jika Anda benar-benar paham hal baik untuk dilakukan, Anda pasti akan melakukannya.
Jika Anda benar-benar memiliki penilaian yang lebih baik dari yang Anda gunakan maka, Anda pasti akan bertindak berdasar padanya, bukannya berlawanan. Socrates bersikeras bahwa ketika seseorang melakukan tindak kejahatan, pastilah itu didasarkan pada pemikiran bahwa tindakan itu akan ada eksesnya, akan ada keuntungannya. Seorang pencuri tahu bahwa mencuri itu salah, tetapi dia mencuri cincin berlian karena meyakini bahwa hal itu akan memikat perempuan dan akan memberikan keuntungan seksual baginya. Begitu pula orang-orang yang menghabiskan hidupnya demi mengejar kekuasaan, prestise, atau kekayaan.
Mereka melakukannya karena berpikir bahwa salah satu dari tindakan itu akan membawa kebahagiaan. Namun, mereka tidak mengetahui apa yang baik, mereka tidak tahu bahwa hal ini tidak baik dan tidak akan membawa kebahagiaan. Orang harus tahu sifat alamiah manusia, sifat sejati manusia, supaya mengerti apa yang baik bagi manusia dan apa yang akan membawa kebahagiaan, serta upaya mengerti bagaimana hidup dan apa yang harus dikejar untuk diraih, Tanpa memperhatikan ini, kita tak akan tahu apa yang baik untuk manusia dalam kehidupan, mengejar demi mencapai sesuatu namun, tak pernah mendapatkan kebahagiaan.
Kehidupan seperti ini oleh Socrates dinamakan tak teruji. Dalam salah satu kalimat terkenalnya Socrates menyatakan bahwa, “Hidup yang tak teruji tidak layak disebut hidup.”
Mengeja Indonesia adalah sebuah gerakan yang otonom dan nirlaba, mengangkat isu-isu fundamental bangsa.