Perintah Agama: Melatih Berpikir Benar dengan Filsafat5 min read

Mengkaji Dakwah Dr. Fahruddin Faiz dan Pengaruhnya terhadap Sosial Keagamaan

Siapa yang tidak mengenal filsafat, suatu ilmu kajian yang menitikberatkan pada berpikir secara radikal atau berpikir dengan benar. Bisa jadi setiap orang baru kali pertama dalam mempelajari filsafat, tetapi tidak untuk eksistensi ilmunya yang sudah mulai menjamur.

Indonesia pada hari ini mengalami krisis kemanusiaan, pusatnya ada pada moralitas, keadilan sosial, dan perdamaian antar manusia. Menghadapi krisis semacam ini tidak hanya dilalui dengan merenung, tetapi haruslah bergerak menuju perubahan. Revolusi harus diciptakan, sebagaimana teori dari Ali Syari’ati mengenai Revolusi Transenden. Yakni mengubah sosial tanpa memisahkan manusia dari eksistensinya.

Melakukan perubahan harus melalui pemikiran yang matang, harus menggunakan akal, dan harus dengan kesadaran, maka ada hubungannya dengan filsafat. Ali Syari’ati juga berlandaskan fondasi Teologi Islam Progresif, dimana Islam adalah gerakan liberasi untuk kesetaraan manusia. Karena tujuannya yaitu ummah sebagai percontohan masyarakat ideal.

Setiap realitas akan mengalami perubahan, begitupun dengan perubahan sosial baik di bidang politik, ekonomi, pendidikan, hukum, teknologi ataupun budaya. Dalam sosiologi, perubahan sosial merupakan inti dari mempelajari sosiologi itu sendiri, karena perubahan sosial akan berhubungan dengan masyarakat dan juga proses-proses sosial.

Perubahan sosial dalam sejarahnya lahir pada abad ke-19 ketika terjadi revolusi Perancis yang mengubah dengan signifikan tatanan feodalisme. Pada abad ke-20, perubahan yang cukup signifikan juga terjadi pada masyarakat di dunia karena modernisasi dilakukan dan juga pengimporan pembangunan ke negara-negara berkembang. Pada abad ke 21 muncullah era globalisasi, meradikalkan transformasi sosial. Pada abad inilah perubahan sosial yang terjadi menyebabkan dunia semakin sempit, karena teknologi sudah mulai berkembang dan komunikasi antarnegara menjadi tidak memiliki batasan. Karena itu, isu-isu ataupun masalah dalam setiap negara menjadi semakin seragam, dan informasi menyebar dengan sangat cepat.

Tanpa disadari, era globalisasi banyak membawa perubahan dalam penggunaan teknologi informasi yang di dalamnya mencakup media sosial. Perubahan-perubahan yang difasilitasi oleh media sosial tentu sangat banyak khususnya di ranah Islam sendiri, hampir semua tokoh masyarakat memberikan doktrin, informasi, ataupun kajian melalui media sosial. Media sosial sekarang semakin meluas ke segala lini, mulai dari facebook, instagram, twitter, youtube, bahkan tiktok. Tiktok yang dulunya dipandang sebagai aplikasi untuk berjoget joget ria, nyatanya sekarang sebagian penggunanya sudah diisi oleh pakar dari bidang-bidang tertentu dan beralih fungsi menjadi media yang menyebarluaskan informasi, edukasi dan pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu.

Youtube juga tidak kalah eksis, Youtube dijadikan sebagai salah satu sarana dalam penyebaran informasi, bahkan bisa juga sebagai sarana mencari keuntungan. Youtube merupakan salah satu platform media sosial yang banyak dikunjungi oleh pengguna internet saat ini. Konten-konten yang disajikan youtube sangat beragam, dari konten game sampai pada konten dakwah.  Banyak tokoh-tokoh Islam menggunakan media youtube untuk berdakwah, sehingga konten yang dibuatnya bisa dilihat oleh masyarakat luas, hal ini memancing timbulnya perubahan sosial keagamaan hanya dari melihat konten.

Salah satu contoh, yutuber yang juga merangkap sebagai akademisi yaitu Bapak Dr. K. H. Fahruddin Faiz. Beliau adalah doktor ilmu filsafat di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beliau juga sebagai pemateri atau pemantik diskusi ngaji filsafat di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta.

Dalam channel youtube Masjid Jendral Sudirman,  Dr. Fahrudin Faiz menyampaikan dakwah dengan sentuhan islam yang ramah. Nama Faiz sendiri sudah cukup besar di kalangan pengkaji filsafat di Yogyakarta. Tata bicaranya sangat lembut dan disertai guyon, ciri khas dari akademisi Yogya.

Tidak sedikit yang mengartikan filsafat sebagai ajaran sesat, bahkan ada yang sampai melarang untuk mempelajari filsafat karena akan membawa kepada kemusyrikan. Sebuah pertanyaan klasik, “Apakah mempelajari filsafat itu membawa pada keraguan akan agamanya?”

Fahrudin Faiz menjawab, “Justru bukan begitu, karena sejak kecil sudah diajarkan soal Agama, maka saya yang bertanya: Apakah saya sudah beragama dengan benar? Jadi bukan malah meragukan agama”

“Dalam agama tentu diajarkan filsafat”, katanya.

“Hakikat filsafat kan memang melatih berpikir dengan benar. Wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. juga memerintahkan untuk Iqra’. Iqra’ itu artinya bukan membaca Al-Qur’an, karena pada saat itu belum ada (Al-Qur’an). Jadi Iqra’ disini artinya membaca keadaan, membaca situasi. Disiplin ilmu yang mempelajari cara berpikir yang benar seperti ini adalah filsafat. Sebagian orang yang tidak mengerti filsafat, akan susah mempelajari agama dengan benar. Orang tidak boleh tidak menyukai metode berpikir benar, karena mencari ilmu juga memakai akal untuk berpikir.”

“Makanya filsafat dianggap sebagai induk dari segala ilmu, karena segala ilmu pasti menggunakan akal untuk berpikir”

Ada yang karena mempelajari filsafat menjadi seorang atheis, ada juga yang mempelajari filsafat menjadi seorang yang ‘alim terhadap agamanya. Maka yang salah bukan ilmunya, bukan filsafatnya, tetapi produk yang dihasilkan dari tanggung jawab individu tersebut dalam memahami filsafat. Jangan sampai tertukar membedakan antara filsafat sebagai ilmu dengan filsafat sebagai hasil dari ilmunya. Karena hasil dari ilmu itu bermacam-macam. Apabila yang mempelajari filsafat adalah orang barat, maka bisa sampai kepada anti Tuhan, Tetapi ada juga yang mempelajari filsafat menjadikan dia sangat religius.

Mengenai hubungan antara agama dan filsafat sendiri, itu tidak bertentangan, karena agama adalah bentuk analogis dari filsafat. Pertama-tama yang dibekalkan oleh Tuhan kepada manusia adalah akal, dan agama melengkapi akal dalam menjalankan amanah Tuhan kepada manusia.

Konten-konten yang diisi kajian dari Bapak Fahruddin Faiz, sudah banyak dikutip oleh sebagian channel-channel youtube, bukan hanya pada channel MJS Colombo saja. Hal ini karena penjelasan yang disampaikan beliau sangatlah ringan, dan menunjukkan Islam yang ramah, sehingga menimbulkan ketertarikan setiap jamaahnya. Dakwah yang disampaikan beliau tidak hanya seputar filsafat, tetapi juga ke ranah tasawuf.

Dampak positifnya apa? Setiap orang yang mengikuti kajiannya akan merasakan dimensi Islam yang ramah, dan tidak mempersoalkan antara agama dengan sains. Banyak sekali komentar-komentar positif di akun YouTube tersebut, sebagian besar dari mereka merasa mendapatkan hidayah setelah menonton kajian dari bapak Fahruddin Faiz.

Inggriana Sahara Bintang, lahir pada tanggal 26 Maret 2001 di Cirebon, Jawa Barat. Tercatat sebagai mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, prodi Sosiologi Agama angkatan tahun 2019. Jejak bisa ditemukan di akun Instagram @inggriaaasb_ dan akun twitter dengan username yang sama. Aktif di beberapa organisasi intra maupun ekstra kampus. “Wasn’t born to be an average” adalah motto hidup favorit. Karyanya pernah diterbitkan di Detik.com, Kumparan, Rumah Sosiologi, Nalar Politik, dan Kopyah.ID, dengan minat kajian berupa Sosial Keagamaan. Tempat tinggal sekarang di Desa Pedakbaru, Kec. Banguntapan, Kab. Bantul, DIY.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like