Dialektika dan Filosofi Hegel2 min read

Yang khas dari filosofi Hegel adalah karakteristik proses. Tidak ada alam nyata atau alam pengetahuan yang terisolasi. Semuanya terjalin oleh gerakan penyangkalan dan pembenaran. Itu adalah dialektika Hegel.

Dialektika berarti sesuatu hanya terlihat benar jika dilihat dengan semua hubungannya. Hubungan ini memiliki bentuk negatif. Hanya melalui negasi kita bisa maju, kita bisa mencapai kesempurnaan, dan kita bisa menemukan diri kita sendiri.

Misalnya, kami menggunakan istilah “pulau”. Pulau itu sebenarnya adalah “tanah” (tesis), tapi sebenarnya bukan. Karena India juga daratan, bukan pulau. Pulau bukanlah daratan, melainkan “air” (anti tesis), karena tanpa air tidak ada pulau. Namun, pernyataan inipun tidak benar (anti tesis antitesis): pulau bukanlah air, tetapi daratan yang dikelilingi air (sintesis). “Kebenaran” pulau itu hanya bisa dicapai melalui dua penyangkalan.

Singkatnya, dialektika memandang apa yang ada sebagai “kesatuan yang berlawanan”, “laju perkembangan yang berlawanan”, dan “hasil dan elemen internal dari proses negasi atau negasi.” Penolakan “. Hal yang khas tentang negasi adalah bahwa hal yang dinegasikan tidak akan dihancurkan atau dihilangkan, dan hal yang dinegasikan hanyalah aspek yang salah (yang membuat keseluruhan pernyataan salah), dan kebenarannya tetap dipertahankan dan dipertahankan.

Untuk mengungkapkan ciri unik dari penolakan dialektis ini, Hegel menggunakan kata Jerman aufheben. Kata ini memiliki tiga arti: “tolak / batalkan”, “menyimpan” dan “mengangkat”. Dalam negasi dialektis, ketiganya selalu ada. Dalam contoh di atas, pulau itu adalah tanah dan air, tetapi tetap disimpan (karena pulau memang tanah dan tak ada pulau tanpa air), dan dengan demikian diangkat ke tingkat kebenaran lebih tinggi (sintesis). Jadi negasi atau penyangkalan dialektis tidak sekadar meniadakan, melainkan kebenaran yang disangkal itu tetap dipertahankan.

Contoh dialektika yang lebih tepat adalah dialog. Setiap dialog (kecuali berbagi) adalah proses yang dimulai dengan tesis dan pernyataan, di mana jawabannya bertentangan dengan pernyataan yang juga memberikan alasan tetapi menyangkal kekurangan pernyataan pertama, dan membawanya ke tingkat yang lebih tinggi.

Penolakan dapat berarti menolak pernyataan dengan melengkapi pernyataan atau memberinya warna lain, dll., Dan tanggapan penolakan ditolak lagi, dan setiap langkah berikut ini lebih tinggi dan lebih nyata daripada langkah sebelumnya. Tampaknya struktur dasar dialektika bukanlah triadik (strukturnya ada tiga, yaitu: tesis, antitesis, sintesis; tiga kata itu tak pernah dipakai Hegel), tetapi dual (berstruktur dua: tesis dan antitesis dan antitesis antitesisnya dst.).

Hegel menunjukkan (dengan melaksanakannya dalam Phenomenology of Mind, secara logis dalam The Science of Logic) bahwa pengetahuan dan pengertian kita secara hakiki bersifat dialektis dan bertambah secara dialektis. Hanya melalui negasi kita dapat bergerak maju secara aktif. Tetapi realitas juga maju secara dialektis melalui konflik dan negasi, konflik dan negasi selalu menghasilkan bentuk-bentuk yang lebih tinggi, dan kemudian disangkal dan menghasilkan bentuk-bentuk yang lebih tinggi. Arti keseluruhan dialektika yang terintegrasi di puncak filsafat adalah pengetahuan absolut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like