Kritik Marx Terhadap Sistem Ekonomi Kapitalis3 min read

Klaim Marx bahwa ia dapat memastikan keruntuhan kapitalisme dan terwujudnya masyarakat sosialis masih perlu “pembuktian”. Misalnya, mengapa kapitalisme mesti memelaratkan kaum buruh (yang merupakan syarat bagi pecahnya revolusi proletariat)? Mengapa kekayaan yang terus bertambah tidak untuk sebagian dinikmati oleh kaum buruh (dengan akibat bahwa mereka tidak tertarik pada revolusi)? Mengapa persaingan antara para kapitalis harus menghilangkan kelas-kelas lainnya kecuali proletariat dan kaum kapitalis itu sendiri? Mengapa kaum kapitalis tidak dapat mengambil langkah-langkah korektif yang dapat menyelamatkan sistem kapitalisme?

Pertanyaan-pertanyaan itu hanya dapat dijawab melalui analisis perekonomian kapitalis. Dengan kata lain, karena menurut Marx perkembangan masyarakat ditentukan oleh dinamika bidang ekonomi (= pandangan sejarah materialis), klaim Marx bahwa sosialismenya adalah ilmiah jadi bahwa kehancuran kapitalisme dan terwujudnya sosialisme bukan sekadar tujuan moral politik para penentang kapitalisme, melainkan merupakan hukum sejarah-harus dibuktikan dengan memperlihatkan bahwa kapitalisme, berdasarkan dinamika ekonomisnya sendiri, menuju ke kehancuran.

Sejak Marx mengidentifikasikan sumber keterasingan manusia dalam pekerjaan upahan dan sistem hak milik atas alat-alat produksi, ia semakin intensif mempelajari tokoh-tokoh klasik ekonomi politik seperti Adam Smith (1723-1790), J.B. Say (1767-1823), dan David Ricardo (1772-1823). Hasil resmi studi selama puluhan tahun itu adalah tiga jilid raksasa karya utama Marx Das Kapital yang kemudian ditambah dengan tulisan-tulisan dan catatan tangan Marx lain yang diterbitkan setelah kematiannya, terutama empat jilid Theorien über den Mehrwert dan Grundrisse der Kritik der politischen Ökonomie.

Kadang-kadang dikemukakan bahwa “Marx ekonomis” yang terungkap dalam Das Kapital sudah meninggalkan “Marx humanistik” dari Paris dulu. Anggapan ini salah. Marx mempelajari ilmu ekonomi tetap dengan tujuan mencari syarat-syarat pembebasan manusia dari pengisapan dan keterasingannya. Justru agar emansipasi manusia dapat diusahakan secara realistis, Marx mempelajari hukum-hukum yang menentukan perkembangan perekonomian kapitalis.

Uraian berikut akan saya bagi dua: pertama, saya akan membahas ajaran Marx tentang nilai-lebih, dan kedua, ajarannya tentang dinamika perkembangan sistem ekonomi kapitalis. Dua bagian itu berbeda fungsinya. Pertanyaan terpenting bagi Marx adalah ke mana arah perkembangan perekonomian kapitalis. Pertanyaan itu dijawab melalui teori-teori yang akan diuraikan dalam bagian kedua. Jadi, bagian kedua hendak memperlihatkan mengapa kapitalisme mesti runtuh. Teori nilai-lebih mempunyai fungsi lain. Teori itu memperlihatkan bahwa seluruh keuntungan yang dicapai oleh si kapitalis tidak lebih daripada hasil kerja buruh yang tidak dibayarkan kepadanya.

Menurut Marx, seluruh modal yang terkumpul dalam tangan para kapitalis seratus persen merupakan hasil curian dan sebetulnya miliknya para buruh. Jadi, fungsi teori nilai-lebih adalah memperlihatkan ketidakadilan sistem kapitalisme. Fungsinya adalah memberi kutukan moral terhadap kapitalisme. Para ahli bukan Marxis tidak sependapat apakah teori nilai-lebih (yang akan kami per-Soalkan di pada seri selanjutnya) perlu demi keabsahan analisis perkembangan Kapitalisme. Fungsi utama ajaran tentang nilai-lebih adalah Sebagai legitimasi moral perjuangan kaum buruh melawan kaum kapitalis. Masih ada satu hal yang perlu diperhatikan.

Dalam Das Kapital, Marx sering mengutip dari laporan komisi-komisi Parlemen Inggris tentang keadaan mengerikan dalam pabrik-pabrik permulaan abad ke-19 di Inggris. Ada anak berumur tujuh tahun bekerja tanpa istirahat dari jam 4 pagi sampai jam 9 malam. Ada anak bekerja selama 24 jam tanpa diberi waktu tidur, dan seterusnya. Contoh-contoh itu dengan sangat jelas melukiskan kekejaman kapitalisme purba. Tetapi, analisis Marx tentang ciri eksploitatif kapitalisme sebenarnya tidak berdasarkan ekses-ekses kapitalisme purba itu, melainkan ajaran tentang nilai-lebih yang hendak memperlihatkan bahwa segenap pekerjaan upahan bersifat eksploitatif, bukan hanya ekses-ekses. Marx ingin menunjukkan bahwa segenap laba pemilik modal merupakan pencurian hasil kerja buruh.


Sumber Ilustrasi: https://fee.org/

Mengeja Indonesia adalah sebuah gerakan yang otonom dan nirlaba, mengangkat isu-isu fundamental bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like