Mengenal Konsep Lubang Hitam Stephen Hawking dan Keterkaitan dalam Fenomenologi4 min read

Stephen Hawking lahir saat Perang Dunia II tengah seru-serunya. Orangtuanya tinggal di Highgate, London utara. Suasana malam hanya diisi oleh suara burung   hantu,    sirine   serangan   udara,   kerlip-kerlip lampu sorot, dan suara gemuruh bom-bom Jerman. Untuk memastikan keselamatan kelahiran anak pertama mereka, Frank dan Isobel Hawking memutuskan untuk sementara pindah ke Oxford beberapa hari sebelum Hawking lahir.

Tentara  Jerman setuju  untuk tidak membom Oxford dan Cambridge, karena  kedua tempat tersebut memiliki  kekayaan  arsitektur yang tak ternilai;  sebagai gantinya, pasukan  Sekutu  setuju untuk tidak membom kota-kota historis  Jerman:  Heidelberg dan Gottingen.  Seperti kata Isobel Hawking:  “Sayang sekali,   persetujuan yang beradab seperti ini tidak diperluas ke tempat-tempat lain.” Dia melahirkan anak laki-laki di Oxford tanggal 8 Januari 1942. Hawking semenjak duduk di bangku pendidikan telah di “cap” sebagai si jenius yang aneh, karena ia selalu berusaha memikirkan sesuatu dan berusaha mencari arti tentang dunia.

Ketertarikan Hawking terhadap semestalah yang membuat dirinya terjun ke panggung kosmologi, terutama dalam usahanya untuk meyakinkan pada ilmuan Soviet mengenai keberadaan lubang hitam. Lubang hitam merupakan objek di luar angkasa yang memiliki gravitasi yang sangat kuat sehingga cahaya pun tidak bisa keluar dari tarikannya. Karena tidak ada cahaya yang bisa keluar dari daya tarik gravitasinya, maka objek luar angkasa ini disebut sebagai lubang hitam.

Lubang hitam merupakan suatu objek di alam semesta yang selalu menarik perhatian karena dianggap ekstrem, aneh, dan indah tetapi sedikit menakutkan. Hawking menunjukkan bahwa lubang hitam sebenarnya tidak “hitam”. la memancarkan radiasi panas, seakan-akan  memang panas. Implikasi dari hal ini mengubah sepenuhnya konsepsi kita tentang lubang hitam.   Lubang  hitam bukanlah sebuah   lubang   di  angkasa, di mana materi,   ruang waktu,  dan hukum-hukum fisika tidak  ada dan tidak berlaku.  Lubang hitam bisa dilihat sebagai objek yang ada dalam semesta. la tunduk pada  hukum termodinamika   kedua. la memiliki entropi. Ini berarti ia bahkan memiliki waktu.  Ia tidak lagi tidak dapat dilihat karena ia bisa “dilihat” oleh hukum-hukum fisika.

Dalam hal ini menegaskan bahwa setiap pendekatan mengenai masalah-masalah tersebut harus dimulai dengan menemukan cara yang khas untuk memahami fenomena-fenomena. Edmund Husserl berpendapat bahwa fenomenologi berkembang sebagai metode untuk mendekati fenomena-fenomena dalam kemurniannya.

Fenomena adalah segala sesuatu yang dengan sesuatu cara tertentu tampil dalam kesadaran kita. Baik berupa sesuatu sebagai hasil rekaan maupun berupa sesuatu yang nyata, yang berupa gagasan maupun yang berupa kenyataan. Yang penting ialah pengembangan suatu metode, yang tidak memalsukan fenomena, melainkan dapat mendeskripsikannya seperti penampilannya. Untuk keperluan itu orang hendak memusatkan perhatiannya kepada fenomena tersebut tanpa prasangka sama sekali. Seorang fenomenolog hendak menanggalkan segenap teori, peranggapan serta prasangka, agar dapat memahami fenomena sebagaimana adanya. Semuanya itu telah di perankan Hawking dalam meyakinkan konsep lubang hitam kepada semua orang.

Secara  filosofis,  ilmu  pengetahuan saat  ini tengah dihadapkan pada  dua kemungkinan yang  sensasional sekaligus saling berkonflik satu sama lain, dan keduanya bisa  disebut sebagai   “akhir  dari  ilmu  pengetahuan”. Lubang hitam mini mengisyaratkan bahwa suatu hari nanti kemungkinan akan ada sebuah teori yang mampu menjelaskan segala sesuatu.  Pada saat yang sama,  lubang hitam yang lebih “biasa”  mengisyaratkan bahwa semesta mungkin tidak bisa  dijelaskan  secara  ilmiah dan mungkin memang tidak ilmiah  sama  sekali. Saat ini, ilmu   pengetahuan telah mencapai tahap filosofis terakhir.   Ia tengah hidup  dalam  ancaman besar       ada dua  kemungkinan dari  apa  yang  ada  di hadapannya: menjadi sempurna atau hancur.  Akhir dari ilmu pengetahuan telah berada di ambang pintu.

Masalah terpenting yang dapat diajukan oleh filsafat ialah masalah ada. Munculnya masalah ini tidak dapat dielakkan. Ada pertalian antara pemikiran dengan ada, namun tidak berarti bahwa ada luluh dalam pemikiran.senantiasa ada pemilahan antara subyek yang mengetahui dengan obyek yang diketahui, yang dalam hal ini obyek tidak pernah sepenuhnya lebur dalam subyek. Dengan demikian di dalam ada juga terdapat suatu lapisan-batas yang tidak rasional, yang harus diakui adanya oleh pemikiran. Mungkin dari pemikiran kritis inilah yang membuat para ilmuan Soviet sulit untuk mempercayai konsep lubang hitam, yang di kemukan oleh Hawking. Namun tetap bahwa keberadaan lubang hitam tidak dapat dielakkan. Kerena memang benar adanya (dilansir oleh NASA, 22 Agustus 2018).


Referensi

Strathern, Paul, Stephen Hawking dan Lubang hitam, diterjemahkan oleh Basuki Hari Winarno, Surabaya: Ikon Teralitera, 2004.

Delfgaauw, Bernard, Filsafat Abad 20, diterjemahkan oleh Drs. Soejono Soemargono, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1988.

Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like